Malam itu terasa semakin dingin ketika Tuan Hartman membawa Mira ke sebuah pondok di luar kota, jauh dari hiruk-pikuk dan ancaman yang selalu mengintai. Pondok tersebut tampak tua tapi kokoh, terletak di pinggiran hutan yang tenang, dan dikelilingi pepohonan yang rimbun. Di bawah hujan yang masih mengguyur, pondok itu menjadi tempat pelarian sementara yang sempurna. Tuan Hartman menyalakan api di perapian, sementara Mira duduk di sofa tua yang nyaman di depan api yang mulai menghangatkan ruangan. Meski tubuhnya mulai merasa lebih hangat, tapi hatinya masih dipenuhi dengan kesedihan dan kebingungan. Mira memeluk lututnya, menatap kosong ke arah lidah api yang menari-nari. Perasaan ditinggalkan dan dikhianati oleh Light masih menghantuinya. Dia telah menaruh harapan besar pada pertemuan me