3. NASIB JOMBLO

1670 Words
Di kantor mereka selalu mendapat candaan mengenai pacar. Selama mereka bertiga masih jomblo, kehidupan mereka tidak akan pernah nyaman. *** Setelah meeting selesai, Digo bergegas keluar ruangan ingin menuju ke kamar kecil. Dengan langkah tergesa-gesa tanpa mempedulikan karyawan lain yang menyapanya, dia hanya memberi senyuman kecil. Tidak butuh waktu lama Digo di kamar kecil, selanjutnya menuju ke ruang kerja pribadinya. Sesaat setelah sekian langkah, ada seorang wanita berkacamata memanggilnya. Digo pun berhenti melangkah dan menoleh kepada wanita yang memanggilnya tersebut. "Pak Digo. Ini buku meeting Anda ketinggalan," kata wanita itu. "Oh Fina, terima kasih." Setelah itu Digo bergegas pergi meninggalkan wanita itu yang ternyata bernama Fina, dia hanya mengatakan terima kasih saja tanpa mengatakan hal lain yang mungkin lebih penting. Fina adalah gadis berkacamata dan rambutnya berombak, sebenarnya dia adalah gadis yang cukup manis dan masih single, namun entah kenapa Digo kurang tertarik dengannya, sepertinya Digo memiliki pengalaman tidak menyenangkan terhadap gadis berkacamata. Fina merasa sedikit kecewa, kenapa Digo hanya mengatakan itu saja. Dia bergumam bahwa seharusnya Digo menanyakan kabar atau yang lainnya agar bisa menjalin hubungan persahabatan sesama karyawan. "Pak Digo masih aja bersifat dingin. Mungkin karena itu, dia belum punya pacar sampai sekarang," gumam Fina kemudian pergi menuju ruang kerjanya. Semua karyawan fokus dalam bekerja hingga siang dan waktu untuk istirahat tiba. Digo segera keluar dari ruangannya, langsung disambut oleh Devi. "Digo, kita makan di restoran sebelah lagi ya!" ajak Devi. Digo mengangguk tanda setuju sambil tersenyum. Digo memang menyuruh Devi untuk memanggilnya dengan nama biasa, tidak menggunakan Pak, meskipun terkadang Devi menggunakannya, terutama saat baru berjumpa di pagi hari dan saat bersama atasan mereka. Setelah sampai di luar ruangan, datang kedua sahabatnya Rion bersama Vera sedangkan Zein sendirian. Mereka berlima akan makan siang di restoran sebelah kantor mereka. Butuh sekitar 5 menit untuk sampai di restoran tersebut. Segera mereka memilih meja makan yang luas dan cukup untuk mereka berlima. Restoran itu sangat terkenal di kota ini, menyediakan berbagai menu yang selalu menggugah selera. Kondisi restoran juga bersih, rapi dan indah. Para pengunjung selalu ramai berdatangan sekedar untuk menikmati makanan di restoran ini. Digo dan teman-teman sudah duduk santai, kemudian datang seorang Waitress cantik ingin menawarkan berbagai menu makanan. Digo, Rion dan Zein terpesona melihat waitress cantik itu. "Selamat siang. Silakan pesan menu yang tersedia!" ucap gadis itu sambil tersenyum manis. Melihat itu Zein, segera bertindak dan mengambil daftar menu yang dibawa Waitress cantik itu, lalu memilih pesanan yang pertama. Setelahnya diberikan Digo dan lainnya. Saat teman-temannya sibuk memilih menu makanan, Zein mencoba mengajak bicara gadis itu dan bermaksud merayunya. "Kamu kok cantik sekali. Di mana rumah kamu?" "Maaf Pak. Saya sudah punya pacar," jawab gadis itu sambil tersenyum. Mendengar jawaban itu membuat Zein mematung dan berhenti bernapas sesaat, pasti perasaannya sangat malu. Sedangkan Digo dan lainnya berusaha sekuat tenaga menahan tawa mendengar itu, bahkan Rion sampai menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Digo juga tampak memalingkan mukanya ke bawah lantai agar ekpresi tawanya tidak terlihat. Kemudian kejadian lucu itu mereda dan semuanya sudah pesan makanan. Waitress cantik itu pun meninggalkan meja makan mereka untuk mengambilkan pesanan mereka berlima. "Sial. Beginilah nasib jomblo," kata Zein kecewa. Digo dan lainnya pun tertawa mendengar perkataan Zein. "Gak apa-apa teman. Itu termasuk perjuangan," ucap Rion masih sedikit tertawa, Zein hanya memasang wajah kesal. Selanjutnya mereka bercanda ria sambil menunggu menu makanan dan minuman datang. Sesaat kemudian seorang Waiter datang membawa pesanan minuman, segera mereka minum terlebih dulu sebelum makan. Rion melihat di meja makan lain ada dua orang pria dan wanita, mungkin sepasang kekasih. Rion memperhatikan mereka dan berpikir bahwa sepertinya sangat menyenangkan punya kekasih, namun tiba-tiba wanita yang sedang diperhatikan itu juga menatap Rion, bahkan memberikan kedipan sebelah mata padanya. Sontak Rion langsung tersedak minuman dan terbatuk-batuk karena hal itu. "Rion, kenapa kamu? Hati-hati minumnya," tanya Vera penasaran, yang lainnya pun juga penasaran. Rion mencoba menenangkan kondisinya, setelah itu berbisik. "Ada wanita yang menggodaku. Liat di meja sebelah sana!" jawabnya. Semuanya pun terkejut dan mencari tahu wanita yang dimaksud Rion. Mereka tercengang mengetahui bahwa wanita itu sedang berpacaran. "Kalau Rion mau, gak apa-apa. Coba aja deketin dia!" saran Digo bercanda. "Ogah! Aku gak mau jadi perusak hubungan orang. Belum tau juga kalau mereka ternyata sudah menikah, bakal lebih buruk." "Hahaha ...," tawa semua teman-teman Rion, sedangkan Rion menggerutu akan hal itu. Sesaat kemudian menu makanan datang, mereka berlima berusaha melupakan kejadian-kejadian menggelikan di restoran siang ini. Mereka segera menyantap pesanan makanan masing-masing, terlihat mereka makan dengan lahap karena semua menu makanan di restoran ini sangat lezat. Terkadang Rion sesekali melirik gadis yang menggodanya tadi, namun saat gadis itu mengalihkan pandangan ke Rion, bergegas Rion memalingkan pandangan ke piring makan yang ada di depannya, kemudian melanjutkan makan siangnya. Entah kenapa Rion melirik gadis itu, mungkin karena penasaran kenapa gadis seksi seperti dia menyukai Rion dan kenapa juga gadis itu ingin selingkuh dengannya. Namun Rion segera melupakan rasa penasarannya itu, karena menurutnya gadis seperti itu adalah tipe gadis yang tidak baik serta tidak setia. Mereka semua menikmati makan siang bersama sambil sesekali mengobrol sedikit. Tampak Zein sering melirik ke kanan dan ke kiri, sepertinya sedang mencari-cari apakah ada gadis yang sedang sendirian, namun tampaknya semua pengunjung restoran itu tidak ada yang sedang makan sendirian. "Ciee ... Zein, sedang mencari gadis single di sekitar restoran ini ya?" tanya Devi. "Ehh enggak, siapa juga yang sedang mencari itu. Aku ... Aku cuma sedang mencari ... kucing, ya kucing. Mau aku kasih tulang ayam bakar ini," jawab Zein ragu karena ingin berpura-pura. "Hahaha ...," tawa teman-teman Zein. "Ya ampun Zein, dari dulu itu kamu gak pandai berbohong. Mana ada kucing di restoran mewah dan terkenal seperti ini," ucap Digo sambil menggelengkan kepala, sedangkan Zein hanya tersenyum lebar mendengarnya. Makan siang akhirnya habis. Segera mereka beranjak untuk kembali ke kantor, sedangkan Digo menuju ke kasir untuk melakukan pembayaran makanan. Mereka selalu bergantian dalam membayar makan siang dan kali ini giliran Digo, namun terkadang Digo mentraktir semuanya dan hal itu membuat teman-temannya sangat senang jika makan siang bersama Digo. Sejak dulu dia memang baik hati terhadap teman-teman dekatnya. Saat menuju ke tempat kasir, Digo berhenti dan bertanya kepada seorang Waiter yang berjalan di dekatnya. Digo memberikan uang tips ke saku bajunya lalu berbisik, "Mas, gadis-gadis karyawan di restoran ini ada yang masih single gak?" "Hehee ... Maaf Pak. Sayang sekali, mereka semua sudah punya pacar dan bahkan ada yang sudah menikah," jawab Waiter itu. Mendengar jawaban itu raut wajah Digo bercampur sedih dan malu, namun berusaha untuk tersenyum. "Oh, jadi begitu. Oke, makasih informasinya Mas," kata Digo sambil menepuk pundak pelayan pria itu. "Tapi tenang aja Pak, jika suatu saat ada yang putus cinta atau ada karyawan baru yang single. Saya siap mengabari Anda." Digo tersenyum akan hal itu, lalu mengacungi jempol kanan pada Waiter itu, selanjutnya bergegas ke kasir untuk menyelesaikan pembayaran menu makanan mereka. Ternyata Digo diam-diam juga mencari cara agar segera mendapatkan pacar, sungguh perjuangan mencari cinta yang lucu sekaligus menarik. Tak lama kemudian Digo kembali bersama teman-temannya, selanjutnya menuju ke kantor untuk melanjutkan pekerjaan mereka pada hari ini. Semua karyawan di perusahaan Digo, Rion dan Zein sangat serius dalam bekerja hingga sore tiba dan waktu bekerja hari ini pun habis. Semua karyawan merapikan tempat kerja masing-masing dan bersiap untuk pulang. Mereka bertiga sudah berada di dalam mobil, Zein segera menjalankan mobilnya dengan perasaan sangat senang. Begitulah, mereka bertiga senang karena besuk adalah weekend dan sore ini semua pekerjaan pada minggu ini sudah selesai. Perjalanan pulang dengan santai karena di jalanan cukup ramai, banyak kendaraan sedang melintas di sepanjang jalan, baik motor, mobil, taxi maupun bus penumpang. Saat perjalanan pulang, mereka berhenti di sebuah mini market, berencana membeli keperluan aparteman. Mobil berhenti tepat di pinggir jalan yang aman, saat ini di depan mini market. "Rion, bangun! Ayo temani aku membeli keperluan apartemen," ajak Zein pada Rion yang sedang rebahan di kursi jok bagian tengah mobil. "Gak ah. Aku mau istirahat sebentar, ini lagi nyaman, hehe," jawab si pemalas Rion. "Huh, dasar Rion." Kemudian Zein memperhatikan Digo yang sedang melihat keluar lewat kaca mobil yang terbuka. Digo kali ini duduk di depan, karena saat pulang kerja selalu ada Rion di jok tengah mobil. Daripada dia menjadi sandaran Rion atau bahkan menjadi bantalnya, lebih baik Digo memilih duduk di depan. Tampaknya Digo sedang menikmati dengan seksama pemandangan kota di sore hari, berharap menemukan kekasih hati yang selama ini belum datang menghampiri hatinya. Zein tidak mengajak Digo yang sedang seperti itu, karena saat dipanggil biasanya dia diam saja dan pura-pura tidak dengar. Zein sudah memahami sifat-sifat sahabatnya, kemudian memilih untuk membeli kebutuhan apartemen sendirian, karena dia juga membutuhkan sesuatu yang penting untuk dirinya sendiri. Zein paling ahli dalam mengurusi perlengkapan apartemen, terutama bagian dapur. "Ya udah, aku ke sana sendiri aja. Siapa tau nanti dapat cewek cantik dan seksi, hahaa ...." Digo memberi senyum kepada Zein, selanjutnya Zein menuju ke mini market itu. Mereka selalu bersama-sama jika pergi ke super market atau mall besar, namun kalau mini market, biasanya hanya Zein sendirian yang ke sana kecuali jika mereka berdua membutuhkan sesuatu yang penting. Digo menunggu di mobil sambil memperhatikan pemandangan kota yang cukup ramai. Sedangkan Rion memilih untuk rebahan, bahkan memejamkan mata. Saat Digo melihat-lihat sekeliling kota dari dalam mobil, tiba-tiba ada seorang gadis manis lewat tidak jauh dari mobilnya. Gadis manis penjual kue berwarna-warni. Digo terpana melihat gadis itu. Sesaat kemudian gadis itu melihat Digo dan memberikan senyuman yang sangat manis kepadanya, Digo langsung tersentak hatinya, wajahnya mendadak memerah dan tampaknya hati Digo sedang berbunga-bunga. "Digo, please ambilkan tisu yang ada di depan!" pinta Rion secara tiba-tiba. "Tisu buat apa sih?" "Please, aku sedikit flu nih." "Iya, iya." Digo mengambilkan selembar tisu. "Kok cuma satu? Dua donk," ucap Rion. "Huh, Rion ini. Bilang dari tadi kalau mau minta dua." "Hehee ... Maaf. Makasih Digo, kamu memang selalu baik." Setelah itu, Digo mencoba melihat gadis manis tadi. "Loh, di mana gadis manis itu," batin Digo penasaran karena ternyata sudah pergi. Digo sangat penasaran dengan gadis manis itu dan bergegas keluar dari mobil untuk mencarinya, sementara Rion terheran mengapa Digo tiba-tiba keluar dari mobil dengan terburu-buru. To be Continued
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD