bc

A TWIST OF FATE

book_age0+
7.0K
FOLLOW
52.4K
READ
possessive
dominant
doctor
drama
sweet
like
intro-logo
Blurb

Dan ketika semuanya hancur hanya karena satu kesalahan dari masa lalu, kisah Alletha dan Azel yang penuh dengan drama kehidupan...

chap-preview
Free preview
BAB 1
Siapa yang tidak mengenal Azellio Caldweed Zerrald sebagai dokter di sebuah rumah sakit ternama milik keluarganya yang sudah terjun internasional akibat otaknya yang cerdas? Pria yang memiliki darah British bermata abu-abu terang dengan rambut coklat gelap membuat wanita memandangnya tak cukup hanya sekali. Banyak wanita patah hati karenanya tapi, Azel tampak cuek dan tidak memperdulikan hal tersebut. Mirip sekali dengan Sang ayah, Aiden.   Hanya ada satu wanita yang sejak dulu dihatinya dan itu adalah masa lalunya. Wanita itu meninggal dunia karena penyakit yang merenggutnya dan itu membuat Azel bertekad untuk menjadi seorang dokter.   "Dok, ada pasien tabrak lari di UGD."   Azel mengangguk tipis dan memakai jas putih yang membuatnya semakin terlihat mempesona. Wajah datar, rahang tegas, dan mata tajam itu membuat wanita terbius setiap melihat ketampanannya. Banyak para dokter wanita yang berlomba-lomba untuk menarik minatnya, namun tidak satupun darinya yang menarik perhatiannya.   Langkahnya menuju UGD terhenti saat melihat seorang wanita yang sedang dibentak oleh dokter dengan tipe tidak sabaran menghadapi seorang pasien. Azel mendekatkan dirinya pada dokter Byan yang memiliki tempramen tinggi di departemennya tersebut.   "dokter Byan." Suara datarnya membuat dokter Byan menoleh, pun dengan keluarga pasien yang sebelumnya beradu mulut dengan dokter Byan. "Apa yang terjadi?"   "Nona ini memaksa untuk segera melakukan check up pada Kakeknya tanpa mau mengantri." Byan menunjuk 'nona' itu sambil menggeram. "Apa kau bisa mengurusnya, dokter Azel?"   Azel menghela nafas pelan kemudian melirik wanita yang sedari tadi menatapnya tanpa henti seperti wanita lainnya. "Nona.." Panggil Azel pelan, namun tidak ada sahutan. Kini Azel melambaikan tangannya di depan wajah nona tersebut. "Hey, nona.."   Byan berdecih sinis. "Lihat saja. Semua wanita sama saja, hanya menilai dari paras dan harta." Sinisnya Byan membuat wanita itu sadar dan merona karena ketahuan menatap Azel dengan pandangan terpesona.   "Ah-ma..maaf." Nona itu menunduk sesaat lalu kembali menatap Azel. "Saya hanya ingin Kakek saya melakukan check-up dan perawatan lebih dulu karena Kakek saya sudah lama sakit, dok."   Azel memperhatikan gelagat wanita didepannya dengan cermat. Ia bisa menilai seseorang dari gerak-gerik, tatapan, dan tubuh bahasanya. Apakah orang itu berbohong atau jujur? Azel bisa mengetahuinya karena ia juga mempelajari psikologi. Pria itu kembali menatap dokter Byan. "Suruh dokter Angie yang memeriksanya. Aku tahu dia sedang kosong."   Byan menghela nafasnya pelan. "Baiklah. Aku akan memanggilnya."   Azel mengangguk dan hendak melangkah, namun lengannya tertahan saat ada tangan mungil memegang lengannya itu. "Terimakasih, dok." Ujar wanita itu malu-malu.   "Hmm." Jawabnya dan segera ke UGD untuk menemui pasien tabrak lari.   ***   "Sialll!!!" Geram Charletta Evellyn Mossart yang memiliki percampuran darah Asia dalam tubuhnya karena berambut hitamnya yang legam tampak sangat mencolok diantara ribuan wanita rambut berpirang di negaranya. Letta melempar berkas tersebut di atas meja lalu menatap pria di depannya dengan tajam dan tatapan membunuhnya yang kental akibat turunan Ayahnya, Levin. Dia putri ketiga dari tiga bersaudara.   "Santai, Sweety. Kau mengerikan jika seperti itu." Goda Egardio Dellen Rolette. Pria yang merupakan anak Dellen dan Shaina –sepupunya- sangat mirip dengan pamannya Dellen yang suka menggoda sana-sini. Dia merupakan anak kedua setelah Vetra.   Letta menatap Kakak sepupunya itu geram. "Bagaimana bisa aku tenang jika Daddy mengirimku ke rumah sakit itu? No!! aku tidak bisa. Itu sangat jauh dan apa? Daddy bahkan bekerja sama dengan temannya itu. Apa maksudnya ini?!"   Egar terkekeh melihat adik sepupunya yang kewalahan sendiri. "Sweety, mungkin ini yang terbaik. Lagipula, diantara semua anak Om Levin hanya kau yang paling nakal." Nakal maksud Egar karena Letta sering membangkang dan suka menjadi pembalap sebagai sisi liarnya di selasela pekerjaannya sebagai dokter.   Letta menarik nafas lalu menghelanya pelan. "Apa tidak ada cara lain agar aku tidak dikirim kesana? Lagipula, aku sudah cukup nyaman bekerja dirumah sakit milik Daddy ini.." Ia menatap ruangannya itu dengan sedih.   "Ada satu cara." Egar bergumam pelan seolah berpikir membuat Letta menatapnya penuh harap.   "Apa itu?"   Egar tersenyum misterius membuat Letta semakin penasaran. "Kau bisa meminta bantuan Kakakmu, sweety."   "Kak Vynca? Tidak. Dia tidak akan mau membantuku." Letta mendesah pasrah. "Lagipula, dia sudah bersuami dan jarang sekali pulang kerumah."   "Bukan Vynca, Sayang. Tapi, Elvior."   Letta membelalak kaget. "NO!! I won't do that!! Itu sama saja dengan bunuh diri." Letta memang paling takut dengan Vior karena pria beranak dua tersebut sangat-sangat 'kejam' menurut pandangan Letta. Bahkan, mendengar namanya saja membuat bulu kuduk Letta meremang seketika. Letta bahkan heran bagaimana Kak Ryva –kakak iparnya- mau menikahi kakaknya yang kejam itu. Jika Letta bertemu dengan pria seperti Kakaknya mungkin dirinya akan berpikir dua kali untuk menikah.   Egar terkekeh pelan. "Terserah kau saja, sweety. Tidak ada cara lain." Pria itu mengendikkan bahunya acuh kemudian beranjak meninggalkan Letta. "Ah.." Egar bergumam saat sampai di depan pintu ruangan serba putih milik Letta. "Sebaiknya kau turuti saja ucapan Daddymu, mungkin kau akan menemukan jodohmu disana."   "Ck, sialan kau Egarr!!!" Letta melempar pulpen ditangannya namun sayangnya pintu tertutup lebih dulu membuat Letta tak henti-hentinya memaki karena kesal.   ***   "Son, ada yang ingin Papa bicarakan.." Aiden berujar saat melihat putranya baru saja pulang dari rumah sakit.   Azel menurut dan duduk di sebelah Papanya, menunggu hingga pria paruh disampingnya berbicara.   "Teman Daddy akan mengirimkan anaknya kemari minggu depan. Dia akan berada dibawah pengawasanmu."   Azel menaikkan alisnya tidak suka. "Aku sibuk, Dad. Cari orang lain saja."   "Son!!" Aiden memanggil tegas. "Daddy tidak bisa menolak permintaan teman Daddy ini. Mau tidak mau kau harus mau!"   Azel menghela nafasnya. "Terserah Daddy saja. Aku lelah."   Beginilah hubungannya dengan Aiden semenjak wanitanya meninggal. Azel sebenarnya tidak menyalahkan Papanya atas meninggalnya Orine. Namun, Aiden selalu menentang hubungannya dengan Orine dan pada saat Orine kecelakaan, Aiden bahkan mengancam Azel untuk tidak lagi pulang ke rumah jika dia berani mendatangi pemakaman Orine yang berada di luar negeri.   Awalnya, Azel tidak memperdulikan ancaman itu karena baginya Orine adalah segalanya. Namun, Azel akan tetap menomorsatukan Mamanya maka dari itu ia tidak jadi mengikuti pemakaman Orine saat melihat Mamanya menangis. Hingga saat ini Azel masih menjaga jarak dengan Aiden dan menganggap Aiden sebagai pemisah dirinya dan Orine. 

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Fake Marriage

read
8.3K
bc

Broken

read
6.2K
bc

Wedding Organizer

read
46.3K
bc

MOVE ON

read
94.6K
bc

MANTAN TERINDAH

read
6.8K
bc

The Unwanted Bride

read
110.9K
bc

Mas DokterKu

read
238.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook