Di ruang tamu, Dewangga mengambil posisi duduk di samping Sastro. Setelah beberapa obrolan ringan, Dewangga memutuskan untuk langsung ke pokok pembicaraan. “Sastro,” kata Dewangga dengan nada tegas namun penuh kehormatan, “kedatangan kami kali ini membawa maksud yang baik.” Sastro mengangkat alisnya sedikit, menunjukkan rasa ingin tahu. “Maksud baik seperti apa, Dew?” Dewangga menarik napas dalam, lalu melanjutkan. “Aku membawa Bara ke sini untuk melamar putri bungsumu, Kaia. Kami ingin meminta restu darimu.” Perkataan itu membuat suasana mendadak hening. Semua perhatian tertuju pada Bara, yang duduk dengan sikap tegap, meski jelas terlihat gugup. “Kaia?” tanya Sastro, memastikan. “Ya, Kaia,” jawab Dewangga mantap. Sastro menghela napas panjang, memandangi Bara sejenak sebelum kemba

