BAB 2

1033 Words
Sultan merebahkan dirinya di ranjang apartemennya. Menengadahkan wajahnya melihat langit-langit kamar. Otak nya mulai terkontaminasi hal negatif nih. Sedari tadi pelupuk matanya hanya melihat bayangan belahan d**a Natalia. Ini benar-benar gawat.   Sultan bangun dan langsung menuju kamar mandi. Mencuci wajahnya berkali-kali agar menghilangkan bayangan buruk itu. Sultan laki-laki normal. Yang pasti akan terfikir ke arah sana. Tapi sultan mati-matian untuk mencoba meredakan itu semua.   "Sabar sultan...!!!" Teriaknya di depan cermin. Tak lama terdengar suara adzan isha. Buru-buru sultan berwudhu dan langsung menunaikan sholat isha.   Sultan bersimpuh memohon ampun karena matanya telah melihat hal yang tak seharusnya. Apa Sultan harus ikut ta'aruf agar dirinya terhindar dari dosa?   Tapi apa sempat mengikuti ta'aruf kalau kerjaannya saja sudah sangat banyak dan menumpuk. Nanti yang ada malah di sangka PHP anak gadis orang lain?   Ah lupakan ta'aruf, nanti saja. Fokus kerja dulu. Nabung dulu, untuk usaha setelahnya baru urusi masalah jodoh. Allah selalu berada di sisinya kok. Ya kan Sultan?     Pagi ini sultan dengan tergesa masuk ke dalam ruangannya. Karena di bawah banyak sekali SPG baru yang cantik dan seksi. Itu membuat sultan kesulitan bernafas. Susah sekali sih menghindari hal-hal yang berbau m***m di kantor ini. Kenapa juga SPG baru harus cantik dan seseksi itu?   Ini bukan wewenangnya untuk masalah penampilan. Karena Sultan hanya sebagai designer saja di perusahaan ini. Tidak akan ada gunanya kalau sultan berkoar-koar masalah penampilan. Kalau bangkrut siapa yang mau tanggung jawab emang? Tabungan aja baru seujung kuku badak.   Sultan menghempaskan tubuhnya di kursi dan mulai membuka laptopnya. Melihat-lihat dan mulai mengerjakan kembali kerjaannya yang tertunda kemarin. Hari ini harus selesai. Karena sore ini, Sultan harus kembali ke cafe milik pak Komar. Oh...ralat cafe milik anaknya. Natalia. Oh Tuhan...jantung sultan langsung berdebar kencang mengingat namanya. Sultan hanya berdoa semoga hari ini pakaian Natalia lebih sopan dari kemarin. Aamiin.   Tak terasa waktu sultan bekerja sudah sampai adzan dhuhur. Sultan menghentikan aktivitasnya dan merenggangkan otot-otot nya. Ia bangun dan langsung menuju mushola. Saat akan masuk lift seseorang menariknya. Membuat sultan harus berhenti dan menoleh. "Oh, kamu. Kenapa?" Tanya sultan. "Aku laper nih, cari makan di luar yuk?" Ajaknya "Sholat dulu ya." "Nggak keburu nanti?" "Insyaallah keburu, yuk sholat dulu." Dengan malas temannya mengikuti sultan. Punya temen alim susah buat nggak ngikutin gaya alimnya.   Setelah selesai sholat, sultan pergi dengan Raka ke sebuah restoran. Mereka makan siang di sana. Sultan melihat tingkah Raka yang tak bisa diam, melihat sana dan sini. Sesekali bersiul saat ada gerombolan cewek lewat. Sultan hanya menggeleng saja.   "Kamu mau makan, atau mau goda cewek sih?" Tanya sultan. Raka menatap sultan dan nyengir di sana. "Maklum bro, kan aku jomblo wajarlah kalau sekalian cari cewek," jawabnya. Membuat sultan diam. Semoga aku tidak seperti itu.   Sultan dan Raka kembali ke kantor. Raka merasa kesal karena setiap Raka mulai godain cewek selalu saja di usik oleh Sultan. Betah banget sih sultan jomblo. Raka padahal baru jomblo seminggu yang lalu. Lah sultan? Kayanya dari orok udah jomblo. Kuat bener dah.   Saat akan memasuki ruangan. Sultan di panggil oleh Sesi. Sekretaris pak Komar. "Ya," jawab sultan sembari menunduk. "Di panggil pak Komar, pak." "Ya, terima kasih." Sesi masih memperhatikan sultan, sultan tahu itu. Tapi dirinya berusaha menghindar.   Sesi hanya cemberut karena terus-terusan di abaikan sama sultan. Padahal sultan itu tampan, tinggi, tubuhnya juga atletis. Tapi kenapa sih, sultan selalu saja menghindar dari perempuan manapun. Tapi itu semua justru membuat para cewek semakin suka dan penasaran. Dan berlomba-lomba untuk mendapatkan perhatian dari sultan. Tapi sepertinya semuanya sia-sia karena enggak ada satupun diantara mereka berhasil membuat sultan berpaling.   Sultan mengetuk pintu dan masuk ke dalam ruangan pak Komar. Terkejut sultan, karena ternyata di ruangan itu sudah ada Natalia. Tapi sultan sedikit bersyukur karena penampilan Natalia yang lebih sopan dari biasanya. Natalia mengenakan kaos putih dan celana jeans dengan sepatu kets putih. Sultan nyaman melihat itu. Setidaknya membuat jantungnya berdetak lebih normal. "Duduklah, sultan." Sultan duduk dan melirik Natalia yang tersenyum ke arahnya. Sultan mencoba mengabaikan itu. "Jadi bisa kan hari ini bantu, Natalia?" Tanya pak Komar. Sultan mengangguk. Natalia mendekat ke arah sultan dan duduk di sebelahnya. Menatap sultan tanpa canggung.   "Jadi, Lo beneran bisa gambar?" Tanya Natalia. Sultan hanya mengangguk kikuk. "Boleh lihat beberapa karya, Lo?" Tanyanya lagi. "Maunya yang seperti...apa?" "Gue mau mural, bisa?" Sultan mengangguk lalu merogoh ponselnya dan menunjukan beberapa gambar yang ia buat di rumah. Memang sudah di siapkan oleh Sultan jauh-jauh hari. Sebenarnya ini mural untuk dekor cafenya sendiri. Tapi enggak masalah sih kalau bisa di pake di cafe Natalia. Itung-itung belajar juga.   Sultan memberikan beberapa contoh gambarnya. Natalia meraih ponsel itu dan melihatnya sendiri. "Ini keren?" Sultan melihatnya dan menatap Natalia. "Suka yang ini?" Tanya sultan. Natalia mengangguk. "Nanti akan saya bikin yang baru, ini hanya contoh." Natalia menggeleng. "Enggak, gue mau yang ini. Gue suka yang ini." "Enggak mau coba lihat yang lain?" Natalia menggeleng. "Gue mau yang ini." "Oke." Natalia terus melihat-lihat foto yang ada di ponsel sultan.   "Eh, ini untuk menu kan ya?" Tanyanya. Sultan kembali melihat ke arah ponselnya dan mengangguk.   "Lo punya cafe ya?" Tanya Natalia. Sultan menggeleng. "Tapi dekorasi Lo, bagus banget. Gue mau yang ini juga." "Oke."   Mereka terus membahas masalah dekorasi cafe. Hingga mereka lupa bahwa di sana masih ada pak Komar. "Ehem, papa di lupakan ya?" Sultan dan Natalia langsung menoleh ke arah pak Komar dan nyengir bersamaan. "Maaf." Jawab mereka serentak dan mereka berpandangan. Sultan buru-buru menunduk. Natalia tertawa.     Mereka kini sudah ada di cafe. Setelah di rasa sultan dan Natalia akrab. Pak Komar ijin pulang. Tubuh tuanya merasa lelah. Setelah kepergian pak Komar, Sultan merasa sangat canggung. "Mau kopi?" Tanya Natalia. Sultan mengangguk. Natalia pun pergi kebagian barista dan membuat kopi sendiri untuk sultan. Tanpa sadar sultan memperhatikan setiap gerakan yang di lakukan oleh Natalia.   Natalia sesekali melirik sultan dan tersenyum. Lalu kembali ke meja sultan dengan membawa secangkir kopi yang sudah ia gambar. Sultan bengong. "Ini kamu yang buat?" Natalia mengangguk. Sultan menelan Salivanya. "Kenapa gambar bebek beranak?" Natalia duduk dan menatap sultan. "Karena, ibu bebek itu gue, dan dua anak itu hasil s****a Lo yang masuk ke rahim gue." Uhuk Uhuk Uhuk Sultan tersedak ludahnya sendiri. Sementara Natalia tertawa terbahak-bahak. Sultan nggak habis pikir sama jalan fikiran Natalia.   Sultan hanya bisa beristighfar. Dan semoga ia tak berharap banyak. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD