Alana memeriksa nya, untung nga regan tidak banyak berbicara di pesan. "Kenapa dia nanyain om udah makan atau belum, terus om jawab lagi." Ujar Alana kesal.
Regan suka, senang sekali melihat Alana yang tengah cemburu buta pada nya. "Memang nya Alana cemburu?" Tanya regan.
Alana mengangguk. "Iyalah, Alana cemburu banget tahu!" Ujar Alana kesal setengah mati.
"Om gak akan ulangi lagi, wanita om hanya Alana." Bisik regan sebelum mencium kening Alana penuh sayang.
"Sekarang sudah malam, ayo tidur." Ajak regan.
Alana mengangguk, lalu tangan nya memeluk regan dengan erat. "Om gak boleh kemana-kemana." Ucap Alana posesif.
Regan menganggukan kepalanya pasrah dengan bocah yang ada didalam pelukan nya ini. "Ah!" Teriak Alana kala regan mengigit leher nya jahil.
"Om sakit tahu." Keluh Alana.
"Bukan nya seharunya enak ya?" Tanya regan menggoda Alana.
Alana menggelengkan kepalanya. "Kalau gitu sini om jilat saja." Ucap regan membuat wajah Alana memerah.
"Bisa om matikan lampu dan pasang lampu tidur saja." Ujar Alana yang diangguki oleh regan.
"Sudah, sekarang tinggal tidur." Bisik regan
" Gumam regan pada dirinya sendiri.
"Om regan sedang apa?" Tanya Alana ketika melihat regan tengah berada di dapur.
Regan melirik Alana sejenak, lalu kembali fokus pada adonan kue yang saat ini tengah dibuat nya. "Sedang mau bakar cookies, apa Alana mau ikut mencoba nya?" Tanya regan pada Alana.
Alana mengangguk, lalu menghampiri regan disana. Mencium bau yang sangat harum, ternyata sebagian adonan sudah sempat regan masukan sebelum nya.
"Wah, Alana gak nyangka om bisa bikin cookies." Ujar Alana bangga akan kekasih nya yang tercinta.
Regan menggelengkan kepalanya. "Apa yang kamu maksud adalah keperkasaan om?" Tanya regan berniat menggoda Alana di pagi hari.
Alana menggelengkan kepalanya. "Buat kue nya om!" Balas Alana pada regan.
Regan menggelengkan kepalanya. "Om kan hanya bercanda sayang." Ucap regan sembari memeluk Alana saat wanita itu sedang menghias beberapa toppinh diatas kue.
"Ih, jangan ganggu Alana dulu om." Ucap Alana
Regan memanyunkan bibir nya. "Kamu menolak om peluk?" Tanya regan tak suka sikap Alana
Alana menggelengkan kepalanya. "Bukan gitu, hanya saja nanti Alana tidak bisa konsen dan cookies nya hancur." Ucap Alana pada regan.
Regan mengangguk kecil, menurut pada wanita itu. "Baiklah, om akan lihat dari jauh cara kerja mu Alana." Ucap Regan.
Alana mengangguk, sedangkan regan yang tengah menyender di meja dapur melihat tubuh Alana dari belakang. Atas hingga bawah regan lihat dengan lihai tanpa tersisa satu sisi pun, dan fakta nya Alana memang seksi.
Ia jadi ingat pertemuan pertamanya, wanita itu sangat agresif hingga membuat nya takut akan kalah dengan wanita itu. Tapi semakin kesini, Alana semakin menarik saja. Bahkan membuat nya sudah tidur karena memikirkan nya, labil.
Entah bagaimana caranya, ia harus menhentikan semua ini. Jika ada perasaan main main dalam dirinya pada Alana, ia harus segera menghempas kan nya. Ia tidak boleh menyakiti Alana lebih dalam.
Sely?
Bagaimana kabar wanita itu?
Regan menggelengkan kepalanya, ia tidak boleh memikirkan Sely lagi. Nomor ponsel Sely sengaja ia hapus untuk mengingatkan dirinya akan keberadaan Alana didekatnya.
Alana menghembuskan napas nya. "Om regan!" Panggil Alana yang entah sudah keberapa kali nya.
Regan menyadarkan diri dari lamunan nya, lalu menatap balik Alana. "Apa sayang?" Tanya regan sembari melangkahkan kaki nya ke dekat sana.
Alana menggelengkan kepalanya. "Kenapa om bengong, Alana sudah panggil om berapa kali loh!" Ucap Alana.
"Maaf, om sedang banyak pikiran." Ucap Regan seraya mengusap lembut kepala Alana.
Alana mengangguk, lalu menujukan hasil hiasan cookies nya. Disana terlihat Alana menuliskan sayu persatu huruf yang kalau digabungkan menjadi, Alana love Regan.
Regan tertawa ketika melihat nya. "Harus nya kamu tuliskan dengan Regan love Alana, om duluan yang harus cinta kamu." Ucap regan menggombal.
Regan mengambil tempat cookies tersebut dari tangan Alana, lalu memasukan nya kedalam pembakaran. "Nih, Alana coba dulu yang sudah matang." Ujar regan
Alana mengambil satu cookies dan memakan nya perlahan, lalu matanya seakan bersinar terang. "Ini enak sekali!" Ujar Alana.
Regan mengangkat satu alis nya. "Benarkah?" Tanya regan pada Alana.
Alana menganggukan kepalanya dengan bersemangat. "Apa om boleh ikut coba?" Tanya regan pada Alana
Alana menganggukkan kepalanya. "Boleh dong, ini!" Balas Alana sembari memberikan sisa cookies yang ada di tangan nya.
Bonus part
Alana dan regan pergi kesebuah cluh bernama the Campina, Regan membawanya dengan alasan alana yang ingin tahu bagaimana dunia luar itu.
"Lala-lala lala-lala ice cream!" Teriak salah seorang disana yang tengah berjoget joget ria.
Alana yang melihat itu malah tertawa dengan sangat kencang, karena menurutnya itu adalah sesuatu yang lucu dan tak pernah dia lihat sebelum nya. "Kenapa tertawa?" Tanya regan.
"Persis orang gila, alana benar benar mau ketawa besar rasanya." Ucap alana pada regan.
Regan yang mendengar itu hanya bisa menggelengkan kepalanya saja. "Anak aneh." Gumam Regan
Alana ikut melompat lompat ketika wanita itu berhasil melihat melihat seseorang disebrang sana berjoget ria.
"Huuuuu!!!" Teriak alana sembari melompat membuat Regab yang berada disamping nya cukup malu.
"Alana cukup!" Runtuk regan sembari membawa tubuh Alana kedalam gendongan nya.
Alana di dudukan nya di sebuah kursi disana, tapi yang alana lakukan malah meminum sebuah sodka yang membuat nya mabuk kepalang.
"Hiii hiii" alana tertawa bagaikan orang yang tidak normal.
Regan yang melihat itu mulai memijat kepalanya sendiri. "Bacakan sebuah puisi dong om!" Pinta alana.
Regan yang mendengar nya menolak mentah-mentah. "Gak mau!" Ucap Regan.
"Kalau begitu alana akan adukan ke papah tentang om yang membawa alana kemari!" Ancam alana membuat regan melebarkan matanya.
"Dasar bocah gak tahu diri!" Runtuk Regan.
Regan mulai membaca sebuah puisi yang dulu sempat ia pelajari untuk pentas seni. "Awan dan hujan." Ucap Regan yang langsung ditertawai oleh alana.
Alana merasa puisi Regan sangat aneh ketika masuk ke telinganya. "Baca saja di internet om hahahaha!!!" Ucap alana yang sudah keliengan.
Regan merogoh saku nya mencari sebuah ponsel dan mulai membuka sebuah puisi di salah satu aplikasi.
"Ekhem..." regan menetralkan suaranya lebih dulu.
"Awan hitam melanda dunia menjadi kabut
Beserta seisinya akan ada hal baik datang
Semua yang tidak aku mau terjadi
Mencintainya
Cinta itu apa?
Bagai gunung Sahara memberikan kehausan
Dan memberi harapan akan ada air didepan mu
Nyata nya tidak
Tidak semudah itu
Benar benar menyebalkan
Dan membosankan kan!"
"Haruskan aku mati tanpa cinta
Tanpa ada nya cibta di hati
Aku benar benar pusing
Kering sudah harapan
Biarkan ku kubur hidup diriku sendiri
Lelah berjalan alu benar benar pusing
Tiada hari tanpa nestapa
Semua nya hancur lembur"
"Selesai sampai disini
Harapan ku
Tidak bukan harapan ku
Melakonkan harapan nya yang tidak bisa ku Laksanakan
Tidak ada kata kita
Tidak ada kata kami
Semua hilang ditelan nestapa
Gersang kering tanpa kelembapan
Semua nya hancur lembur menjadi satu"
"Hilang sudah akal sehat ku
Semua yang aku mau hanya menjadi angan saja"
"Cukup sampai disini
Akan kutinggalkan secarik kertas
Untuk kamu kenang jikalau menyesal
Disini kupastikan kau menjadi biara
Yang diam tanpa tau arah pergi
Begitu juga dengan hati ku yang terasa cukup tandus"
"Selesai semua akan selesai sampai disini
Jangan bahas lagi keluar nalar
Otak ku dan pikiran ku tidak sampai kesana
Hilang sudah jiwa ku
Hilang sudah raga ku
Kau yang memakan nya
Sadarkah?"
"Cukup
Cukup sampai sini
Jangan mengejar
Ini tidak baik untuk mu dan dia."
"Kunang kunang mengejar
Seakan mencari baju loncatan
Demi sepitku makanan
Entah apa yang aku pikirkan semua nya menjadi dangkal"
"Rumput dan sedaunan padam
Hilang entah hilang berganti dengan Budi bertanam"
"Alangkah indah indah indah
Berbeda dengan pasti kenyataan nya
Tinggalkan aku sampai ku merasa reda
Lega akan pilihan kedua ku
Terimakasih semua orang
Yang telah berharap ini akan menjadi sesuatu."
Regan selesai membacakan puisi sebanyak itu, lalu matanya melirik alana yang kini tengah tepar diatas sofa. "Anak ini benar-benar buat pusing tujuh keliling." Kesal Regan
Regan membawa alana kedalam mobil untuk pulang kerumah, tidak alangkah dirinya akan dikejai oleh anak perempuan kecil yang satu ini.
Ditengah perjalanan alana meraung raung merasa sedih kadang juga senang dan tertawa lalu di susul lagi dengan menangis.
"Huaaaaaa!!!"
"Alana diamlah, aku bisa dituduh nyulik kamu kalau kayak gitu!" Kesal Regan.
Regan ingin membekap mulut alana tapi pria itu mengurungkan niatnya takut kalau saja alana bisa mati ditangan nya.
Lagu kesukaan nya pun tersetel di radio. "Let's take our time tonight, girl
Above us all the stars are watchin'
There's no place I'd rather be in this world."
"Your eyes are where I'm lost in
Underneath the chandelier
We're dancin' all alone
There's no reason to hide
What we're feelin' inside
Right now
So baby let's just turn down the lights
And close the door
Ooh I love that dress
But you won't need it anymore
No you won't need it no more
Let's just kiss 'til we're naked, baby."
Regan menggelengkan kepalanya ketika mendengar lirik lagu yang diartikan seperti ingin memakan seseorang.
"Gak mungkin anak kecil ini kan yang aku makan." Ujar Regan.
Padahal malam ini regan ingin pergi kesebuah club untuk mencari mangsa nya yang baru tapi karena alana semua nya jadi hancur keinginan nya benar benar hancur!
"Alana!" Kesal Regan
Ini semua karena Ken semua mya karena lelaki itu sahabat yang tidak tahu malu, dan berani sekali menitipkan adik nya pada Regan si Playboy cap busuk.
"Aishhhh menyedihkan sekali hidup ku kesal banget rasanya pengen marah tapi susah banget rasanya!!" Runtuk Regan
Selama ini dia tidak pernah kalah dengan Ken, tapi entah mengapa Kemaren adalah kekalahan pertama nya. "Apa sudah menjadi takdir bagiku untuk menjaga alana??!"
Regan membanting setir nya membuat alana terjungkal dan berakhir memeluk nya bibir nya juga ikut mencium pipi regan tanpa sadar.
"Hei anak kecil bangun!" Teriak regan.
Regan benar benar pusing dan berniat untuk menepikan mobil nya. "Disini lebih baik, kamu harus diam didalam. Aku kak keluar sebentar!" Ucap regan takut alana kabur saat ia sedang menikmati malam.
Lima belas memuat kemudian regan melihat kembali mobil nya untuk memastikan alana aman didalam. Tapi yang ia lihat disana tidak adanya kebradaaan alana!
"Kemana anak itu!!!!??" Runtuk regan kembali.
"Gak bisa dibiarkan, Alana harus ketemu sebelum pagi." Ucap regan setelah melihat jam di taman kiri nya.
"Wanita itu haruskah aku hukum atau bagaimana?"
Regan berfikir untuk melaporkan alana ke kantor polisi tapi seperti nya itu ide yang buruk!
"Tidak boleh tidak boleh!" Ucap regan sembari menggelengkan kepalanya karena tidak setuju dengan jalan pikiran nya saat ini.
"Om regan sedang telponan dengan siapa?"
Suara menggelegar dari Alana membuat regan tak segan segera mematikan ponsel nya. "Berikan ponsel nya pada Alana!" Pinta Alana.
Regan memberikan nya perlahan dengan takut, kini ia persis sekali dengan suami yang takut istri. "Alana, ini semua karena pekerjaan. Om telpon dia untuk menawarkan beberapa barang." Ujar regan tak sepenuh nya berbohong.
"Disamping itu ada maksud lagi kan, kenapa matikan telpon saat Alana datang?" Tanya Alana curiga bukan main.
"Sungguh, itu semua karena om panik." Ujar regan.
"Kenapa om harus panik kalau merasa tidak salah?" Tanya Alana membuat tenggorokan nya tersedak.
"Sekarang om pilih, Alana atau tante Sely?" Tanya Alana dengan tegas dihadapan regan.
"Pasti pilih Alana dong sayang, Sely hanya rekan kerja om saja." Ujar regan tanpa keraguan.
"Bagus kalau begitu." Ujar Alana lalu mendekatkan ponsel regan pada telinganya.
"Tuh kan tante Sely, om regan pilih Alana. Jadi jangan berharap lebih dengan kekasih orang." Ujar Alana berbicara pada Sely lewat telpon.
"Alana jadi sedari tadi kamu?"
Alana mematikan sambungan nya, dan memberikan ponsel regan pada pemilik nya kembali. "Iya, menang nya kenapa?" Ujar Alana tidak suka dengan sikap regan yang plin-plan.
"Kata papah lelaki ku harus tegas dan harus cepat memutuskan!" Ujar Alana sembari mengangkat dagu nya.
Regan tersenyum miring. "Kamu sudah pintar bicara ya, apalagi melawan om." Ujar regan mendekatkan dirinya pada Alana.
"Sekarang bagaimana dong, urusan om dengan tante Sely sudah kelar. Jadi mau Alana bagaimana?" Tanya regan menggoda Alana.
Alama memundurkan tubuh nya kala regan semakin dekat dengan nya. "Om mau berenang?!" Tanya Alana dengan random.
Yang penting ia bisa menghindari regan dulu. "Kalah Alana mau om juga mau." Ujar regan membalas ucapan Alana.
Alana mengangguk. "Alana mau kok, tapi mau ambil bikini dulu." Ujar Alana lalu berlari kedalam kamar nya untuk berganti baju.
Regan menaikan satu alisnya. "Kadang polos, kadang mengerikan, kadang galak, kadang m***m. Dasar perempuan nano-nano!" Ledek regan sembari membuka kaos nya dan celana.
Kini ia hanya memakai celana dalam dan menyeburkan diri kekolam renang. "Gila ini sih dingin banget!" Runtuk regan kala kulitnya sudah berhasil menyentuh air kolam renang dibelakang halaman vila.
"Dimana Alana, kenapa lama sekali?" Ujar regan kebingungan.
"Alana disini." Balas Alana membuat regan menoleh.
Mata regan cukup membelalak kala Alana memakai bikini super kecil, ternyata selama ini ia berhasil menutupi tubuh montok nya.
"Kemarilah!" Ajak regan.
Susah payah regan menahan sedari pertama mereka bertemu, kini Alana benar-benar sukses menggoda nya dengan serangkaian bikini.