Tapi sekarang, semua harapan dan asa yang dirajut untuk masa depan Wiwit lenyap tak berbekas. Kehormatan yang dia miliki direnggut paksa oleh laki-laki binatang di malam laknat itu. Laki-laki mana mau menerima gadis yang sudah kehilangan mahkotanya seperti Wiwit? Itulah yang membuat Wiwit sedih selama beberapa hari ini. Dia bahkan tak ingin berangkat mengajar ke SMA Sukolilo, padahal dengan statusnya sebagai tenaga bantu, bukan Pegawai Negeri, hal itu sangat beresiko baginya. Wiwit juga sempat berpikir untuk mengakhiri hidupnya, tapi saat melihat Ibunya dengan rajin dan cekatan melayani pembeli di warung kecilnya, Wiwit menangis. Dia tak tega meninggalkan Ibu terbebani sendirian untuk menghidupi keluarga mereka. Wiwit hanya bisa termenung dan menyesali nasibnya. Mungkin sudah menjadi