Kaia duduk di tepi ranjang dengan napas sedikit tertahan, menatap punggung suaminya yang tengah mengenakan jas. Pagi itu, ada sesuatu dalam sorot mata Bara—penuh tekad, tapi dibarengi dengan aura ketegangan yang sulit dijelaskan. "Mas, mau ke mana?" tanyanya dengan nada menyelidik. Matanya tajam, mencoba menangkap kejujuran dalam gerak-gerik suaminya. Bara menoleh, memasang senyum lembut yang seringkali membuat hati Kaia luluh. “Ada pertemuan penting, Sayang. Hari ini pengumuman akuisisi perusahaan X. Aku harus ada di sana.” "Lama nggak?" Kaia mendongak dengan wajah gemas, meskipun nada khawatirnya masih terasa. Bara mendekat, lalu tanpa peringatan, mencuri ciuman di bibir istrinya. “Kenapa? Ada Mama dan Ibu yang temenin kamu, kan?” godanya sambil menyeka lembut bibir Kaia yang sedikit

