Felicia tak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya jika dilihat dari bagaimana kedua matanya terbelalak. Apa yang sang ayah katakan terdengar tidak masuk akal sampai dia pikir itu hanya akal-akalan agar dirinya menyerah atas Dean.
“Ayah bercanda, ‘kan?” tanya Felicia memastikan. Suaranya bergetar, ada rasa cemas dan juga berharap. “Ayah mengatakannya biar aku berhenti, ‘kan?”
Dharman menggeleng lemas dengan mata terpejam, merasa kasihan pada putri satu-satunya itu, tetapi yang jelas … apa yang kali ini dia rasakan bukan hanya sekadar kasihan pada Felicia, tetapi juga merutuki diri sendiri setelah kenyataan ini hadir.
Dia meninggalkan seorang wanita yang dijanjikan akan segera dinikahi, tetapi ujungnya kabur demi mendapatkan seseorang yang jauh lebih kaya dan menjanjikan masa depan yang l
