“Aku tidak tahan, Tara. Tubuhku rasanya terbakar. Tolong bantu aku.” Arga sadar ada yang salah dengan tubuhnya. Otaknya masih bisa bekerja, namun ia seolah tidak bisa mengontrol tubuhnya. Sesuatu di dalam tubuhnya seakan-akan siap meledak. Arga menatap memohon Tara. Tidak ada orang lain yang bisa ia mintai tolong selain Tara. “A-aa-apa? A-apa yang … bisa aku … bantu?” Kalimat yang Tara ucapkan terjeda. Melihat dari sorot mata Arga, alarm di dalam kepala Tara langsung menyala. Tidak. Ini tidak boleh terjadi. Tara bicara pada dirinya sendiri. “Mas ….” Tara menggelengkan kepala. "Jangan." Tara memohon. “Aku bisa mati, Tara. Aku tidak tahan lagi. Tolong bantu aku. Aku mohon.” Arga tidak tahu harus bagaimana lagi selain memohon pada Tara. Dia sungguh tidak bisa mengendalikan dorongan dari da