Bab 82

1520 Words

Kaia menatap lelaki paruh baya di depannya dengan penuh kewaspadaan. Mereka duduk saling berhadapan di ruang kantor yang terasa sunyi meski udara di dalamnya tidak begitu dingin. Laksana bersandar santai di sofa, tetapi aura kekuasaannya begitu nyata, menekan ruang seolah dia pemilik mutlak segalanya. Wajahnya yang tampan meski dihiasi kerutan menandakan usianya yang tak lagi muda, namun sorot matanya masih tajam, penuh intimidasi yang membuat Kaia merasa kecil. “Ada perlu apa Anda memanggil saya ke sini?” tanya Kaia dengan nada setenang mungkin, meskipun di dalam hatinya ada gelombang kegelisahan yang sulit ia kendalikan. Laksana tersenyum kecil, seringai tipis yang sulit ditebak maknanya. Ia menyilangkan satu kaki di atas kaki lainnya, lalu menatap Kaia dengan tatapan yang mengukur. “S

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD