Prolog

740 Words
“Gue dilamar!” Anya masih ingat jika sebulan yang lalu Nadira menghampirinya di cubicle untuk memamerkan sebuah cincin berlian di tangannya. Padahal Nadira adalah sahabat Anya yang terlihat paling sulit berhubungan serius dengan laki-laki. Perempuan itu bisa dibilang 11-12 dengannya dalam urusan romansa. Dekat dengan banyak lelaki atau dengan mudah gonta-ganti teman kencan, that’s how they living selama setidaknya setahun belakangan. Jika Nadira begitu dikarenakan kisah kakak perempuannya yang cukup menguras emosi, Anya justru berada di posisi Kakak Nadira di mana kisah cintanya lah yang harus berakhir dengan segala drama. Kini Anya dan kedua temannya yang lain baru saja sampai di villa keluarga Nadira untuk mengantar perempuan itu yang akan mengadakan lamaran resmi besok. Gisella dan Ivanka langsung tepar sesaat tubuhnya menempel di tempat tidur. Maklum mereka semua sudah bersiap-siap dan berangkat setelah subuh. Selama perjalanan pun mereka tidak ada yang tidur demi menemani Anya menyetir. Untung saja perjalanan mereka tidak terhambat macet sama sekali sehingga dalam waktu tiga jam kurang mereka sudah sampai. Anya dan Nadira tidak bisa tidur dan memutuskan turun ke bawah. Katanya Nadira ingin membicarakan beberapa hal terkait acara besok dengan ibunya, sedangkan Anya memilih melipir ke halaman belakang rumah orang tua Nadira yang masih luas lagi. Anya ingat Nadira pernah cerita kalau ayahnya Nadira punya kolam ikan lele yang cukup luas dan juga sebuah kebun strawberry. Gadis itu pun berjalan menyusuri halaman belakang rumah Nadira untuk mencari dan melihat sendiri kolam serta kebun itu. Dari halaman belakang yang diisi kolam renang dan sebuah saung kecil untuk bersantai, Anya berjalan sedikit menuju sebuah pintu pagar. Dan sampailah Anya di depan sebuah kolam ikan yang cukup luas berisi ikan lele. Di sebelahnya terdapat garden house yang sepertinya berisi tanaman strawberry. Di sisi kolam, Anya mendapati seorang laki-laki mengenakan topi yang dibalik ke belakang, kaos putih serta celana pendek berbahan cargo sedang berjongkok sambil memegang selang yang airnya dikucurkan ke dalam kolam. Lelaki itu menyadari kehadiran Anya membuat gadis itu mau tidak mau melempar senyuman canggung. “Permisi, ya.” Lelaki itu menganggukkan kepalanya dan membalas senyum Anya. “Mangga, Teh.” Ternyata memang benar ya kata orang-orang, kalau laki-laki sunda itu biasanya berparas tampan. Masa penjaga kolam ikan saja punya wajah semenarik itu sih? Dan lagi suaranya… sebelas dua belas dengan ubin masjid Puncak. Sejuknya!!! Huh, andai Anya bertemu lelaki ini di sekitaran SCBD, pasti sudah nggak ragu untuk diajak kenalan. Dengan hati-hati, Anya melewati lelaki itu karena ingin melihat strawberry di garden house. Sayangnya Anya masih kurang hati-hati untuk tidak sengaja menginjak bagian tanah yang basah terkena cipratan air kolam sehingga alas flatshoesnya hari itu pun terpeleset. Anya menjerit. Setengah pasrah kalau tubuhnya akan tercebur ke kolam berisi ikan-ikan lele milik papinya Nadira. Tetapi Tuhan sepertinya masih baik kepada Anya hari itu dan tidak membiarkannya berenang bersama ikan lele. Iya, tidak salah. Tubuh Anya saat ini berhasil ditangkap oleh laki-laki si pengurus kolam itu. Lol, sebetulnya Anya bahkan nggak tahu siapa laki-laki itu. Apa benar dia penjaga kolam atau hanya pekerja suruhan papi Nadira. Dari sekian banyak orang di dunia, kenapa sih Anya harus mengalami kejadian bak adegan di FTV itu dengan seorang… pengurus kolam ikan??? Yang keren dikit gitu. Meski sedang berada di pedesaan, kan masih ada laki-laki lain. Anak kepala desa misalnya. Anya berkedip, dari jarak sedekat ini ia bisa mencium aroma bergamot, verbena dan samar aroma apel. Terlalu ‘berkelas’ untuk seukuran laki-laki yang bekerja di kolam ikan. Harusnya kan bau amis. Menyadari posisinya yang masih dalam dekapan lelaki tidak dikenal itu, Anya buru-buru menegakkan tubuhnya begitu seluruh kesadarannya pulih. “Eh, maaf-maaf!” Lelaki itu tersenyum kecil. “Hati-hati, Teh, licin.” Lagi-lagi suara teduh dan lembut itu membelai telinga Anya. Udah tahu, kali, makanya gue hampir kecebur! Tetapi tentu saja kalimat itu hanya Anya katakan dalam hati. Untuk menyembunyikan perasaan malunya, Anya hanya memasang cengiran canggung. “Iya, makasih Mas.” Tidak ingin terlibat lama-lama dengan si pengurus kolam itu, Anya buru-buru berbalik badan berjalan kembali ke rumah dan mengurungkan niatnya untuk pergi ke garden house. Meninggalkan lelaki si pengurus kolam itu yang memandangi punggungnya hingga menjauh.   Dering ponsel milik lelaki itu sendirilah yang menyadarkannya dari keterpakuannya pada sosok Anya yang baru saja pergi. Anehnya, aroma tubuh Anya yang wangi perfume itu masih bersisa bahkan saat sosoknya sudah tidak terlihat lagi.   Lelaki itu menerima panggilan tersebut. “Halo, Ma?”   “Ya, Opa meninggal. Jasadnya akan dimakamkan di pulau, kamu ke sini, ya?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD