Bab 72

976 Words

Redita duduk di atas sofa dengan kaki terlipat anggun, menatap Laksana yang bersandar di kursinya dengan ekspresi puas. Senyum tipisnya tetap terpatri, meski dalam hatinya ada bara yang membakar harga dirinya. Laksana menyesap minumannya perlahan, tatapannya menilai wanita di hadapannya. "Kau bilang akan menjebaknya?" tanyanya, suaranya rendah namun penuh tekanan. "Dengan cara apa? Dengan tubuhmu?" Redita mengangkat dagunya, berusaha tetap tenang meski matanya memancarkan kemarahan terpendam. "Aku tahu bagaimana cara membuat seorang pria tunduk, Tuan," jawabnya, suaranya tetap manis namun mengandung racun halus. Laksana terkekeh, nada tawanya meremehkan. "Kau memang pintar bermain kata, Redita. Tapi jangan lupa, aku tidak membayarmu untuk bermain murahan. Aku ingin hasil, bukan drama."

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD