04 - Pertemuan Tak Disengaja

1041 Words
Selesai makan malam, Marcel dan Mawar pergi dari restoran itu. Selama didalam perjalanan keduanya saling diam. Yang ada didalam pikiran Mawar saat ini adalah ranjang empuknya saja, dia merasa sangat mengantuk dan bosan selama bersama dengan Marcel yang sangat kaku. Terlebih lagi Marcel tidak bisa bercanda sama sekali, Mawar semakin merasa ingin segera sampai dirumah. "Mawar.." Panggil Marcel. Mawar tidak mendengarkan sama sekali ketika Marcel memanggil dirinya, dia masih sibuk dengan pikirannya sendiri. "Hei, apa kamu melamun?" Tanya Marcel sambil menguncangkan lengan Mawar. "Ya? Apa kamu memanggilku?" Ucap Mawar yang merasa terkejut ketika Marcel menyentuh lengannya. "Apa yang sedang kamu pikirkan? Aku sudah memanggilmu berkali kali." Ucap Marcel dengan wajah datarnya itu. Mawar tersenyum kaku sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali. "Sorry...aku tidak mendengarnya." Balas Mawar. "Baiklah tidak masalah, tapi aku paling tidak suka bila berbicara kepada seseorang tapi tidak didengarkan. Jangan ulangi lagi." Ucap Marcel masih dengan wajah datarnya yang tidak ada senyuman sama sekali. Lagi - lagi Mawar tidak tau harus bersikap seperti apa dihadapan pria yang ada disampingnya itu. Mawar menghela nafas dengan kasar, "Baik." Ucapnya. "Setelah ini kita kemana?" Tanya Marcel yang kini hanya menatap lurus kedepan sambil menyetir mobilnya. 'Kenapa dia malah bertanya kepadaku? Dasar aneh!' Batin Mawar. "Hoaaammm...sebaiknya kita kembali saja, hari ini aku sudah merasa lelah dan mengantuk, Cel." Jawab Mawar yang sengaja sambil menguap agar Marcel mempercayai kalau dirinya saat ini sudah mengantuk. "Baiklah." Ucap Marcel. Dalam hati Mawar sudah bersorak dengan gembira, Mawar menahan senyumannya. Dia tidak ingin wajahnya yang terlihat senang terlihat oleh Marcel. Akhirnya sampai juga dikediaman Mawar dan keluarganya, Marcel ikut turun untuk meminta izin kepada kedua orangtua Mawar. Namun, Mawar malah melarangnya dengan alasan kalau orangtuanya pasti sudah tidur saat ini. Hingga akhirnya Marcel berpamitan pulang kepada Mawar saja lalu segera masuk kembali kedalam mobilnya dan melajukan mobilnya sampai sudah tidak terlihat lagi dihadapan Mawar. Mawar melambai - lambaikan tangannya lalu bersorak dengan gembira, "Yes! Akhirnya aku kembali juga!" Ucapnya lalu berjalan masuk kedalam rumah. Sesampainya didalam ternyata kedua orangtuanya sedang menunggu dirinya, Mawar yang saat ini sedang tersenyum sendiri tidak menyadari kalau dirinya sedang ditatap oleh Papa dan Mamanya. "Ehem...ehem..." Goda Papanya. "Papa! Mama!" Seru Mawar lalu berjalan menghampiri kedua orangtuanya itu. "Yang baru pulang dinner nih kelihatannya happy banget ya, Ma..." Ucap Papanya sambil melirik Mamanya. "Iya, Pa! Ehmm...seperti sedang kasmaran saja ya, Pa!" Seru Mamanya. "Ih apaan sih, Pa, Ma! Gak seperti itu..." "Lihat itu Ma, anak kamu terlihat malu - malu seperti itu..." Goda Papanya lagi. 'Duh gimana jelasinnya ya? Biarin aja deh...lagian percuma juga, pasti Papa dan Mama tidak akan percaya dengan penjelasanku! Lagian apapun yang akan aku katakan pada akhirnya aku juga harus menikah dengan pria kaku itu!' Batin Mawar. "Udah ah mendingan Mawar kekamar aja! Good nite, Pa, Ma.." Ucap Mawar sambil mencium pipi Papa dan Mamanya secara bergantian lalu berjalan cepat untuk pergi meninggalkan Papa dan Mamanya yang kini sudah salah paham dengan dirinya. Setelah menutup pintu kamarnya, Mawar langsung menganti pakaiannya dengan piyama tidurnya yang nyaman lalu menmbasuh wajahnya dan menggosok giginya. Setelah selesai, dia mengenakan cream malamnya lalu segera naik keatas ranjangnya. Dia memeriksa ponselnya sebentar lalu setelah mengatur jam alarmnya, Mawar langsung membaringkan tubuhnya. 'Kenapa aku harus menikah dengan usianya ku yang masih terlalu muda seperti ini sih? Kenapa dijaman sekarang masih ada saja perjodohan? Huft, pastinya hidupku akan sangat membosankan nantinya. Sudahlah mendingan sekarang aku tidur saja dari pada stres terus memikirkan tentang masalah ini yang tidak ada jalan keluarnya sama sekali.' Batinnya lalu segera memejamkan matanya. Mawar sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi kepada dirinya. Walaupun dirinya sama sekali tidak menyukai Tuan Muda yang akan dijodohkan dengannya itu. Sementara ditempat lain, Marcel yang saat ini sedang berbaring terus saja memikirkan pertemuannya dengan Mawar yang sepertinya memang sebuah takdir. Sebelum acara makan malam bersama dengan keluarga, jauh sebelumnya Marcel sudah pernah bertemu dengan Mawar disalah satu Mall. Pada saat itu Marcel dan Mawar tidak sengaja bertabrakan, lalu setelahnya ikat rambut Mawar terjatuh dan ketika Marcel ingin mengembalikannya Mawar sudah tidak kelihatan lagi. Sampai sekarang Marcel masih menyimpan ikat rambut Mawar. "Takdir yang aneh...tapi sepertinya akan menyenangkan!" Ucapnya sambil memegangi ikat rambut Mawar. Padahal sebelumnya Marcel tidak tau nama wanita itu tapi ikat rambutnya berbentuk bunga Mawar, kini dia baru mengetahui kalau nama wanita itu juga bernama Mawar sama seperti ikat rambutnya. Setelah puas memandangi ikat rambut Mawar, Marcel pun memejamkan matanya. ***** Keesokan harinya... Pagi ini Mamanya masuk kedalam kamarnya, Mamanya berusaha untuk membangunkan Anaknya yang masih sangat mengantuk. "Mawar bangun sayang...." Seru Mamanya sambil menguncang - guncang tubuh Sang Anak. Mawar yang masih mengantuk merasa sangat terganggu dengan Mamanya, "Ada apa sih Ma? Mawar masih ngantuk banget nih..." Rengek Mawar dengan mata yang masih terpejam. "Ayo bangun!" Ucap Mamanya yang terus memaksa Sang Anak untuk bangun. "Emangnya ada apa, Ma?" Tanya Mawar yang masih merasa enggan untuk bangun. "Mama punya kabar baik untuk kamu sayang....makanya kamu bangun!" Pinta Mamanya sambil menarik tangan Mawar. Kini Mawar sudah bangkit dari tidurnya dan sudah membuka kedua matanya, "Katakan apa berita baiknya Ma? Perjodohannya dibatalkan ya Ma?" Tebak Mawar dengan sembarangan. Mamanya memukul lengan anaknya dengan keras, "Bukan sayang! Nanti malam kita akan bertemu dengan keluarga Marcel lagi untuk menentukan tanggal pernikahan kalian berdua. Sepertinya Marcel sangat menyukai kamu! Selamat ya sayang!" Ucap Mamanya sambil memeluk Sang Anak. Seketika mata Mawar yang masih mengantuk langsung melotot dengan sempurna, 'Apa! Ini bukan berita baik Ma! Ini berita buruk untuk Mawar...' Batinnya dengan tidak bersemangat. "Sekarang kamu mandi, Mama tunggu kamu dibawah!" Pinta Mamanya. "Bukannya kita perginya nanti malam ya Ma? Lalu kenapa Mawae harus bersiap sekarang?" Tanya Mawar sambil menggerlitkan alisnya. "Mama mau ajak kamu untuk berbelanja sayang...! Udah cepat sana mandi, ingat jangan terlalu lama ya!" Seru Mamanya lalu berjalan pergi dari kamar Mawar. 'Ini semua benar - benar buruk! Kenapa secepat itu sudah ingin menentukan tanggal pernikahan?' Batinnya yang ingin sekali berteriak dengan keras. Mawar mengacak - acak rambutnya sendiri, dia merasa benar - benar sangat frustasi. Pagi ini moddnya sudah berubah menjadi sangat buruk. Dia bahkan tidak bersemangat dalam bersiap - siap untuk pergi berbelanja dengan Mamanya. Selama didalam perjalanan Mamanya terus saja membahas tentang Marcel dan keluarganya, Mamanya terlalu memuji Marcel terus menerus sampai membuat telinga Mawar semakin panas karenanya. Kalau saja dirinya bisa berteriak, mungkin sudah dilakukannya sedari tadi.  'Tamat sudah aku! Memikirkan dia saja sudah membuatku merinding...ini semua benar - benar mimpi buruk! Apa saat ini aku sedang bermimpi ya?' Lalu Mawar mencubit dirinya sendiri dan merasakan sakit, 'Tapi sayangnya ini semua kenyataan bukan mimpi...' Batinnya dengan wajah lesu.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD