03 - Membosankan

1036 Words
Marcel memberikan sebuah kode untuk memanggil seorang pelayan untuk melayani keduanya. Tidak membutuhkan waktu lama, seorang pelayan yang ada direstoran itu datang untuk menghampiri Marcel. "Ya Tuan, ada yang bisa saya bantu?" Tanya Pelayan itu dengan ramah sambil mengembangkan senyumannya. "Saya ingin memesan makanan." Ucap Marcel dengan wajah datarnya. Marcel bahkan tidak menyadari kalau Mawar sedang mengawasinya sedari tadi dari buku menu. 'Astaga...dia itu mau pesan makanan atau mau menghukum seseorang sih? Kapan sih dinner ini berakhir?' Batin Mawar. Mawar sibuk sendiri dengan pikiran pikirannya yang sudah dipenuhi dengan sosok Marcel, sampai - sampai dirinya tidak mendengar kalau Marcel memanggil namanya terus menerus. Akhirnya Marcel yang merasa kesal karena merasa diabaikan oleh Mawar pada akhirnya mengambil buku menu yang sedang dipegang oleh Mawar. Sontak membuat Mawar tersadar dari lamunan. "Apa - apaan sih kenapa diambil!" Seru Mawar dengan suara yang sedikit meninggi. Kemudian Mawar menyesali ucapannya barusan. Dia segera menutup mulutnya dengan cepat, "Sorry...maksud aku bukan seperti itu....aku tadi hanya..hanya masih memikirkan ingin memesan makanan apa. Iya seperti itu." Ucap Mawar dengan cepat sambil tersenyum kaku. Marcel hanya terdiam sambil menatap wanita yang dihadapannya yang kini sudah bersikap salah tingkah. 'Dasar wanita aneh!' Batinnya. "Jadi kamu sudah memutuskan untuk memesan apa?" Tanya Marcel. Mawar sudah menganggukkan kepalanya dengan cepat, "Mbak, saya mau pesan beef steak, tapi dagingnnya setengah matang saja ya, sama minumannya lemon tea dingin ya." Ucap Mawar sambil tersenyum kepada Pelayan yang saat ini sedang mencatat pesanan keduanya. Setelah pelayan itu pergi, baik Marcel maupun Mawar tidak ada yang berbicara sama sekali. Suasana berubah menjadi sangat canggung. "Cel..." Panggil Mawar dengan ragu. Marcel yang sedang sibuk dengan ponselnya seketika menatap Mawar, "Ada apa?" Tanya Marcel dengan tatapan dinginnya. Sebelum melanjutkan ucapannya, Mawar menarik dan menghembuskan nafasnya dengan perlahan, "Aku ketoilet bentar ya.." Jawab Mawar. "Silahkan..." Ucap Marcel masih dengan wajah tanpa ekspresinya itu. Mawar segera bangkit dari duduknya lalu bergegas pergi meninggalkan Marcel secepat mungkin. Sesampainya didalam toilet, Mawar menatap dirinya didepan cermin besar yang ada disana. "Dasar menyebalkan! Oh Tuhan....kenapa aku harus menikah dengan pria dingin, kaku dan membosankan seperti itu? Aku bahkan sudah bisa membayangkan kalau aku sudah menikah dengannya akan menjadi seperti apa diriku ini..." Ucap Mawar dengan sangat tidak bersemangatnya. Mawar berharap kalau perjodohan konyol ini tidak pernah terjadi sebelumnya, mungkin hidupnya sekarang sudah jauh lebih bahagia untuk mengapai mimpi - mimpi dan obsesinya itu. Mawar membasuh mukanya lalu mengelapnya dengan tissue yang ada disana. "Ayolah Mawar kamu harus bersemangat! Kamu kuat kok untuk menghadapi pria seperti itu!" Serunya kepada dirinya sendiri ya walaupun dirinya sendiri bahkan tidak yakin sama sekali kalau dirinya akan kuat untuk menjalani hari - harinya kelak untuk terus menatap pria seperti Marcel yang sebentar lagi akan menjadi Suaminya itu. Sebelum keluar dari kamar mandi Mawar menarik dan menghembuskan nafasnya terlebih dahulu. Lalu setelahnya dia keluar dari toilet dan berjalan menghampiri Marcel kembali. "Sorry ya Cel, aku lama." Ucap Mawar lalu segera duduk dihadapan Marcel. "Tidak masalah." Jawab Marcel masih dengan sikap dinginnya. Kemudian Marcel meletakkan ponselnya diatas meja lalu menatap Mawar beberapa saat, "Aku boleh mengajukan pertanyaan?" Tanya Marcel dengan wajah seriusnya. "Tentu saja..." Jawab Mawar dengan senyumannya yang dipaksakan. "Kamu merasa tidak nyaman kan makan malam berdua denganku seperti ini?" Tanya Marcel langsung to the point. DEG Mawar masih terdiam, dia bingung harus menjawab yang sebenarnya atau harus berbohong kepada pria yang saat ini sedang menatapnya dengan selidik. 'Andai saja aku bisa mengatakan iya...tapi aku tidak mungkin untuk mengatakannya. "Kenapa kamu bertanya seperti itu? Oh jangan bilang sama aku kalau kamu belum pernah berkencan sebelumnya?" Mawar malah secara blak - blakkan mengatakan hal itu lalu setelahnya dia menutup mulutnya. 'Ada apa sih dengan otakku? Bisa - bisanya aku berkata secara blak - blakkan seperti itu! Apa dia akan marah?' Pikir Mawar. "Sorry, Cel...aku tidak bermaksud untuk menyingung kamu." Mawar merasa bersalah dengan perkataannya yang sebelumnya. Marcel hanya tersenyum. 'Kenapa dia tersenyum?' Batin Mawar. "Kamu gak salah kok, ini adalah kencan pertamaku. Yang kamu katakan tadi benar, sebelumnya aku memang belum pernah berkencan." Ucap Marcel. Ternyata tebakan Mawar benar, "Benarkah?" Ucap Mawar. Marcel mengangguk dengan pelan. 'Pantas saja dia tidak bisa untuk mengekspresikan dirinya dihadapan seorang wanita. Hidupnya benar - benar sangat serius dan kaku.' Batin Mawar. "Kamu sendiri gimana? Aku yakin ini bukan pertama kalinya kamu berkencan kan?" Tanya Marcel yang sontak membuat lamunan Mawar sirna seketika. "Iya tentu saja tidak, tapi itu sudah sangat lama." Jawab Mawar sekedarnya saja. Tidak berapa lama kemudian mereka saling diam, untungnya makanan keduanya segera datang. Begitu aroma masakannya terhirup oleh Mawar, perutnya yang sedari tadi memang sudah kelaparan langsung saja keroncongan. "Selamat makan!" Ucap Mawar yang sudah bersiap utnuk menyantap makanannya. Marcel yang tidak menyukai sikap Mawar yang tidak menjaga kebersihan, "Sebentar..." Seru Marcel yang tentu saja membuat Mawar yang sedang memotong steaknya langsung berhenti sejenak. Dia menatap Marcel dengan tatapan yang tidak mengerti, 'Ada apa lagi sih sekarang?' Pikirnya. Marcel berdiri lalu menghampiri Mawar untuk memasangkan alas di pakaian Mawar lalu membersihkan pisau, garpu yang akan Mawar gunakan. Sementara itu Mawar sendiri hanya menatap Marcel dengan tatapan anehnya tanpa mengatakan apapun juga. Setelah selesai melakukannya, Marcel kembali duduk dikursinya. "Aku paling tidak suka bila seseorang tidak bisa menjaga kebersihan." Ucap Marcel. Mawar menghela nafasnya sejenak, nafsu makannya yang tadinya sudah menggebu - gebu berubah menjadi rasa tidak berseleranya untuk menyantap makanan yang ada dihadapannya itu. Dengan tidak bersemangat dia memotong - motong steaknya, Marcel yang melihat hal itu kemudian mengambil piring Mawar.  'Kali ini apalagi?" Pikirnya. Mawar sedang mengamati apa yang sedang dilakukan oleh Marcel dengan wajah cemberutnya. "Aku bisa melakukannya sendiri." Ucap Mawar ketika sedang melihat apa yang sedang dilakukan oelh Marcel saat ini. "Aku tau kamu bisa, aku hanya ingin membantu kamu agar kamu bisa memakannya dengan mudah tanpa harus memikirkan untuk memotong dagingnya." Ucap Marcel yang terus saja melanjutkan kegiatannya itu. "Baiklah, terserah kamu." Balas Mawar yang tidak ingin berdebat. Mawar hanya mengamati apa yang sedang dilakukan Marcel sedari tadi. Setelah selesai memotong dagingnya, Marcel memberikan kembali piringnya kepada Mawar. "Thanks." Ucap Mawar. "Iya." Jawab Marcel singkat. Lalu keduanya melanjutkan makannya kembali dengan suasana yang sangat hening. Mawar yang merasa lapar akan tetapi tidak bisa untuk menghabiskan makanannya. Kini Mawar sudah menyudahi makannya, dia mengelap bibirnya dengan tissue. "Kenapa dengan makanannya? Apa rasanya tidak sesuai dengan selera kamu?" Tanya Marcel yang saat ini sedang menatap piring Mawar yang makanannya tidak habis dimakan oleh Mawar. "Bukan...bukan seperti itu, Steak nya enak kok, hanya saja aku sudah kenyang." Jawab Mawar. 'Semoga saja setelah ini dia mengajakku untuk kembali...jujur aku sudah sangat bosan hanya berduaan dengannya seperti ini.' Batin Mawar penuh harap.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD