Tahukah kamu apa yang kamu lakukan itu? Tahukah kamu bahwa itu menyiksaku? Namun, kamu ... cinta gilaku. . . "Sana pulang!" Di detik Daaron keluar dari kamar mandi dengan rambut basah hasil keramas. Ini soal malam itu. Ucapan Dikara tak didengar. Daaron melenggang ke tempat di mana paper bag belanjaannya berada. Dia mencari pakaian yang dibelinya tadi. Dikara mengikuti pergerakan Daaron di sini. Pantas saja sampai beli piama tidur segala saat di mal, rupanya sengaja untuk ini? "Aku bilangin pipi." Barulah Daaron menoleh. "Soal?" "Abang di sini." "Oh, bilang aja." Seraya melepas kausnya. Dikara tidak berpaling, justru menatap secara terang-terangan tubuh Daaron. Agak lain memang gadis itu. "Paling nanti dinikahin." "Jangan lupa ada Dinda." "Makanya." Daaron meniru gaya Dikara