Pernikahan tinggal sebentar lagi. Kerjaan Sultan masih menumpuk dan ia harus menyelesaikan semuanya sebelum ia cuti menikah. Otak Sultan rasanya mau pecah. Belum lagi menemani Natalia belanja keperluan resepsi. Sultan ingin menyerah, ia lelah. Tapi sudah terlanjur.
Mood Sultan sedang dalam ambang batas. Kalau ada yang mengganggunya sepertinya Sultan akan melibasnya. Kalau bahasa gaul ala preman. Segoler (senggol dikit golok leher). Aih...seramnya...!!
Pak Komar melihat Sultan yang nampak sibuk dengan laptopnya. Ia tersenyum melihat calon menantunya nampak fokus dalam bekerja. Pak Komar masuk ke dalam ruangan Sultan. Ia duduk tanpa Sultan sadar. Pak Komar masih terus mengamati calon menantunya itu.
"Belum selesai?" Tanya pak Komar membuat Sultan tersentak kaget.
"Astaghfirullah." Pak Komar refleks tertawa melihat ekspresi Sultan yang terkejut.
"Pak Komar?"
"Maaf ya, saya membuat kamu terkejut." Sultan hanya tersenyum tipis. Kesel sih, tapi bos dan calon mertua. Bingung mau marah gimana?
"Sudah selesai?" Tanyanya pak Komar lagi.
"Sedikit lagi, Pak." Pak Komar mengangguk.
"Maafkan saya ya." Sultan menatap pak Komar.
"Kenapa, Pak?"
"Saya tahu, kamu tidak mencintai anak saya kan?" Sultan menunduk, tidak bisa ia berbohong. "Saya berterima kasih sama kamu, karena mau menerima anak saya. Tolong bimbing anak saya, Natalia itu butuh orang seperti kamu. Agar ia bisa berfikir dewasa. Natalia terlalu kekanak-kanakan. Semoga kamu paham, karena dia itu anak saya satu-satunya. Salah saya karena terlalu memanjakannya. Hingga ia tak tahu sopan santun. Saya percaya sama kamu. Natalia anak yang baik kok. Dan saya bersyukur Natalia mendapatkan kamu. Selama ini saya ingin menjodohkan Natalia dengan kamu, tapi bingung bagaimana bilangnya. Ternyata memang sudah rencana Tuhan. Anak saya akan menikah dengan kamu, dengan caranya sendiri." Pak Komar tersenyum.
Ia bangun dan menepuk pundak Sultan.
"Saya bangga bisa punya menantu seperti kamu. Rajin ibadah dan sabar menghadapi anak saya."
"Terima kasih, Pak." Sultan hanya mampu mengatakan hal itu. Ia tak tahu lagi mau mengatakan apa. Pak Komar keluar dari ruangan Sultan. Sebelum menutup pintu, pak Komar kembali menatap Sultan. "Cobalah belajar mencintai anak saya." Pak Komar lantas menutup pintu. Sultan menghela nafas.
Pulang kerja, Sultan menemani Natalia berkeliling Mall. Wajah Sultan sudah sangat suntuk. Ia lelah seharian bekerja dan matanya berat karena seharian melihat layar laptop. Tapi Natalia sepertinya belum puas membeli perlengkapan resepsi.
"Pulang yuk," ajak Sultan lelah. Natalia berhenti dan menatap Sultan.
"Kamu, capek?" Tanya Natalia lembut. Sultan mengangguk lemas. Natalia menggigit bibir bawahnya. Ia menarik lengan Sultan dan mendudukkan Sultan di kursi yang tersedia di sana.
"Duduk dulu ya, tunggu di sini. Jangan kemana-mana." Natalia pergi entah kemana. Sultan terlalu lelah untuk sekedar bertanya atau mencegah. Ia bersandar di dinding dan memejamkan matanya.
"Sayang, bangun. Minum dulu." Sultan membuka matanya dan melihat Natalia sudah ada di depannya dengan air mineral di tangannya. Sultan membenarkan cara duduknya. "Minum dulu." Sultan mengambil botol mineral itu dan meneguknya sembari menatap Natalia. Ia menutup botolnya.
"Terima kasih." Natalia mengangguk dan tersenyum. Ia mengusap rambut Sultan lembut.
"Nat, tolong jaga sikapmu." Sultan memperingatkan. Natalia langsung mengangkat kedua tangannya tanda menyerah. Ia duduk di samping Sultan. Lengan mereka saling bersentuhan. Sultan buru-buru menggeser duduknya. Natalia mendengus.
"Sultan."
"Hm?"
"Kalau udah nikah, kita tidur sekamar kan?" Sultan langsung menatap Natalia. Dan menatap sekeliling. Takut orang lain dengar pembicaraan mereka.
"Bicarakan nanti saja kalau sudah menikah. Aku malu." Natalia menahan tawanya. Ia menyentuh jemari Sultan yang panjang dan besar. Sangat terlihat kokoh.
"Natalia, lepaskan tanganmu, dari jariku," bisik Sultan. Karena orang yang berlalu-lalang semakin banyak.
"Nggak mau."
"Nat, tolonglah, hargai aku."
"Aku nggak memperkosamu, Sultan." Sultan langsung melotot dan menutup bibir Natalia dengan tangannya.
"Sttt... Natalia, please," mohon Sultan. Natalia mengangguk dan menciumi tangan Sultan.
Sultan langsung melepas tangannya dari mulut Natalia dan bangun. "Mau kemana?" Tanya Natalia.
"Pulang."
"Tapikan, aku belum selesai."
"Nat, tolong, aku lelah." Natalia ikut bangun dan memeluk lengan Sultan.
"Maaf ya, ayo kita pulang."
"Lepas dulu pelukanmu." Natalia mendengus dan melepas tangannya. Lalu berjalan lebih dulu, meninggalkan Sultan dengan belasan jinjingan. Sultan mendengus dan beristighfar.
Sultan merebahkan diri di sofa. Tenaganya habis sebelum sampai di kamar. Ia benar-benar lelah seharian ini. Untunglah besok sudah masuk cuti menikahnya. Setidaknya Sultan bisa santai sedikit.
Giliran Sultan melayang. Memikirkan pernikahannya yang hanya tinggal dua hari lagi. Tapi, hati Sultan masih belum menemukan kenyamanan. Sultan takut pernikahannya hanya bertahan sebentar. Walau tak ada cinta. Tapi tetap saja Sultan tak mau jika pernikahan nya tak harmonis. Ia tak mau. Karena Sultan tahu, perceraian itu di laknat Tuhan. Dan Sultan tak menginginkan itu terjadi.
Sultan memaksa tubuhnya untuk bangun dan masuk ke dalam kamar mandi. Ia mengguyur tubuhnya tanpa repot melepas kemejanya. Sultan ingin otaknya cepat dingin. Seharian ini otaknya sangat panas. Lebih panas lagi saat Natalia di sampingnya. Rasanya terbakar.
Sultan keluar dari kamar mandi dan mengeringkan tubuhnya dengan handuk. Lalu memilih pakaian yang akan ia kenakan. Tak butuh waktu lama bagi seorang Sultan untuk memilih pakaian santainya.
Ia duduk di sisi ranjang dan menatap ponselnya. Detik berikutnya ponsel itu hampir saja ia lempar kalau saja Sultan tak punya pengendalian diri ekstra. Sultan menghela nafas sebelum mengangkat telepon dari Natalia.
"Assalamualaikum?"
"Sultan, aku cuma mau kasih tahu, besok kita akan foto prewedding."
"Ya."
"Jangan telat."
"Ya."
"Jangan ya ... Ya aja."
"Hm...."
" Sultan, ih... Aku cipok ya!" Ancam Natalia. Sultan kaget tanpa sadar mematikan ponselnya. Dan melemparnya di sudut ranjang.
Astaghfirullahhalazim....
Tahan dirimu Sultan, belum sah... Belum sah...
Sultan kembali merasa panas pada tubuhnya. Akhirnya ia masuk kamar mandi dan mengguyur tubuhnya lagi.
Natalia, sialan!!