Chapter 1

1716 Words
"Baru terkumpul lima puluh juta, Masih kurang banyak." ucap seseorang lirih melihat isi tabungannya. "Aku harus mencari pekerjaan paruh waktu lagi, minggu depan sudah waktunya harus bayar kos." ucapnya lagi lemas, ia merebahkan diri kasur memikirkan bagimana caranya dapat uang lebih. Tok toktok "Ya tunggu." "Lama banget si bukanya, ketek gue sampe pegal tahu ngga." sungut diana sahabat ariana. Ya gadis itu adalah ariana calista. gadis berusia 22 tahun yang hidupnya harus berubah setelah kepergian ayah dan ibunya. Ariana hanya terkekeh mendengar ocehan sahabatnya itu. "Nih gue bawa nasi padang, lo pasti belum makan kan." kata diana, ariana tersenyum berterimakasih sahabatnya sangat tahu kalau perutnya sudah pada demo minta diisi. "Dari salah satu pengagum?" tanyaya pada diana sambil mengunyah makannya. Yang di tanya hanya mengangkat bahu cuek. ARIANA POV Diana limanbrata, sahabatku sejak sekolah menengah pertama, dia satu-satunya teman yang kumiliki dari sekian banyaknya yang mengaku-ngaku teman. Setelah keluargaku jatuh miskin, mereka seolah tidak pernah mengenalku. jangankan menyapa menoleh padaku pun mereka tak sudi. Perusahaan ayahku di tipu oleh rekan kerjanya sendiri. Ayah sangat syok mengetahui perusahaan yang ia rintis sejak dari nol di ambil alih oleh orang kepercayaannya. Dan itu membuatnya sangat terpukul. Ia mengalami serangan jantung mendadak dan tidak bisa di selamatkan. Sedangkan ibuku memilih mengakhiri hidupnya dengan cara meminum obat tidur dengan dosis tinggi setelah di tinggal orang yang ia cintai. Aku anak tunggal dari keluargaku. setelah kepergian mereka aku sempat tinggal di rumah tante dari ibuku, awalnya mereka sangat baik padaku, tapi itu sebelum uang asuransi milik ayahku keluar, mereka mengambil uang itu dengan alasan sebagai keperluan selama aku di rumahnya, aku tidak masalah dengan itu toh aku memang menumpang disini. Seminggu setelah itu, aku di perlakukan seolah aku ini benalu yang tidak punya rasa malu menempel padanya, tanteku selalu memaki dan menjadikanku pesuruhnya. Sangat miris bukan? sampai saatnya aku bertemu dengan diana, oh god dia memang malaikatku. Aku pun mengekos, jangan tanya dari mana uang itu pastinya bukan dari asuransi ayahku, karna tanteku telah mengambil semuanya. dianalah yang meminjamkan uang padaku, sebenarnya dia menolak minjamnya dia bilang uang yang ia Kasih tidak akan membuatnya jatuh miskin, aku tidak boleh mengembalikan uang itu, dia memang berhati malaikat . Setelah selesai makan ariana mencuci piring bekas ia dan diana pakai, sahabatnya sama sekali tidak membantunya ia langsung melongos ke ruang TV, ariana sudah sangat tahu sifat culas sahabatnya itu. ia pun menghampiri diana dan duduk di seampingnya. "Diana."kataku membuka pembicaraan. "Hmm." "Apa kamu tahu dimana ada lowongan pekerjaan? Aku sangat membutuhkan itu." tanyaku sedikit ragu. Diana menoleh ke arahku dengan tatapan horror seperti ingin menyongkel kelopak mataku. *oke please ini lebay * "Lo gila ya, satu hari lo udah kerja di banyak tempat, dan sekarang lo mau nambah lagi." maki diana ke ariana. "Tapi aku butuh itu." mohon ariana. "Lo bukan robot ariana." "Iya aku tahu, kamu tahu kan aku sedang sangat membutuhkan uang itu." kata ariana mengingatkan diana kalau dia sangat membutuhkan uang untuk mengambil kembali rumah orang tuanya yang disita. Diana membuang nafas kasar menyerah dengan keras kepala ariana. "Lo emang keras kepala." kata diana menyerah, ariana hanya nyengir kuda. "Gue punya kenalan yang lagi ngebutuhin pelayan di sebuah club, gajinya lumayan tapi resikonya cukup gede, lo pasti tahu apa resikonya kalo kerja disana, gue bisa cariin lo kerjaan lain yang ngga beresiko, tapi butuh beberapa hari baru bisa dapet." ucapnya memberi tahu tentang apa yang terjadi kalau bekerja di sebuah club yang pasti akan banyak pria-pria pencari nafsu. "It's ok diana, aku bisa jaga diri, dan aku benar-benar membutuhkan banyak uang." katanya memohon. Untuk yang sekian kali diana menghela nafas kasar dengan sikap kepala Batu sahabatnya itu. * Di sebuah club malam yang begitu ramai, dentingan music apik dari sang diskjokey membuat para tamu meliukan badan di lantai dancefloor. ada yang datang seorang diri dan ada pula yang berpasangan sambil bercumbu. Bercumbu? Ya tanpa rasa malu pasangan muda mudi memangut satu sama lain tanpa ada rasa malu dengan di sekitarnya. Atau ada yang hanya sekedar minum-minum untuk menghilangkan sejenak rutinitas penat ibu kota, bahkan ada yang hanya ingin melepas nafsu dengan membeli wanita bayaran untuk memuaskan hasrat mereka. Ariana sudah mulai bekerja sebagai pelayan di club, mengenakan pakaian pelayan dengan kemeja putih yang sangat ketat di tubuhnya di padukan dengan rok hitam di atas lutut, siapa pun yang melihat pasti akan tergoda dengan tubuh indah milik ariana. "Silahkan tuan." ariana menaruh beberapa botol minuman di atas meja untuk tamu. "Ini untukmu nona manis." ucap tamu itu memberi uang tips untuk ariana sambil menepuk bokongnya, ingin sekali ariana memaki aki-aki tua botak bau tanah itu dan menendang penisnya yang peot sampai pecah dua telurnya. Tapi ia mengurungkan niatnya, dia tidak mau terkena masalah di hari pertamanya bekerja. "Terimakasih." ucap ariana dengan memasang fake smile nya. "Om bisa memberikan lebih untukmu kalau kamu mau memanjakan adik om di kasur baby." bisiknya, kali ini sambil mengelus paha mulus milik ariana. Cih... Botak tua, mana mau keperawananku di ambil orang sepertimu, dasar aki-aki bau tanah bukannya tobat udah mau mati juga malah makin menjadi, dasar tua tua keladi. batin ariana. "Maaf tuan, saya permisi." ariana pergi dari tempat itu sebelum tubuhnya di jamah-jamah lagi sama om-om hidung belang. Ariana menghela nafas, mengingat sahabatnya telah mengingatkan resiko bekerja di tempat seperti itu. Ia ingin membasuh mukanya untuk menghilangkan sedikit emosinya, di lorong tempat menuju toilet ariana di suguhkan pemandangan yang jauh lebih parah di banding tadi, sepasang pria dan wanita sedang melakukan itu dengan perempuan menungging berpegangan tembok membuka sedikit gaun yang memang sangat pendek, dan what apa-apaan itu ternyata bukan hanya satu pasangan yang melakukan itu di lorong, ada om-om tua dengan wanita agak muda sedang mengulum kejantanan om-om itu. Dunia memang sudah gila apa mereka tidak mampu membayar kamar sehingga melakukan itu di tempat umum. Batinnya bertanya. Ariana memilih mengacuhkan mereka, melewatinya seolah mereka itu makhluk tak kasat mata. "Ahhh.. Faster baby faster emmpppp acchhh... Yyaa di situ sayang ahh. Aku ssudah mau keluar ahhh..... " Dan oh god kenapa masih ada bahkan di dalam kamar mandi mereka mendesah. Batinnya Yang dibicarakan keluar seorang wanita dan wanita, wait.. What wanita? Maksudnya wanita dengan wanita?. Tanpa sadar ariana memandang wanita itu lekat plus heran. "Apa yang kau lihat." ucap salah satu wanita yang ada di toilet dengan penampilan yang masih berantakan dengan gaun super pendeknya yang masih terangkat vaginanya sedikit mengintip. Ariana tidak menjawab dan hanya menunduk takut, setelah dua wanita itu keluar ia naru berani mengangkat wajahnya. Ia keluar dari toilet itu melewati lorong tadi, ternyata pasangan mesum di tempat umum itu sudah tidak ada. "Ariana." panggil seseorang yang ternyata Eka teman yang baru iya kenal tadi. "Tadi lo di panggil menejer tuh katanya suruh anter minuman di kamar lantai dua di pojokan." eka memberitahu. "Oh.. Thanks fit." Eka pergi setelah memberitahu ariana untuk mengantarkan minuman ke kamar tamu di lantai atas. Toktoktok Ariana mengetuk kamar itu lalu langsung membukanya, betapa terkejutnya ia melihat ternyata orang di kamar tersebut om-om botak yang telah menepuk dan mengelus pahanya. "Hai nona cantik, ketemu lagi sama om. " om-om itu menghampiri ariana yang mematung karna terkejut, di peluknya ariana, dengan lancang om-om tua bangka itu meremas gundukan kenyal bokongnya. Reflek ariana menjatuhkan nampan minumannya, ia melototkan matanya kepada om-om itu. "Hey.. Tenang sayang, aku jadi makin suka sama kamu yang ternyata masih polos ini." ucapnya lagi mengelus dagu ariana. Ariana menghempaskan tangan om itu dengan kasar. "Uhh.... Galak banget, tenang aja sayang malam ini kita habiskan berdua." om itu merangkul pundak ariana, yang lagi-lagi di hempaskan dengan kasar. "Maaf, saya hanya mengantar minuman bukan menjual tubuh." ariana hendak pergi, namun tangannya di cekal. "Mau kemana sayang, kita bersenang-senang dulu, aku bisa membayar berapa pun yang kamu mau, sepuluh juta? Dua puluh juta? Lima puluh juta? Seratus juta pun aku berani membeli tubuh indahmu sayang, jadi jangan sok jual mahal dengan tubuhmu. " rayu om-om itu, mata ariana sudah memerah baru kali ini dia di perlakukan sehina ini, tubuhnya? Bahkan beratus-ratus milyar pun tidak akan bisa membeli tubuhnya. Ariana menampar om-om itu dan hendak lari, namun ia kalah cepat, tubuhnya langsung di hempaskan ke kasur dengan om-om berada di atas mengungkungnya. "Ternyata kamu lebih suka hal-hal kasar, sama om juga suka yang kasar." ucapnya menyeringai mengerikan. "TOLONG." teriak ariana meminta tolong siapa pun agar ia terbebas dari om-om mesum ini. "Teriak saja sayang, tidak akan ada yang mendengarmu." om itu hendak mencium bibir ariana. Dengan sekuat tenaga ariana menendang om gila itu sampai terjengkang ke samping. Om itu sangat marah dengan perlakuan ariana. Ia langsung menghampiri ariana dan menarik kemeja itu sampai kancing-kancing itu terlepas. "Kau jangan mempermainkanku." ancamnya. Ariana sudah tidak bisa menahan air matanya, ia menangis dengan perlakuan kasar om mesum yang sedang berusaha mensetubuhinya. dengan sekuat tenaga ia menahan tubuh nya agar tidak menempel dengannya. 'Tolong siapa pun kumohon' batinnya. BRAK Bugh Bugh Seseorang masuk kekamar itu, langsung menghajarnya hingga tak sadarkan diri. "Terimakasih" lirihnya, ariana pun kehilangan kesadaranya. Pria yang menolong ariana langsung membuka jasnya untuk di pakai ariana, tidak mungkin ia membawanya dengan baju robek dengan menampilkan bra hitam milik ariana. * Ariana mengerjapkan matanya, rasa pusing saat membuka matanya sangat kentara. Ia melihat sekeliling ruangan, tidak terdapat apapun hanya berisikan rak buku yang tersusun rapih. "Kau sudah sadar." ucap seseorang tiba-tiba. Ariana langsung menutupi tubuhnya takut, mengingat kejadian di club. "Siapa kamu?" tanyaku dengam suara bergetar. "Tidak perlu takut, aku yang menolongmu dari buaya tua semalam." ariana menunduk malu. "Sudah berapa lama aku tidak sadar?" tanyaku padanya, mengingat matahari sudah tanpak menjulang. "Entah, aku tidak menghitung jam." ucapnya dingin. Ia pun memilih melihat jam yang masih menempel di tangannya. betapa terkejutnya dia, pakaian yang dia pakai tadi malam dengan sekarang berbeda. "Apa kau yang mengganti pakaian ku? " tanyaku panik. "Siapa lagi." ucapnya cuek. "Saya tidak nafsu dengan kamu, jadi jangan berfikir yang tidak-tidak." ucapnya lagi lalu meninggalkan kamar itu. Ariana kembali menangis mengingat kejadian semalam. Ia merasa terpukul dan menganggap bahwa dirinya sangat kotor. "Ibu.. Ayah.. Apa kalian baik-baik saja di sana? Bolehkah aku menyusul kalian?" isak ariana. "Maafin ariana bu... Ariana belum bisa mengambil rumah itu, rumah yang menyimpan begitu banyak kenangan kita. Sebelum di ambil sajabat brengsek ayah." Tanpa di ketahui ariana pria yang menolongnya masih di depan pintu mendengar isakannya. Pria itu masuk kembali kedalam kamar. "Menikahlah denganku, sampai waktu yang tidak di tentukan." ucapnya tiba-tiba. __________________________
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD