“Siapa Arga?” Mulut Sintya langsung menganga, sementara sepasang mata wanita itu menatap lekat wajah Bayu. Suasana di dalam ruangan tersebut menjadi hening. Benar-benar senyap lantaran tak terdengar suara apapun. Tidak juga detak benda pengingat waktu yang menggantung di salah satu sisi dinding, sampai kemudian terdengar suara pintu yang dibuka. Bola mata pria yang terbaring di atas ranjang perlahan bergerak ke arah suara berasal. Pria itu terlihat menghembus napas lega, begitu melihat siapa yang berjalan masuk ke dalam ruangan tersebut. “Selamat siang, Pak Bayu.” Sang dokter yang masih mengayun kaki itu menyapa. Pria itu kemudian berhenti di samping ranjang—di dekat Bayu. “Sekarang apa yang Pak Bayu rasakan?” tanya sang dokter sambil memasang stetoskop ke telinga. Pria itu membungku