When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Semarah-marahnya Naya sama Abi, dia pasti luluh lagi. Hati Naya lembek kalau soal Abi. Saat dengar curhatan Abi terkait, "Rujuknya batal, Nay." "Hah? Kenapa?" Naya senang. "Ceweknya nggak mau." Oh, Naya mau pesta rasanya. Dan Naya cerita ke Bang Sakha dengan kalimat yang direka-reka. Responsnya jelek. Kemarin ... Naya disuruh berhenti mencinta Bang Abi. Naya disuruh menyudahi atau Bang Sakha yang bertindak sendiri. Aksi cintanya kepada Bang Abi dinilai bodoh sekali. Hingga kini, fix, Naya dan Sakha marahan. Bodo amat sama Abang. Bodo amat! Naya tetap mangkal di ruang makan Mama Rahee untuk numpang sarapan. Seperti biasa, bedanya sekarang ada Abi yang jauh lebih dekat ke Naya. "Nanti sore jadi kan, Nay?" "Jadi dong." Hehe. Naya lagi pedekate, atau apa saja sebutannya, pokoknya