"Tuan Muda, sebaiknya jangan melakukan itu! Nanti Tuan Regarta dan Tuan Adrian akan membuang saya ke laut." Seorang laki-laki dengan rambut yang lumayan berantakan berusaha mengejar dan membujuk Arion yang terlihat tidak peduli. "Tuan Muda, tolong selamatkan nyawa saya kali ini saja!" laki-laki bernama Markus itu terus memohon dengan frustasi, tapi Arion tetap diam dan terus berjalan masuk ke ruangannya tanpa ekspresi.
"Bereskan semua pekerjaan selama satu bulan ke depan! Dan karena gajimu paling besar diantara Karyawan lain, jangan malas dan jangan sampai kakek ataupun ayahku membuat masalah!"
"Tuan Muda, kalau Tuan Regarta dan Tuan Adrian tahu anda menyamar menjadi Tukang Bersih-bersih di Puskesmas, kepala saya bisa dipancung." Markus tidak menyerah untuk memohon, karena menghadapi Arion saja sudah membuat Markus Stress. Jika Regarta dan Adrian harus dia hadapi juga, Markus tidak yakin mentalnya akan sanggup menanggungnya.
"Kalau begitu, jangan sampai tahu dong!" balas Arion tetap santai sambil membuka beberapa berkas yang harus dia periksa. Sudah dua hari Arion tidak datang ke kantor, karena sibuk di Rumah Sakit sebagai Dokter. Markus mendesah beberapa kali, berusaha menenangkan dirinya.
Selama ini, Arion adalah Boss yang cukup tenang. Pekerjaanya sempurna meskipun fokusnya bukan hanya di kantor. Kehidupan sosialnya juga cukup sederhana. Tidak pernah memiliki Skandal, tidak seperti Reigha yang terkenal cukup Playboy. Tapi justru karena Arion sangat tenang, Markus semakin di tekan dalam pekerjaan dan membuatnya Stress. Semua pekerjaan harus selalu selesai tepat waktu dan sempurna. Arion juga sangat pemilih ketika harus berhubungan dengan orang lain. Hal ini membuat Markus kadang tidak enak karena tidak semua orang diijinkan untuk bertemu secara pribadi. Arion tidak peduli dengan status ataupun kekayaan seseorang. Jika tidak masuk standarnya, maka dia tidak akan pernah muncul di hadapan orang itu dan begitupun sebaliknya.
"Tuan Muda, Wisata Kencana kembali mengirimkan proposal untuk bekerja sama dengan Resort milik anda yang berada di Lombok. Ini adalah proposal mereka yang keempat kalinya dalam lima bulan terakhir. Bisa dikatakan mereka cukup rajin untuk mengajukan kerja sama dengan kita." Markus akhirnya memilih untuk membahas pekerjaan saja, karena dia sangat tahu seberapa keras kepalanya putra sulung dari Regarta Setyo Aji itu.
"Aku malas berurusan dengan orang yang bekerja di pemerintaan seperti mereka." balas Arion tanpa menoleh. "Tolak saja!" tambahnya lagi.
"Bekerja di Pemerintahan?"
"Ayahnya Anggota Dewan, putranya seorang tentara atau semacamnya, ibunya dikabarkan akan mencalonkan diri menjadi anggota dewan lagi tahun depan. Sudah jelas maksud dan tujuan mereka mengajukan kerja sama. Mereka ingin mendompleng popularitas demi mendapatkan simpati masyarakat. Meskipun kita ada di pihak netral, jika tiba-tiba saja kita menjalin kerja sama dengan salah satu perusahaan milik orang yang hendak mencalonkan dirinya menjadi anggota dewan, maka Media akan membesarkan masalah seolah Kita mendukung karier politik dari orang yang hendak kita ajak kerja sama itu. Drama murahan yang menyebalkan!" Arion menjelaskannya dengan detail, agar asistenya tidak lagi menerima proposal yang datang dari perusahaan tersebut.
Dan Markus sendiri memilih tidak bertanya lebih lanjut alasan kenapa Arion bisa tahu tentang rencana pencalonan istri dari pemilik Wisata Kencana tersebut, meskipun berita itu bahkan belum tercium sedikitpun oleh Media. Karena sudah bukan rahasia umum lagi, mengenai kekuatan jaringan keluarga Setyo Aji.
"Tapi Tuan Muda, putra dari pemilik Wisata Kencana, kabarnya sudah berada di Lobby sejak beberapa menit alu, karena ingin bertemu dengan anda." ucap Markus sambil meringis.
"Kamu sudah tahu apa jawabanku Markus! Usir belalang itu pergi!" balas Arion dengan ekspresi malas. Ini adalah bagian yang membuat Markus cukup Stress, karena Arion hanya bersikap sangat lembut kepada keluarganya saja. Dia benar-benar bisa terlihat seperti iblis jika menghadapi rekan bisnis ataupun musuhnya. Persis seperti Regarta dan Adrian.
Sambil mendesah beberapa kali, Markus keluar dari ruangan Arion untuk menemui tamu tak di undang itu. Karena Wisata Kencana merupakan perusaahan jasa Guide Turis yang besar, pemiliknya juga bukan orang sembarangan, Markus tidak bisa mengusirnya begitu saja hanya melalui Resepsionis. Jika dia melakukannya, maka keesokkan harinya kantor akan dikerubut Wartawan dan dikatai tidak menghargai tamu.
"Selamat siang Tuan Aryo Wiratmaja, saya Markus, Asisten Pribadi Tuan Muda Arion. Ada yang bisa saya bantu?" sapa Markus sopan. Laki-laki bernama Aryo itu tersenyum ramah kemudian menjabat tangan Markus.
"Markus, biakah saya bertemu dengan Tuan Muda Arion lima menit saja? Rencana kerja sama yang kami tawarkan benar-benar akan sangat menguntungkan. Saya janji, saya hanya butuh waktu lima menit saja." Aryo langsung bicara terus terang tanpa basa-basi. Pakaiannya juga sangat sopan dengan badan tegap khas Abdi Negara. Pembawanya juga sangat ramah. Jenis orang yang selalu membuat Markus tidak enak ketika harus mengusirnya.
"Saya benar-benar minta maaf Tuan Aryo, saat ini kebetulan Tuan Muda sedang tidak ada di Indonesia. Beliau sedang berada di Inggris untuk mengunjungi sepupunya." balas Markus dengan senyum bisnis yang dibuat-buat.
"Ah, begitu. Tapi saya dengar Tuan Muda hari ini ada di kantor. Apakah berita yang saya dapatkan adalah kebohongan?"
"Hari ini beliau memang dijadwalkan untuk datang ke kantor, tapi urusan di Inggris cukup mendesak sehingga beliau hanya mengirim saya untuk menyelesaikan pekerjaan beliau." Markus menambah kebohongannya lagi. Padahal selama ini Markus adalah anak baik yang sangat jujur. Tapi entah berapa ribu kebohongan yang sudah dia karang sejak menjadi asisten Arion. Hal itu juga menambah tingkat stressnya menjadi asisten pribadi Arion.
"Apakah saya boleh menulis surat untuk beliau?" tanya Aryo penuh harap. Markus tersenyum bisnis lagi kemudian mengangguk saja, karena dengan seperti itu Aryo akan cepat pergi. Urusan surat yang sudah pasti akan berakhir di Tong Sampah itu, biar jadi urusan belakangan saja.
"Silahkan Tuan Aryo, apakah anda membutuhkan pulpen atau kertas?" ucap Markus pura-pura menawarkan.
"Tidak perlu, kebetulan saya memilikinya." balas Aryo kemudian mulai menulis surat, dan dia berikan pada Markus dalam keadaan terbungkus amplop yang rapih. Setelahnya Aryo berpamitan untuk pergi dengan senyuman ramah.
"Huh!" Markus mendesah panjang. "Belalang malang yang sopan." gumamnya lirih sambil menatap prihatin punggung Aryo yang semakin lama semakin menghilang. Setelah itu Markus kembali naik keatas untuk menghadapi atasannya yang keras kepala.
"Apakah Belalang itu sudah pergi? Kamu sudah memastikan dia tidak akan datang lagi kan Markus?" tanya Arion penuh selidik, setelah melihat wajah tidak meyakinkan dari Asistennya itu.
"Beliau sudah pergi, tapi beliau mengirimkan surat untuk anda, Tuan Muda." balas Markus sedikit waspada karena mata Arion mulai menyipit, tanda laki-laki itu sebentar lagi akan mengomel. Tapi untungnya Arion hanya mendesah saja sambil mengambil surat yang Markus sodorkan.
"Belalang sembah sialan ini, berani-beraninya dia mengatai aku tidak sopan. Memangnya kalau dia abdi negara kenapa huh? memangnya dia pusat dunia huh?" Arion terlihat sangat murka sambil meremas surat itu kemudian melemparnya ke Tong Sampah. Markus yang kepo mengambil surat itu kemudian membacanya.
"Untuk anda yang pastinya lebih muda dari saya, bukankah sangat tidak sopan mengabaikan tamu yang datang jauh dari Luar Pulau. Anda sudah mencuri waktu saya yang berharga sebagai Abdi Negara, sebaiknya anda sedikit mempertimbangkan proposal yang saya kirimkan." Itu adalah penggalan dari surat yang di tulis oleh Aryo. Surat yang membuat Markus merinding karena dia sangat tahu, keluarga Setyo Aji adalah kumpulan manusia-manusia pendendam.
"Apa yang akan anda lakukan Tuan Muda? Tolong jangan sampai menghilangkan nyawanya. Saya malas mengurus masalah itu. Anda kan tahu kalau saya ini cukup penakut Tuan Muda!" Markus Memohon dengan ketulusan penuh, sebab ledakan kemarahan Arion selalu membuatnya kerepotan.
"Karena dia bilang aku sudah mencuri waktunya yang berharga sebagai abdi negara, kedepannya aku akan mencuri lebih banyak lagi darinya. Mungkin saja hal paling berharga yang dia miliki akan aku curi di masa depan." balas Arion dengan senyuman jahat yang menyeramkan. Senyuman yang selalu berhasil membuat Markus merinding sebadan-badan.
***
"Arion, jangan lupa besok kamu ada jadwal ketemu sama Melisa. Dia cantik banget loh, nenek pernah ketemu langsung soalnya." ucapan Lisa penuh semangat, saat Arion baru saja sampai rumah. Reigha yang ada di sebelahnya terkikik geli.
"Makanya punya pacar! jadinya nggak di jodohin mulu." ledeknya menyebalkan.
"Punya pacar itu satu Ga, bukan Lima." balas Arion sambil beranjak menuju rumahnya dengan eskpresi penuh kepuasan.
"Sialan!" balas Reigha tanpa suara.
"Nenek, mas Reigha bilang Sialan!" teriakan Kamila membuat Reigha mendesah sementara Arion tertawa terbahak-bahak melihat Lisa melotot.
"Dasar tukang ngadu!" cibiran Reigha cuma dibalas juluran lidah oleh Kamila yang sejak tadi sibuk merajut di kursinya.
"Anak ibu sudah pulang! sini peluk dulu sayang!" Wendy merentangkan kedua tangannya pada putra sulungnya itu. Membuat Arion mendengus seperti biasanya karena Wendy terus memperlakukannya seperti anak kecil.
"Arion sudah terlalu tua untuk di peluk-peluk loh Bu." protesnya entah ke berapa ribu kali, karena Wendy tidak pernah peduli.
"Sampai kamu tua pokoknya ibu bakalan peluk terus." balas Wendy sambil tersenyum manis.
"Sana pelukin pacar Ibu aja yang lebay itu." ucap Arion penuh sindiran sambil melirik sang ayah yang sedang duduk di ruang tamu dengan Laptop di hadapannya. Regarta menoleh kemudian terkekeh geli.
"Kenapa? Cemburu karena kamu jadi laki-laki nomor dua di rumah ini huh?" balas Regarta penuh cibiran. Arion hanya berdecak saja kemudian buru-buru masuk ke kamarnya sebelum sang ibu mulai bermesraan dengan ayahnya.
"Boss, ada transaksi menggunakan kartu ATM di desa Suka Sari. Kali ini dia membeli rokok di minimarket dekat Puskesmas." laporan dari Reno membuat Arion merasa semakin yakin dengan keberadaan orang yang sedang dicari oleh Agen Detektif miliknya. Laki-laki dengan usia sekitar delapan belas tahun yang melarikan diri ke Lombok setelah menculik seorang gadis yang masih dibawah umur. Sebenarnya kasus itu tergolong kasus yang mudah, Arion tidak perlu datang langsung untuk menangkap anak itu karena anak buahnya saja bisa langsung membereskannya dengan mudah.
Hanya saja, Arion malas bertemu dengan calon pasangan kencan butanya yang ke sembilan, yaitu Melisa yang disebutkan oleh Lisa sebelumnya. Alasannya adalah karena Melisa benar-benar tidak masuk dalam standar manusia yang berhak bertemu dengan Arion. Laki-laki itu juga sudah terlalu muak dengan perjodohan yang diatur oleh sang nenek.
"Besok gadis mana lagi yang harus kamu temui Ar?" Regarta bertanya sambil tersenyum geli, karena putranya terlihat sangat menderita menghadapi puluhan kencan buta yang diatur oleh kakek dan neneknya.
"Besok Arion ada perjalanan bisnis ke Singapore, karena itu nanti Ar akan bilang sama nenek soal pembatalan pertemuan." balas Arion santai. Tidak pernah menunjukkan di depan keluarganya kalau perasaanya sudah sangat menderita gara-gara perjodohan yang diatur itu.
Selama ini, Arion adalah anak yang penurut. Tapi anak penurut itu sudah sampai pada batasnya. Karena itu, dia ingin melarikan diri sebentar ke Lombok dengan dalih menyelesaikan kasus. Tapi tentu saja dia tidak bisa mengatakan akan pergi ke Lombok karena Melisa tinggal di lombok. Bisa-bisa Lisa malah akan menyuruh Arion bertemu langsung dengan keluarga Melisa. Arion benar-benar tidak ingin.
"Singapore untuk bekerja atau untuk melarikan diri?" Ledek Regarta lagi dengan senyuman puas. Arion melirik ayahnya dengan sebal dan memilih tidak mengatakan apapun. Mengabaikan kekehan Regarta yang menyebalkan itu dan memilih membantu ibunya untuk menyiapkan makan malam.
"Tolong, pacar ibu dikendalikan! Arion sudah tidak tahan." protes Arion pada Wendy setelah Regarta mengeluarkan kalimat ledekan beberapa kali lagi. Tapi protes itu hanya dibalas tawa lepas dua orang dewasa itu. Kamila yang juga ada di meja makan ikut cekikikan melihat kakaknya selalu dibully oleh sang ayah. Meledek Arion yang selalu jadi anak baik dan pendiam, selalu menyenangkan bagi Regarta dan Wendy. Begitupun dengan Kamila sang adik yang tidak mau kalah.