7

2328 Words
"Seperti nya dingin sekali." Ujar Alana memasuki kaki nya lebih dulu. Regan tertawa terbahak-bahak melihat Alana yang kedinginan. "Mau om buat jadi hangat?" Tanya regan menawarkan kehangatan pada wanita bernama Alana. "Hm, boleh." Jawab Alana   Jadi flashback tentang kisah cinta ayah nya pula. Flashback "Cha, temenin saya beli kado yuk!" Ajak gerald pada Icha yang saat ini tengah asik menonton televisi. "Sendiri aja ah!" Balas Icha yang saat ini sedang tak ingin diganggu karena sebuah acara TV kesukaannya tengah tayang. Gerald yang tidak suka dengan jawaban sekretarisnya jadi kesal sendiri, dirinya segera ber-iniasiatif mematikan televisi yang remot nya tepat berada dihadapan nya. Icha menatap ganas bosnya, seraya berkacak pinggang wanita itu berdiri dan mendatangi bosnya. "Nah, kan kalau TV nya mati saya jadi senang, kamu jadi sering samper saya begini." Ujar gerald dengan kekehannya. Sedangkan Icha, kemarahan nya sudah mencapai ubun-ubun. Plak! "Sakit cha, kenapa saya dipukul sih?" Tanya gerald dengan polos seraya mengaduh. "Bapak pikir selama apa saya bisa nonton TV selama satu tahun! Saya jarang nonton acara itu pak. Tapi bapak dengan gampang merusaknya!" Omel Icha dengan sangat kesal. "Kan kamu bisa nyalakan TV nya lagi cha, jangan marah ya." Ujar gerald luluh dan merasa bersalah. "Itu scene terakhir! Kalau bukan mah, dah tadi saya sudah nyalakan TV nya dari pada mengomel sama bapak!" Balas Icha lagi. Gerald menunduk dalam, dirinya berasa punya istri galak saat ini. "Maafin saya cha, saya pergi sendiri saja." Ucap gerald dengan melas, membuat Icha sedikit tak enak hati karena telah mengomeli sang bos. Gerald keluar dari pintu kamar hotel, dengan Icha yang berdiri mematung diruang TV. Rencananya mereka akan kembali pulang nanti malam. "Itu bukan nya ponsel pak gerald?" Gumam Icha sendiri. Dirinya yang hanya menggunakan daster, segera menyusul bosnya setelah memakai kardigan hitam semangat dengan daster nya keluar hotel. "Boleh gak mas saya numpang?" Tanya seorang wanita seksi pada gerald. Icha dengan kesal menghampiri gerald yang katanya sudah melamar dirinya dari beberapa waktu lalu. Gerald kaget ketika sang sekretaris alias calon istri nya yang cantik jelita menghamburkan pelukan pada nya. Sebari mengangkat alisnya, gerald merasa ada yang berbeda dari sikap Icha. Beberapa detik setelahnya gerald pun menyadari bahwa Icha sedang cemburu saat ini. "Kata nya mau pergi, ayo aku temenin..." ujar Icha yang entah disengaja atau tidak dibuat semanja mungkin. Gerald sih bahagia saja ketika mendengar nya, lelaki itu segera mengagguk semangat. "Gak bisa mba, saya udah punya istri." Tak sadar wajah Icha memerah. *** Icha gagal fokus ketika dirinya melihat sebuah gaun indah terpampang di kaca butik langganan mereka disini. Ketika Icha melihat betapa mahal nya gaun itu, Icha hanya bisa menunduk lesu. Ia ingin sekali bertekad untuk bisa membeli nya, tapi sama saja dengan pemborosan. "Bapak cari hadiah untuk siapa sih, sampai mewah begini?" Tanya Icha penasaran. "Ada deh, orang nya spesial banget cha. Takut kamu cemburu lagi." Ledek gerald. "Ambil apa yang kamu mau, sekalian buat nambah koleksi baju kamu." Tawar gerald. "Yang ini.. bagus pak?" Ujar Icha ragu-ragu ketika menunjuk gaun yang sangat ia inginkan sedari memasuki butik. Gerald