6

1958 Words
Alana memeriksa nya, untung nga regan tidak banyak berbicara di pesan. "Kenapa dia nanyain om udah makan atau belum, terus om jawab lagi." Ujar Alana kesal. Regan suka, senang sekali melihat Alana yang tengah cemburu buta pada nya. "Memang nya Alana cemburu?" Tanya regan. Alana mengangguk. "Iyalah, Alana cemburu banget tahu!" Ujar Alana kesal setengah mati. "Om gak akan ulangi lagi, wanita om hanya Alana." Bisik regan sebelum mencium kening Alana penuh sayang. "Sekarang sudah malam, ayo tidur." Ajak regan. Alana mengangguk, lalu tangan nya memeluk regan dengan erat. "Om gak boleh kemana-kemana." Ucap Alana posesif. Regan menganggukan kepalanya pasrah dengan bocah yang ada didalam pelukan nya ini. "Ah!" Teriak Alana kala regan mengigit leher nya jahil. "Om sakit tahu." Keluh Alana. "Bukan nya seharunya enak ya?" Tanya regan menggoda Alana. Alana menggelengkan kepalanya. "Kalau gitu sini om jilat saja." Ucap regan membuat wajah Alana memerah. "Bisa om matikan lampu dan pasang lampu tidur saja." Ujar Alana yang diangguki oleh regan. "Sudah, sekarang tinggal tidur." Bisik regan " Gumam regan pada dirinya sendiri. "Om regan sedang apa?" Tanya Alana ketika melihat regan tengah berada di dapur. Regan melirik Alana sejenak, lalu kembali fokus pada adonan kue yang saat ini tengah dibuat nya. "Sedang mau bakar cookies, apa Alana mau ikut mencoba nya?" Tanya regan pada Alana. Alana mengangguk, lalu menghampiri regan disana. Mencium bau yang sangat harum, ternyata sebagian adonan sudah sempat regan masukan sebelum nya. "Wah, Alana gak nyangka om bisa bikin cookies." Ujar Alana bangga akan kekasih nya yang tercinta. Regan menggelengkan kepalanya. "Apa yang kamu maksud adalah keperkasaan om?" Tanya regan berniat menggoda Alana di pagi hari. Alana menggelengkan kepalanya. "Buat kue nya om!" Balas Alana pada regan. Regan menggelengkan kepalanya. "Om kan hanya bercanda sayang." Ucap regan sembari memeluk Alana saat wanita itu sedang menghias beberapa toppinh diatas kue. "Ih, jangan ganggu Alana dulu om." Ucap Alana Regan memanyunkan bibir nya. "Kamu menolak om peluk?" Tanya regan tak suka sikap Alana Alana menggelengkan kepalanya. "Bukan gitu, hanya saja nanti Alana tidak bisa konsen dan cookies nya hancur." Ucap Alana pada regan. Regan mengangguk kecil, menurut pada wanita itu. "Baiklah, om akan lihat dari jauh cara kerja mu Alana." Ucap Regan. Alana mengangguk, sedangkan regan yang tengah menyender di meja dapur melihat tubuh Alana dari belakang. Atas hingga bawah regan lihat dengan lihai tanpa tersisa satu sisi pun, dan fakta nya Alana memang seksi. Ia jadi ingat pertemuan pertamanya, wanita itu sangat agresif hingga membuat nya takut akan kalah dengan wanita itu. Tapi semakin kesini, Alana semakin menarik saja. Bahkan membuat nya sudah tidur karena memikirkan nya, labil. Entah bagaimana caranya, ia harus menhentikan semua ini. Jika ada perasaan main main dalam dirinya pada Alana, ia harus segera menghempas kan nya. Ia tidak boleh menyakiti Alana lebih dalam. Sely? Bagaimana kabar wanita itu? Regan menggelengkan kepalanya, ia tidak boleh memikirkan Sely lagi. Nomor ponsel Sely sengaja ia hapus untuk mengingatkan dirinya akan keberadaan Alana didekatnya. Alana menghembuskan napas nya. "Om regan!" Panggil Alana yang entah sudah keberapa kali nya. Regan menyadarkan diri dari lamunan nya, lalu menatap balik Alana. "Apa sayang?" Tanya regan sembari melangkahkan kaki nya ke dekat sana. Alana menggelengkan kepalanya. "Kenapa om bengong, Alana sudah panggil om berapa kali loh!" Ucap Alana. "Maaf, om sedang banyak pikiran." Ucap Regan seraya mengusap lembut kepala Alana. Alana mengangguk, lalu menujukan hasil hiasan cookies nya. Disana terlihat Alana menuliskan sayu persatu huruf yang kalau digabungkan menjadi, Alana love Regan. Regan tertawa ketika melihat nya. "Harus nya kamu tuliskan dengan Regan love Alana, om duluan yang harus cinta kamu." Ucap regan menggombal. Regan mengambil tempat cookies tersebut dari tangan Alana, lalu memasukan nya kedalam pembakaran. "Nih, Alana coba dulu yang sudah matang." Ujar regan Alana mengambil satu cookies dan memakan nya perlahan, lalu matanya seakan bersinar terang. "Ini enak sekali!" Ujar Alana. Regan mengangkat satu alis nya. "Benarkah?" Tanya regan pada Alana. Alana menganggukan kepalanya dengan bersemangat. "Apa om boleh ikut coba?" Tanya regan pada Alana Alana menganggukkan kepalanya. "Boleh dong, ini!" Balas Alana sembari memberikan sisa cookies yang ada di tangan nya. Bonus part Alana dan regan pergi kesebuah cluh bernama the Campina, Regan membawanya dengan alasan alana yang ingin tahu bagaimana dunia luar itu. "Lala-lala lala-lala ice cream!" Teriak salah seorang disana yang tengah berjoget joget ria. Alana yang melihat itu malah tertawa dengan sangat kencang, karena menurutnya itu adalah sesuatu yang lucu dan tak pernah dia lihat sebelum nya. "Kenapa tertawa?" Tanya regan. "Persis orang gila, alana benar benar mau ketawa besar rasanya." Ucap alana pada regan. Regan yang mendengar itu hanya bisa menggelengkan kepalanya saja. "Anak aneh." Gumam Regan Alana ikut melompat lompat ketika wanita itu berhasil melihat melihat seseorang disebrang sana berjoget ria. "Huuuuu!!!" Teriak alana sembari melompat membuat Regab yang berada disamping nya cukup malu. "Alana cukup!" Runtuk regan sembari membawa tubuh Alana kedalam gendongan nya. Alana di dudukan nya di sebuah kursi disana, tapi yang alana lakukan malah meminum sebuah sodka yang membuat nya mabuk kepalang. "Hiii hiii" alana tertawa bagaikan orang yang tidak normal. Regan yang melihat itu mulai memijat kepalanya sendiri. "Bacakan sebuah puisi dong om!" Pinta alana. Regan yang mendengar nya menolak mentah-mentah. "Gak mau!" Ucap Regan. "Kalau begitu alana akan adukan ke papah tentang om yang membawa alana kemari!" Ancam alana membuat regan melebarkan matanya. "Dasar bocah gak tahu diri!" Runtuk Regan. Regan mulai membaca sebuah puisi yang dulu sempat ia pelajari untuk pentas seni. "Awan dan hujan." Ucap Regan yang langsung ditertawai oleh alana. Alana merasa puisi Regan sangat aneh ketika masuk ke telinganya. "Baca saja di internet om hahahaha!!!" Ucap alana yang sudah keliengan. Regan merogoh saku nya mencari sebuah ponsel dan mulai membuka sebuah puisi di salah satu aplikasi. "Ekhem..." regan menetralkan suaranya lebih dulu. "Awan hitam melanda dunia menjadi kabut  Beserta seisinya akan ada hal baik datang  Semua yang tidak aku mau terjadi  Mencintainya  Cinta itu apa? Bagai gunung Sahara memberikan kehausan Dan memberi harapan akan ada air didepan mu Nyata nya tidak  Tidak semudah itu Benar benar menyebalkan  Dan membosankan kan!" "Haruskan aku mati tanpa cinta  Tanpa ada nya cibta di hati Aku benar benar pusing  Kering sudah harapan  Biarkan ku kubur hidup diriku sendiri  Lelah berjalan alu benar benar pusing  Tiada hari tanpa nestapa Semua nya hancur lembur" "Selesai sampai disini  Harapan ku Tidak bukan harapan ku  Melakonkan harapan nya yang tidak bisa ku Laksanakan Tidak ada kata kita  Tidak ada kata kami Semua hilang ditelan nestapa Gersang kering tanpa kelembapan  Semua nya hancur lembur menjadi satu" "Hilang sudah akal sehat ku  Semua yang aku mau hanya menjadi angan saja" "Cukup sampai disini Akan kutinggalkan secarik kertas  Untuk kamu kenang jikalau menyesal Disini kupastikan kau menjadi biara Yang diam tanpa tau arah pergi Begitu juga dengan hati ku yang terasa cukup tandus" "Selesai semua akan selesai sampai disini Jangan bahas lagi keluar nalar  Otak ku dan pikiran ku tidak sampai kesana Hilang sudah jiwa ku Hilang sudah raga ku Kau yang memakan nya Sadarkah?" "Cukup Cukup sampai sini Jangan mengejar  Ini tidak baik untuk mu dan dia." "Kunang kunang mengejar  Seakan mencari baju loncatan  Demi sepitku makanan Entah apa yang aku pikirkan semua nya menjadi dangkal" "Rumput dan sedaunan padam Hilang entah hilang berganti dengan Budi bertanam" "Alangkah indah indah indah  Berbeda dengan pasti kenyataan nya Tinggalkan aku sampai ku merasa reda Lega akan pilihan kedua ku Terimakasih semua orang  Yang telah berharap ini akan menjadi sesuatu." Regan selesai membacakan puisi sebanyak itu, lalu matanya melirik alana yang kini tengah tepar diatas sofa. "Anak ini benar-benar buat pusing tujuh keliling." Kesal Regan Regan membawa alana kedalam mobil untuk pulang kerumah, tidak alangkah dirinya akan dikejai oleh anak perempuan kecil yang satu ini. Ditengah perjalanan alana meraung raung merasa sedih kadang juga senang dan tertawa lalu di susul lagi dengan menangis. "Huaaaaaa!!!" "Alana diamlah, aku bisa dituduh nyulik kamu kalau kayak gitu!" Kesal Regan. Regan ingin membekap mulut alana tapi pria itu mengurungkan niatnya takut kalau saja alana bisa mati ditangan nya. Lagu kesukaan nya pun tersetel di radio. "Let's take our time tonight, girl Above us all the stars are watchin' There's no place I'd rather be in this world." "Your eyes are where I'm lost in Underneath the chandelier We're dancin' all alone There's no reason to hide What we're feelin' inside Right now So baby let's just turn down the lights And close the door Ooh I love that dress But you won't need it anymore No you won't need it no more Let's just kiss 'til we're naked, baby." Regan menggelengkan kepalanya ketika mendengar lirik lagu yang diartikan seperti ingin memakan seseorang. "Gak mungkin anak kecil ini kan yang aku makan." Ujar Regan. Padahal malam ini regan ingin pergi kesebuah club untuk mencari mangsa nya yang baru tapi karena alana semua nya jadi hancur keinginan nya benar benar hancur! "Alana!" Kesal Regan Ini semua karena Ken semua mya karena lelaki itu sahabat yang tidak tahu malu, dan berani sekali menitipkan adik nya pada Regan si Playboy cap busuk. "Aishhhh menyedihkan sekali hidup ku kesal banget rasanya pengen marah tapi susah banget rasanya!!" Runtuk Regan Selama ini dia tidak pernah kalah dengan Ken, tapi entah mengapa Kemaren adalah kekalahan pertama nya. "Apa sudah menjadi takdir bagiku untuk menjaga alana??!" Regan membanting setir nya membuat alana terjungkal dan berakhir memeluk nya bibir nya juga ikut mencium pipi regan tanpa sadar. "Hei anak kecil bangun!" Teriak regan. Regan benar benar pusing dan berniat untuk menepikan mobil nya. "Disini lebih baik, kamu