Dua

1019 Words
Rudolf menutup korannya saat bunyi ketukan sepatu milik Grace menggema sepanjang tangga. Laki- laki pendiam itu langsung mengambil posisi berdiri dan memasang raut datar dan dinginnya. "Ayo! Aku harus menyelesaikan urusan pernikahan kita sekarang! Besok seharian aku ada kegiatan yang lebih penting ." Rudolf hanya mengangguk patuh. Laki-laki itu berjalan mendahului Grace dan mengambil mobil di garasi. Dia heran, bagaimana Grace bisa setenang itu menghadapi pernikahan yang akan dilaksanakan dua hari lagi. Sementara dia tidak bisa tidur gara- gara akan beralih profesi menjadi suami Grace. Rencana konyol itu sangat mengganggunya, tapi dia sudah terikat kontrak dengan wanita ini selama satu tahun kedepan. Grace duduk anggun setelah Rudolf membuka pintu mobil. Dia melirik wanita cantik itu yang asik membuka majalah di depannya. "Aku tak percaya, model pendatang baru ini bisa langsung melejit begitu saja. Padahal, dia terlihat tidak begitu profesional." Rudolf diam saja. "Hei, kau! Aku sedang bicara denganmu." Rudolf melirik dari kaca spion di depannya. "Mungkin dia memiliki keahlian yang belum terlihat oleh anda, Nona." "Tidak, aku merasa ada skandal besar di sini. Aku tau sendiri, banyak orang yang menerima job khusus agar namanya bisa melejit secara instan." Grace bergumam. Bukan hal baru lagi, model dijanjikan pekerjaan yang menghasilkan ratusan juta dalam beberapa hari, namun syarat yang harus dilakukan benar- benar menyimpang. Banyak rekan Grace menjadi teman kencan pengusaha-pengusaha kaya yang mensponsori iklan tertentu. Pada Grace sendiri tawaran itu tak terhitung jumlahnya, namun dia bisa menolak dan memberikan alasan sehingga orang tersebut sungkan. Grace tak butuh perhatian lagi dari pengusaha karena namanya sudah mendunia. Bagi Grace, dia sangat perhitungan dalam semua hal, kecuali satu itu, saat dia dengan bodohnya menyerahkan sesuatu pada bajingan yang membuat dia kehilangan Raihan. ***** Mata Grace berkilat takjub, tak sia-sia dia mengeluarkan uang milyaran dan memercayakan kepada wedding organizer yang terkenal di Jakarta. Pelaminan serta dekorasi yang sangat wah, khas Grace. Persiapan hampir seratus persen. Bagi Grace semua ini tak ubahnya seperti panggung sandiwara baginya. Dia adalah pemeran utama sekaligus penentu jalan jalan cerita sandiwara ini. "Bagaimana menurutmu?" Grace melirik Rudolf yang menatap bosan. "Bagus." "Cuma itu tanggapanmu?" Grace tidak puas dengan pujian yang terkesan malas malasan itu. "Ini memang bagus, saya berkata jujur, Nona." "Anggap saja kau jujur. Kau orang yang paling membosankan di dunia." "Apa ini tak berlebihan, Nona?" Rudolf menilai Grace hanya menghambur-hamburkan uang. "Aku ini model terkenal, apa kata dunia jika pestanya biasa saja." "Saya merasa ini terlalu manipulatif. Andaikan orang tau apa tujuan anda menikah dengan saya." "Orang tak perlu tau, jika orang tau, maka kau pertama kali yang akan aku minta pertanggung jawaban." Grace mendelik. "Apa anda tak malu tentang penilaian orang tentang anda? Maksud saya, apa kata dunia jika mereka tau anda menikah dengan pengawal anda sendiri." Rudolf mengeluarkan isi hatinya. Sampai sejauh ini, publik hanya bisa menebak-nebak siapa calon suami Grace, dan tak sedikit pun mencurigainya. "Lupakan! Aku tak peduli pendapat orang. Aku hanya ingin punya anak." Rudolf terdiam. Wanita ini benar- benar labil, tadi saat dikritik tentang pesta yang berlebihan dia begitu peduli pendapat orang, dia tak mau menyelenggarakan pesta kecil. ***** Rudolf hanya terpaku pada minuman mineral di depannya. Hatinya mengatakan ini tidak benar, Grace hanya memanfaatkan ketidak berdayaannya. Pernikahan apa ini? Pernikahan gila yang mungkin tak pernah dilakukan orang lain. Ingin memiliki anak tanpa sentuhan fisik, bagaimana caranya. Dia sangat awam tentang itu. Secara tidak sengaja Grace membelinya dengan jumlah uang yang sangat besar. Pantas saja Grace tak memiliki teman, orang tuanya pun cenderung mengabaikannya. Dia adalah orang yang sulit, merasa paling benar dan tak bisa diberi saran. Dia tipe wanita yang harus selalu dituruti. Rudolf sendiri tak mengerti, bagaimana Raihan bisa jatuh cinta pada Grace, karena baginya tak ada yang menarik selain kecantikan yang dipuja dan selalu mendapat perawatan salon terkenal. Rudolf memang tak muda lagi, beberapa tahun lagi usianya bahkan genap empat puluh tahun. Tapi bukan berarti dia tak berkeinginan menikah, namun hidup di bawah kekangan Grace membuatnya tak sempat mengenal wanita lain dalam hidupnya. Rudolf melonggarkan dasinya, meneguk rakus air mineral di tangannya. Tiba-tiba Grace muncul, dengan pakaian terbuka dimana- mana. Apakah Rudolf tertarik? Wanita itu tak memberi pengaruh sedikit pun padanya, biasa saja, dia juga sudah biasa mendapati keadaan Grace yang lebih seksi dari pada ini. "Kau belum tidur?" Grace duduk di depan Rudolf menyilangkan kakinya, kaki panjang yang menjadi kebanggannya selama ini. "Belum. Saya belum mengantuk." "Aku tak ingin ada lingkaran hitam di matamu, sehingga kau kelihatan jelek di hari pernikahan." Rudolf diam saja. Kalau boleh memilih, dia tak ingin berkomunikasi dengan wanita ini. "Aku rasa kau juga butuh salon." "Apa?" Rudolf terhenyak, ide Grace tak masuk akal. "Bulu-bulu liar di wajahmu sangat mengganggu, kau kelihatan semakin tua." Rudolf hanya menggeleng tak percaya. ***  Pesta yang begitu mewah dan megah sudah selesai dua jam yang lalu. Siapa yang tak mengenal Grace, wanita berambisi tinggi yang mampu melakukan apa saja dengan uang dan kekuasaannya. Bahkan media lokal maupun internasional datang meliput acara sakral mulai dari sesi ijab Qabul dilanjutkan dengan pesta mewah yang membuat takjub semua orang. Mereka adalah orang muslim, Rudolf sudah lama memeluk agama Islam sedangkan Grace adalah anak yang dilahirkan oleh orang tua yang berbeda keyakinan. Ibunya muslim sedangkan ayahnya Kristen, dan Grace ikut keyakinan ibunya dan memeluk agama Islam dari kecil. Sekarang dua manusia yang digelari sebagai penganten baru yang menampilkan bahagia palsu itu tengah berada di kamar hotel tempat resepsi acara. Grace tak henti hentinya menangis. Iya, wajah bangga dan pongahnya tiba-tiba saja meredup saat dua orang yang menjadi beban pemikirannya datang ke acara itu. Siapa lagi kalau bukan Via dan Raihan. Masih terbayang di mata Grace betapa ringannya ucapan selamat yang diberikan oleh Raihan kepadanya. Bukan itu yang dia mau, dia ingin Raihan menampakkan sedikit kecemburuannya karena Grace berhasil mencari pengganti yang tak kalah tampan darinya. Sepanjang acara, mata Grace memandang pasangan yang paling mengganggu itu, bukan dia yang menjadi pusat perhatian, tapi Raihan memfokuskan perhatiannya pada wanita berjilbab dengan perut yang sudah membesar. Bahkan Grace menilai Via tak ada cantik-cantiknya, perut besar dan tubuh yang mulai membengkak. Rudolf sempat menegur Grace, karena dia saat ini menjadi pusat perhatian dan bahkan dalam pengawasan kamera. Alhasil, wanita itu memaksakan senyum walaupun hatinya terasa pahit.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD