Kaki Aleena terasa lemas, nyaris tak mampu menopang tubuhnya sendiri. Dia sempat terhuyung, dan buru-buru meraih tepian meja untuk menahan dirinya agar tidak jatuh. Dadanya seketika terasa sesak, seperti ada sesuatu yang ingin mendesak keluar dari lambungnya. Mual itu datang bersamaan dengan gelombang rasa takut yang membekap napasnya. Sepasang mata Aleena mulai berkaca-kaca, menatap sosok yang berdiri tak jauh darinya, seseorang yang pernah begitu dekat, namun kini terasa seperti bayangan masa lalu yang menghantui. Sosok itu hanya diam, menatapnya tanpa ekspresi jelas. Bukan marah, bukan benci, bukan pula kehangatan. Hanya tatapan dalam yang seperti mencari-cari sesuatu dalam dirinya, atau mungkin seseorang yang pernah dikenalnya dulu. “Bagaimana Tante bisa ada di sini?” suara Aleena t