harus diam didalam. Aku kak keluar sebentar!" Ucap regan takut alana kabur saat ia sedang menikmati malam. Lima belas memuat kemudian regan melihat kembali mobil nya untuk memastikan alana aman didalam. Tapi yang ia lihat disana tidak adanya kebradaaan alana! "Kemana anak itu!!!!??" Runtuk regan kembali. "Gak bisa dibiarkan, Alana harus ketemu sebelum pagi." Ucap regan setelah melihat jam di taman kiri nya. "Wanita itu haruskah aku hukum atau bagaimana?" Regan berfikir untuk melaporkan alana ke kantor polisi tapi seperti nya itu ide yang buruk! "Tidak boleh tidak boleh!" Ucap regan sembari menggelengkan kepalanya karena tidak setuju dengan jalan pikiran nya saat ini. "Om regan sedang telponan dengan siapa?" Suara menggelegar dari Alana membuat regan tak segan segera mematikan ponsel nya. "Berikan ponsel nya pada Alana!" Pinta Alana. Regan memberikan nya perlahan dengan takut, kini ia persis sekali dengan suami yang takut istri. "Alana, ini semua karena pekerjaan. Om telpon dia untuk menawarkan beberapa barang." Ujar regan tak sepenuh nya berbohong. "Disamping itu ada maksud lagi kan, kenapa matikan telpon saat Alana datang?" Tanya Alana curiga bukan main. "Sungguh, itu semua karena om panik." Ujar regan. "Kenapa om harus panik kalau merasa tidak salah?" Tanya Alana membuat tenggorokan nya tersedak. "Sekarang om pilih, Alana atau tante Sely?" Tanya Alana dengan tegas dihadapan regan. "Pasti pilih Alana dong sayang, Sely hanya rekan kerja om saja." Ujar regan tanpa keraguan. "Bagus kalau begitu." Ujar Alana lalu mendekatkan ponsel regan pada telinganya. "Tuh kan tante Sely, om regan pilih Alana. Jadi jangan berharap lebih dengan kekasih orang." Ujar Alana berbicara pada Sely lewat telpon. "Alana jadi sedari tadi kamu?" Alana mematikan sambungan nya, dan memberikan ponsel regan pada pemilik nya kembali. "Iya, menang nya kenapa?" Ujar Alana tidak suka dengan sikap regan yang plin-plan. "Kata papah lelaki ku harus tegas dan harus cepat memutuskan!" Ujar Alana sembari mengangkat dagu nya. Regan tersenyum miring. "Kamu sudah pintar bicara ya, apalagi melawan om." Ujar regan mendekatkan dirinya pada Alana. "Sekarang bagaimana dong, urusan om dengan tante Sely sudah kelar. Jadi mau Alana bagaimana?" Tanya regan menggoda Alana. Alama memundurkan tubuh nya kala regan semakin dekat dengan nya. "Om mau berenang?!" Tanya Alana dengan random. Yang penting ia bisa menghindari regan dulu. "Kalah Alana mau om juga mau." Ujar regan membalas ucapan Alana. Alana mengangguk. "Alana mau kok, tapi mau ambil bikini dulu." Ujar Alana lalu berlari kedalam kamar nya untuk berganti baju. Regan menaikan satu alisnya. "Kadang polos, kadang mengerikan, kadang galak, kadang m***m. Dasar perempuan nano-nano!" Ledek regan sembari membuka kaos nya dan celana. Kini ia hanya memakai celana dalam dan menyeburkan diri kekolam renang. "Gila ini sih dingin banget!" Runtuk regan kala kulitnya sudah berhasil menyentuh air kolam renang dibelakang halaman vila. "Dimana Alana, kenapa lama sekali?" Ujar regan kebingungan. "Alana disini." Balas Alana membuat regan menoleh. Mata regan cukup membelalak kala Alana memakai bikini super kecil, ternyata selama ini ia berhasil menutupi tubuh montok nya. "Kemarilah!" Ajak regan. Susah payah regan menahan sedari pertama mereka bertemu, kini Alana benar-benar sukses menggoda nya dengan serangkaian bikini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD