BAB 1

785 Words
Seorang pria nampak berjalan dengan tergesa ke sebuah mushola yang ada di dalam kantornya. Ia nampak terlambat. Buru-buru ia menyingsingkan lengan kemejanya dan berwudhu di sana. Dengan cepat ia menyelesaikan wudhunya dan bergegas memasuki mushola di mana semua orang sudah melaksanakan setengah sholatnya.   Dengan cepat pria itu menyesuaikan diri. Dan mulai larut dalam setiap gerakan sholat. Hingga di bagian akhir. Saat imam mengucap salam. Maka pria ini harus melanjutkan sholat yang tertinggal.   Tak lama ia pun selesai dan mengikuti doa yang di bacakan oleh imam. Hingga imam selesai dan semua orang mulai bersalaman. Termasuk pria itu. Buru-buru berdiri dan ikut menyalami semuanya.   Setelah selesai dirinya kembali keluar dan memakai sepatunya. "Telat lagi?" Tanya salah seorang teman. Pria itu menoleh dan mengangguk lesu. "Lagi banyak kerjaan ya?" "Ia nih, design yang di minta pak Komar belum selesai juga, mana di pake besok lagi," keluhnya. "Sultan, kalau kamu butuh bantuan, saya siap bantu kok." Pria bernama Sultan tersenyum. "Thanks, bro. Kamu emang terbaik." "Ya udah, yuk balik kerja lagi. Nanti kerjaan mu nggak kelar-kelar lagi." Sultan mengangguk dan ikut berjalan di belakang temannya.     Sultan benar-benar sibuk di ruangannya. Berkutat dengan laptop dan design gambarnya. Hingga peluhnya mulai mengucur. "Pak Sultan?" Sultan menoleh ketika ada yang memanggilnya. Buru-buru menunduk saat yang datang adalah staf perempuan.   "Ada apa ya?" Tanyanya. Staf perempuan itu mendekat dan memberikan berkas dari pak Komar. "Apa ini?" "Kata pak Komar, ini juga harus di selesaikan kan hari ini pak." Sultan melotot. Yang benar saja???? "Tapi, yang ini saja belum selesai?" "Saya hanya mendapat perintah saja pak." "Ya sudah, terima kasih." Sekretaris pak Komar keluar dari ruangan sultan. Membuat sultan merasa lega. Karena kalau hanya berdua dengan seorang wanita rasanya jantungnya tidak karuan. Takut dosa.   Sultan duduk dengan lesu. Melihat berkas yang baru saja diberikan. Apa ini? Membuat poster untuk cafe? Cafe siapa? Emang perusahaan bikin cafe baru ya? Enggak kan?   Sultan akhirnya keluar ruangan dengan membawa berkas tersebut. Ia mengetuk pintu ruangan bos nya. Dan masuk ke dalam. Pak Komar nampak sedang menerima telepon. "Permisi pak." "Duduk." Pak Komar mematikan telepon dan menatap sultan. "Ada apa?" "Ini, saya mau tanya masalah berkas yang bapak berikan tadi." "Kenapa dengan berkas saya?" "Saya hanya ingin tahu, ini membuat poster cafe, cafe yang mana ya?"   Pak Komar tersenyum. Ia bangun dan menepuk pundak sultan. Membuat sultan kebingungan. "Sultan, maaf sekali lagi, sebenarnya ini proyek pribadi saya. Saya suka sekali dengan hasil desain kamu. Jadi saya mau kamu yang ambil alih masalah design poster untuk cafe pribadi saya. Kamu mau kan bantu saya?" "Tapi, bagaimana dengan urusan kerjaan kantor?" "Kamu tenang saja, saya tidak akan membatasi waktunya kok untuk yang pribadi ini. Selesaikan saja sebisamu. Tetap utamakan kantor."   "Tapi..." "Untuk masalah biaya kamu tidak perlu khawatir. Saya sudah siapkan semuanya." Sultan diam. Bukan itu yang ia maksud tapi ya sudahlah. Itung-itung rejeki. Kan rejeki tidak boleh di tolak.   "Tunggu sebentar pak." "Ya?" "Bapak juga yang kelola cafe itu?" "Bukan, tapi anak saya." "Anak bapak?" "Ia, nanti saya kenalkan ke kamu ya." Sultan hanya mengangguk dan pergi dari ruangan pak Komar.     Pulang kerja, dengan tubuh yang lelah. Sultan harus mengikuti pak Komar yang mengajaknya ke cafe barunya. Dimana cafe itu yang mengelola adalah anaknya. Enak sekali ya, tinggal kelola aja. Emang Sultan harus kerja ekstra untuk bisa mewujudkan impiannya membangun perusahaan sendiri.   Mereka sampai di sebuah cafe daerah Kemang. Tempatnya sudah sangat bagus dan strategis. Beberapa pengunjung juga nampak terlihat di sana. Sepertinya ramai. Memang hanya kurang poster pendukung. Dan beberapa foto yang mendukung menu di sini.   Kami masuk ke dalam. Dan sultan semakin terperangah. Karena tempat ini sangat nyaman sekali. Keren dan friendly. Pak Komar masuk ke dalam ruangan. Sultan menunggu di salah satu meja. "Permisi, mau pesan apa pak?" Tanya seorang waiters. Sultan menggeleng. "Saya ada perlu dengan pemilik cafe." Waiters pun mengangguk paham dan kembali ke posisinya. Waiters yang ramah. Bagus sekali tempat ini.   Sultan sudah membayangkan akan membuat beberapa design untuk ruangan ini. Sudah tergambar jelas di otaknya. "Sultan." Sultan menoleh dan langsung shock saat melihat cewek yang ada di samping pak Komar.   Dengan senyum menawan dan belahan dada yang terlihat. Membuat sultan langsung buru-buru keluar dari cafe. Sultan istighfar banyak-banyak. Ia menenangkan dirinya di luar cafe. Tak berani menoleh ke dalam.   "Kenapa?" "Astaghfirullah," ucap sultan kaget. Karena wanita itu justru mengikutinya dan sekarang ada di belakangnya. "Maaf, apa kamu sultan yang di bilang papa ku?" Sultan melotot. Jadi ini anak pak Komar yang akan bekerja sama dengannya????   "Kamu anak pak Komar?" Tanya sultan dengan wajah menunduk. "Ia, nama ku Natalia Caroline pradyta, senang bekerja sama denganmu." Natalia menjulurkan tangannya. Namun sultan menyatukan kedua tangannya dan menaruhnya di dada. Natalia tersenyum. "sok alim." Dan ia pergi dari hadapan sultan. Membuat sultan terduduk lemas....cobaan berat ini....      
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD