Di dalam ruangannya yang luas namun terasa sesak oleh amarah, Bara membanting dokumen yang baru saja diserahkan oleh asistennya, Kana. Kertas-kertas itu berhamburan di atas meja, beberapa jatuh ke lantai tanpa ada niatan untuk dipungut kembali. "Kenapa kau memanggilku hanya untuk masalah seperti ini, Kana?!" bentaknya, suaranya bergema di ruangan yang sepi. Rahangnya mengeras, matanya menyala tajam menatap asistennya yang berdiri kaku dengan kepala tertunduk. Kana tetap tenang, meski jelas ia bisa merasakan hawa panas kemarahan Bara yang menyelimutinya. "Maaf, Tuan. Tapi ini menyangkut proyek yang sempat mangkrak. Jika tidak segera diselesaikan, pihak lawan akan menuntut ganti rugi dalam jumlah besar. Saya pikir ini adalah hal yang mendesak." Bara mendengus, lalu menghempaskan dirinya k

