"Baru pulang?" Seina memandang tajam ke arah Noah, yang baru saja melangkah masuk ke dalam ruang perawatannya. Pandangan matanya seperti belati, menusuk tanpa ampun. Noah yang melihat itu seketika merasa bersalah, pikirannya langsung terlempar pada pertengkaran terakhir mereka. Dia tahu Seina masih marah. “Noah...” suara Seina memanggil namanya dengan dingin, penuh tekanan. “Seina. Aku minta maaf. Aku tahu aku salah,” ujar Noah segera, mencoba meredakan suasana. Namun, Seina tetap tak bergeming. Matanya tetap mengawasi pria di depannya itu dengan sorot penuh emosi. “Kamu, mencintaiku?” tanyanya dengan suara pelan namun menusuk. “Sangat,” jawab Noah tanpa ragu, nadanya datar, khas dirinya yang dingin. Meski begitu, ada kejujuran dalam jawabannya. Seina menatapnya sejenak, seperti seda