Beberapa minggu telah berlalu sejak pertemuan itu. Pertemuan yang seharusnya menutup segala urusan, menghapus masa lalu, dan memberi ruang untuk memulai kembali. Aleena pikir dia sudah menutup semua pintu itu rapat-rapat. Tapi entah sejak kapan, dunia di sekitarnya mulai bergerak ke arah yang tidak bisa dia kendalikan. Pagi ini, notifikasi penjualan di ponsel kembali berdenting tanpa henti. Laila berteriak kecil dari balik layar laptopnya. “Len! Semua item sold out lagi! Padahal stok kemarin baru di-restock!” Aleena hanya mengangguk. Tidak ada senyum. Tidak juga keterkejutan. Dia hanya merasa hampa. Ada sesuatu yang janggal, dan dia cukup tau itu bukan semata karena kualitas produknya yang naik daun. Ini terlalu cepat, terlalu sempurna, dan terlalu diarahkan. Dan hanya satu orang yang