menatap sejenak gaun yang telah dipegang Icha,  "Coba kamu pake." Katanya. Setelah melihat Icha yang sangat cantik mengenakan gaun itu, gerald segera mengambil nya setelah berbicara pada salah satu pelayan. "Saya ambil yang ini, bungkus dengan rapih." "Baik pak." Setelah itu gerald menatap senang Icha, "kamu belum pilih apa yang kamu mau?" Tanya gerald. "Memang nya gaun yang saya coba tadi itu.. ah ya." Ucapan Icha terputus ketika dirinya merasa ada yang salah pada perasaan nya yang kian terasa sangat sesak. "BTW, Thankyou udah pilihin gaun nya." Ujar gerald bahagia. Sungguh, ia sangat menginginkan gaun tadi. Tapi apalah daya, ia kira gerald menyuruhnya memakai itu untuknya, ternyata Icha hanya dijadikan sebagai contoh saja. 'Seandainya harganya gak semahal itu.' Pikir Icha. Icha anak mandiri yang sedari SMA sampai sekarang tidak pernah menerima uang bulanan dari papanya. Hidupnya hanya dari gaji yang diberikan gerald padanya. Yang Icha bingung, gaun dengan harga 110 juta itu untuk kenalan wanita gerald yang mana? Karena Icha yakin gaun itu bukan untuk mama atau saudaranya. Jelas style keluarga bosnya dengan dirinya sangat berbeda. Icha memegang dadanya yang semakin sesak ketika mengingat bosnya yang mengigau nama seorang wanita lain tadi malam. Gerald mengajak Icha untuk makan malam setelah kembali dari Bandung, sekaligus merayakan acara ulang tahun yang baru saja ia ketahui dari sang mama mertua. Bodohnya nya yang harus menyempatkan diri memberi gaun yang ia beli kemarin dengan Icha pada pemilik nya, dan mengabaikan Icha seharian. "Dimana Icha kenapa dia belum datang?" Gumam Gerald sendiri sebari menatap jam tangan di pergelangan tangan sebelah kirinya. Seketika Gerald gelisah, lalu mencoba menghubungi calon istrinya kembali. Tak kunjung ada jawaban, Gerald bangkit dari tempat duduk nya dan pergi meninggalkan restauran berniat mencari sang calon istrinya. Bodoh. Icha meratapi dirinya yang terlanjur bodoh karena mempercayai sang bos yang bernama Gerald, bukan hanya rasa kecewa tapi juga malu yang saat ini dirasakan Icha. Gerald memiliki pilihan nya sendiri, Icha yakin Gerald sudah memiliki seorang kekasih yang ia yakini adalah pemilik gaun kemarin. Terlintas didalam pikiran Icha, kalau lamaran kemarin memanglah rencana kedua keluarga belah pihak yang saling menguntungkan. Apa Icha dijual orang tuanya sendiri demi kekayaan yang berlimpah? Icha yakin Gerald tidak benar-benar mencintanya, bagaimana bisa ia telat menyadari semua itu. Setelah melakukan body check in, Icha bersiap masuk kedalam pesawat yang akan membawa pergi jauh serta merta dari Gerald juga kedua orang tuanya. Icha akan membuktikan dirinya bisa berdiri dengan kakinya sendiri. Keberangkatan Icha sudah dilakukan sedari dua jam yang lalu agar tidak menimbulkan efek curiga dari orang sekitar, tapi toh Icha tebak tidak ada satupun orang yang akan mencarinya. "Excusme.." sapa seorang lelaki disebelah bangku nya. "Wanna go to Prancis?" Tanya Icha kemudian pada lelaki tampan bule disebelahnya. Lelaki itu mengangguk ramah. "You're so beautiful.." "Whats?" Tanya Icha yang kurang jelas mendengar ucapan lelaki itu. "No, nothing." Jawabnya grogi. Di pertengahan penerbangan Icha terlihat tertidur diatas bahu pria tampan disebelahnya dengan nyenyak. Tanpa ragu-ragu pria itu mencium pucuk kepala Icha tanpa disengaja. "s**t! What am i doing?!" Runtuk pria itu pada dirinya yang merasakan keanehan pada dirinya sejak pertama kali bertemu wanita Disampingnya. "Falling ini love with her?" Tanya pria itu pada dirinya sendiri. Panggilan telpon menyadarkan nya dari lamunan aneh, yang tersemat entah sejak kapan dalam pikiran nya.  "Kenapa dia terus menelefon sih!" Gerutu pria itu ketika melihat layar ponselnya sendiri. Dilain tempat Gerald tengah sibuk mencari Icha, ketika mengetahui kabar bahwa sang mertua juga tidak tahu akan keberadaan calon istrinya Gerald sangat panik dan khawatir. Belum sempat ia menyatakan betapa kecintaan nya pada sekretaris kesayangannya itu, ia malah terus menyakitinya setiap saat. "Kembali Icha." Ucap Gerald pada dirinya dengan dingin sebari menjambak kasad rambutnya emosi. "b******k!" "Kamu gak bisa lari dari saya Icha! gak boleh!" Gerald melemparkan segala tumpukan kertas diatas mejanya. Ada kekhawatiran akan Icha yang memang berniat mau meninggalkan dirinya. Ini semua memang karena keegoisan Gerald yang tidak jarang bahkan tak kenal henti ketika sedang bersama Icha. "Astaga! Kenapa gak bangunin aku?" Tanya Icha panik sebari menepuk lembut membersihkan pundak Ryan yang baru saja ia pakai tidur. "No problem." "Aku gak ngiler kan? Serius maafin aku ya..." ucap Icha merasa yang sangat merasabersalah. "Call me Ryan."  Ucap pria itu. "Okay im so sorry Ryan." Ujar Icha lagi. "Your name?" Tanya Ryan setelah mengangguk tanda menerima maaf dari Icha. "You can call me Icha." Jawab Icha tak kalah ramah. "Kamu kenapa sih cha, ngeliatin saya terus. Nanti suka loh." Ledek gerald. "Idih, bapak jangan geer deh. Saya tuh cuma bingung kenapa bapak pake segala ajak saya untuk makan malam kali ini. Padahal kan saya udah bilang lagi sakit, tetap aja dipaksa." Balas Icha panjang lebar. "Ada deh, kamu lihat aja."  *** Gerald dan Icha memasuki ruangan privat yang telah gerald pesan di salah satu restauran ternama. Icha tersentak kaget ketika melihat sesosok wanita yang sangat ia kenali dan sayangi lebih dari manusia lainnya. "Mama-papa?!" Ujar Icha kaget. Icha melirik gerald mencoba meminta penjelasan atas apa yang sedang terjadi saat ini. Sedangkan Gerald hanya terlihat menggeleng-gelengkan kepalanya. Icha merasakan pelukan dari sang mama dan papah,  "Ayo duduk dulu om, tante dan Icha." Ujar gerald mengingatkan. Semua sudah berkumpul di meja makan besar, berkat gerald yang memang sengaja mengundang mereka semua. Orang tua gerald dan Icha lengkap sudah. "Jadi Icha toh yang mau kamu lamar?" Ledek mama gerald. Gerald tersenyum malu, sedangkan Icha tak mengerti sedikitpun arah pembicaraan kedua insan dihadapannya. "Aku udah lamar kamu cha dihadapan orang tua kamu kala itu tanpa adanya kamu. Dan sekarang, aku memperjelas hubungan kita. Mama dan papa ku sudah aku kasih tahu, mama papamu juga. Tinggal kamu sekarang, jawab aku mau gak jadi istriku?" Tanya gerald. "Ini mendadak, sejak kapan juga bapak suka saya? Bukannya bapak udah punya wanita lain?" Tanya Icha beruntun. Gerald tertawa,  "Kamu se-exited itu ya mau nikah sama aku cha." Ledek gerald pada sekretarisnya. "Bukan gitu, jangan geer!" Bantah Icha yang disambut tertawaan dari para orang tua. "Terima aja sayang, kasihan tuh gerald nya udah ngarep banget." Ujar mama gerald pada Icha. "Icha mau nanya tante, eh mama! Apa sebelum nya udah kenal lama mama dan papa Icha?" Tanya Icha curiga adanya settingan dalam lamaran ini. Icha masuk kedalam store dan melihat-lihat berbagai macam hewan disana. "Ada yang bisa saya bantu nona?" Tanya salah seorang disana. Icha menoleh dan terkejut ketika melihat orang itu. "Kamu?" Icha berusaha mengingat nama seorang pria dihadapannya. "Ryan?" Panggil Icha Ryan tersenyum pada Icha, "aku tahu kita pasti ketemu lagi." Ujar Ryan pada Icha. "Dr. Bryan, saya sudah selesai beberes. Terimakasih untuk segalanya selama saya bekerja disini." Ujar seorang wanita tua yang Icha tebak adalah mantan asisten dokter hewan disini. "Dr.Bryan?" Gumam Icha. "Its okay, itu kewajiban ku mrs. Marty, semoga anakmu lahir dengan sehat." Ucap Ryan sebari menatap perut mrs matty yang besar. Setelah mrs marty pergi, Ryan menatap santai Icha. Sedangkan icha menaikkan satu alisnya bingung. "Dr. Bryan? Jadi kamu dokter hewan?" Tanya Icha pada Ryan. Ryan mengangguk. "How about you? Kenapa disini?" Tanya Ryan. "Cari pekerjaan." Jawab Icha sengaja santai. Seakan mengerti Ryan menatap Icha setelah itu mengangguk. "Kamu diterima Miss Icha, mulai besok pagi, kamu masuk dan tidak boleh telat!" Ujar Ryan dengan santai. Icha tersenyum bahagia. "Thank you so much!" Ujar Icha sampai-sampai tak sadar dirinya tengah memeluk kencang tubuh Ryan. "Im sorry." Ucap Icha sebari melepas pelukannya, Ryan mengangguk dan tersenyum maklum. Dilain tempat Gerald tengah frustrasi memikirkan kemana lagi Icha bisa mengumpat darinya, apa Icha benar-benar tidak merindukan nya? "Kali ini, jika kalian tidak menemukan sedikitpun titik dimana Icha berada! Semua saya pecat!" Tidak Gerald dengan kesal. beberapa orang suruhan Gerald segera berlari berpencar agar lebih cepat menemukan tanda-tanda keberadaan kekasih bosnya, mereka tidak mau kehilangan pekerjaan hanya karena lambat dalam mencari informasi. "Aku gak bakal tidak diam cha!" Teriak Gerald pada dirinya. Tak menyadari kumis dan rambut jenggotnya yang telah memanjang karena seminggu lebih Gerald tak mengurus dirinya, terlebih lagi Icha yang sering sekali memanjakan nya dengan mengurus berbagai keperluan nya bahkan yang pribadi sekalipun. "Lagi-lagi kami cha, aku serius. Pulanglah." Pagi harinya, Gerald sudah mendapat sebuah alamat lengkap keberadaan Icha dinegara Paris. Dan hari ini tepat keberangkatan nya ke Paris untuk urusan bekerja yang akan ia selingi dengan pertemuan nya bersama Icha nanti. Gerald sudah tidak sabar lagi untuk bertemu sang kekasih hati, alias calon istrinya. "Kalau ketemu lihat saja nanti! Ku goda habis-habisan dia.." gumam Gerald pada dirinya yang tengah membayangkan Icha. Icha bingung dari mana semua karangan bunga ini. Sudah dua minggu Icha dikirimi karangan bunga didepan apartemen kecil yang dua minggu lalu baru disewanya, setiap hari. "Siapa yang ngirim ya? Apa Ryan?" Gumam Icha pada dirinya sendiri. Sejak Icha bekerja menjadi asisten dokter hewan di Paris, rekening di banknya jadi bertambah banyak. Belum lagi dokter Ryan yang menawarinya untuk tinggal bersama di apartemennya yang luas dan memiliki banyak kamar disana, tapi sudah pasti Icha akan menolaknya. Walau bagaimanapun sedekat apa mereka Icha tetap tidak pernah nyaman satu atap bersama seorang laki-laki sekalian Gerald. "Gerald? Apa kabar dia?" Tanya Icha pada dirinya sendiri. Seminggu kemarin gerald ke Paris untuk melakukan kerjasama dengan pihak asing, seminggunya lagi ia habiskan untuk mengerjai calon istri nya karena sudah lama ia tak menjahili sang kekasih, Icha. Bagaimanapun pertemuan mereka memang diawali dengan sebuah kejahilan, wajar saja jika gerald tidak bisa berhenti mengerjai sekretaris alias calon istri nya. Tapi kali ini jahil nya sungai romantis, berbagai macam karangan bunga Gerald kirim setiap harinya pada sang kekasih lewat suruhan nya, dan malam ini tibalah waktunya ia yang memberikan nya sendiri. Masih terpikir oleh Gerald apa yang salah pada dirinya sampai Icha berani bermain kabur-kaburan. Gerald akan mengancam Icha dengan alasan memperkosa nya jika tidak memberitahu alasan nya. Gerald menunggu jam menununjukan pukul satu malam, menurutnya itulah waktu yang tepat mengunjungi Icha yang pasti sedang ngantuk-ngantuknya. Gerald berencana akan menyelinap masuk kedalam kamar calon istrinya, memang terdengar menyebalkan tapi sungguh gerald rindu sampai mau mati rasanya. Apalagi ketika tahu bahwa Icha bekerja bersama dengan pria bernama Bryan Peter. Gerald bingung apa yang harus ia ketik sebagai pasword apartemen Icha, masalahnya ia lupa bertanya perihal pasword apartemen sang kekasih hati. Mencoba tanggal lahir Icha salah, tanggal lahir nya sendiri juga salah. Apa lagi? "Tanggal lamaran!" Gerald memencet tanggal lamaran mereka, dan akhirnya tersenyum senang ketika tahu benar adanya. Apa Icha masih mencintainya? Gerald tertawa ketika melihat begitu penuh karangan bunga didalam apartemen Icha, dari nya sedari dua minggu lalu. Dilihatnya pintu kamar yang terbuka lalu segera menghampiri wanita seksi disana. "Saya rindu kamu cha" lirih gerald mendekat sebari mengelus pucuk kepala Icha lembut. Icha merasa ada sebuah tangan yang meraba kepalanya. "Bapak!?" Ujar Icha terkejut. Gerald tersenyum. "Maafkan saya cha." Ucap gerald lembut seraya memeluk Icha yang baru saja terlihat menangis entah karena rindu atau membencinya yang berani datang mendadak karena berniat menganggunya. "Bapak kok bisa disini?" Tanya Icha bangun. "Saya yang harusnya bertanya, kenapa calon istri saya berani kabur meninggalkan saya?" "Calon istri?" tanya Icha kesal. Icha membuang pandangannya. "Bapak gausah bohong, bapak terpaksa kan lamar saya? bapak udah punya kekasih kan?" Tanya Icha beruntun. Gerald tersenyum, ia mulai mengerti alasan icha kabur darinya. "Kamu kok cemburuan sih cha?" Ledek Gerald pada sang kekasih. "Emang buktinya apa aku udah punya yang lain?" Sindir Gerald lagi. "Bapak lupa ulang tahun saya, belum lagi gaun yang saya mau- udahlah saya gak mau bahas." Kesal Icha pada calon suaminya. Gerald mengangguk dan mulai mengerti. "Kamu yang harus nya bilang aku kalau mau gaun itu, lagian diem aja. Terus cewek itu bukan siapa-siapa kok, percaya deh cuma ada neng Icha dihati Abang." Ledek Gerald sebari mencium kecil pipi Icha. "Dasar pria gak peka!" Keluh Icha pada Gerald setengah memerah ketika Gerald sempat menciumnya. "Pulang sana! Kesel deh lihat bapak lagi." Ujar Icha membuang pandangannya lagi. "Hush! Pamali ngusir calon suami sayang." Ucap Gerald gemas melihat sang kekasih yang terlihat kurusan dari biasanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD