2. KANTOR KERJA

1435 Words
Keadaan Apartemen 3 sahabat cukup nyaman ditempati, karena dengan fasilitas yang cukup memadai. Mereka siap berangkat untuk bekerja pagi ini. *** Digo, Rion dan Zein berjalan menuju ke lantai bawah, sesaat kemudian melewati sebuah lift agar lebih cepat. Di dalam lift mereka mengobrol santai. "Gimana dengan kerjaan kalian, lancar?" tanya Digo. "Sebenarnya lancar, cuma ya seperti biasa. Masih pada berisik tanya tentang pacar, bikin pusing aja, huh," jawab Zein. "Di ruang kerjaku sedikit berkurang membicarakan masalah itu, tapi tetap aja saat ditanya tentang pacar males jawab. Selalu aku alihkan pembicaraan, hehe," kata Rion. "Hmm ... Ternyata gak cuma aku sendiri yang terganggu masalah pacar. Aku rasa kita memang harus segera mencari pacar, gimana menurut kalian?" tanya Digo. "Ide Bagus, biar gak pada berisik mereka." Sesaat kemudian pintu lift terbuka, mereka bertiga segera keluar. Di tempat parkiran, sebuah mobil warna silver terparkir di sebelah pojok kiri. Digo dan teman-teman memasuki mobil tersebut, mobil yang selalu dipakai mereka bertiga untuk berangkat kerja bersama-sama. Zein menghidupkan mobil itu, sudah biasa dia menjadi sopir bagi kedua temannya, sebenarnya itu sedikit membuat Zein merasa tidak adil, akan tetapi jika yang menyetir Rion akan menjadi masalah, karena dia suka sembarangan dalam menjalankan mobil. Dahulu pernah menyerempet seorang pengendara motor hingga luka parah, untung saja tidak ada korban waktu itu. Sedangkan Digo selalu menolak jika disuruh untuk menyetir, dia sedikit manja, daripada telat berangkat kerja gara-gara Digo yang selalu berpura-pura tidak dengar saat disuruh menyetir, lebih baik Zein saja yang menyetir agar kerjaan lancar. Di perjalanan, suasana jalanan cukup ramai karena di daerah kota. Banyak para penduduk yang sudah beraktifitas rutin seperti biasa, namun untuk berkendara masih tergolong nyaman dan lancar. Digo duduk di belakang sambil memainkan ponselnya, mungkin sedang membuka-buka akun media sosial. Sedangkan Rion di depan, terlihat memandang sebelah kiri jalanan berharap melihat gadis cantik untuk cuci mata di pagi hari. Mobil tiba-tiba berhenti mendadak mengagetkan Digo dan Rion. "Zein, pelan-pelan bisa gak?" kesal Digo. "Tau nih anak. Gak tau apa, aku lagi cari gadis di pinggir jalan," tambah Rion. "Hehe ... Sorry. Itu lampu merah sedang menyala dan mobil depan kita juga ngerem mendadak. Lagian kalian tengang terus dari tadi, santai aja kali, kita pasti dapat pacar gak lama lagi." "Pinter juga kamu menjawab biar kita gak marah, dasar Zein. Siapa juga yang lagi tegang mikirin pacar, orang aku lagi baca novel romantis," kata Digo sambil senyum-senyum. Mendengar itu, Rion dan Zein kaget karena tidak menyangka diam-diam ternyata Digo suka baca novel romantis, mereka mengira pasti cerita yang mesum-mesum. Namun Digo tidak mau mengaku dan hanya tertawa, dia juga mengatakan bahwa belum lama ini mulai membaca novel-novel romantis itu. Saat menunggu lampu hijau menyala, ada seorang wanita penjual makanan ringan datang ke sebelah kiri mobil mereka. Seorang wanita paruh baya sedang menggendong anak kecil. Digo merasa iba, lalu membeli 2 bungkus makanan dengan memberikan dua lembar uang warna biru. Digo mengatakan bahwa uang kembalian untuk anak yang sedang digendongnya itu. Wanita tersebut merasa sangat senang dan berterima kasih pada Digo atas kebaikannya, wanita itu mengatakan bahwa dia tidak bisa membalas kebaikan Digo dan hanya bisa mendo'akan agar Digo diberi kelancaran dalam segala urusan. "Bu, do'akan saya juga ya, agar segera mendapatkan pacar yang cantik, hehe," pinta Digo dengan tersenyum, sedangkan kedua temannya hanya bengong mendengar perkataan Digo. "Oh, jadi orang seganteng kamu belum punya pacar. Baiklah akan aku do'akan sesuai harapanmu," jawab wanita itu dengan tersenyum, kemudian bergegas pergi. "Hey, Digo. Pinter juga caramu menyuruh wanita paruh baya itu untuk mendo'akan sesuai keinginanmu," kata Zein sambil menjalankan mobilnya karena lampu sudah menyala hijau. "Boleh juga kau, Digo," tambah Rion. "Iya donk, siapa dulu, Digo Nicholas. Cowok paling tampan di Apartemen," ucap Digo sambil menggerakkan kerah kemejanya dengan gaya cool. Melihat itu Rion ingin sekali menjewer telinganya agar tidak sok bergaya, namun Digo mengelak. Rion juga mengatakan bahwa cowok tampan tapi kok jomblo. Digo pun membalasnya kalau mereka sama saja, hal itu membuat semua jadi tertawa terbahak-bahak. Kedua bungkus makanan tersebut dimakan bersama di dalam mobil sambil perjalanan ke kantor. Kurang lebih 5 menit, mereka bertiga sampai di kantor. Gedung kantor terlihat sangat megah karena bertaraf internasional, gedung itu berlantai tingkat 10. Setelah memarkirkan mobilnya, mereka bertiga bergegas menuju ruang kantor, melewati koridor di depan ruangan demi ruangan. Keadaan kantor sangat bersih dan nyaman, terdapat juga beberapa pot bunga di setiap pinggir koridor. Mereka disapa dengan senyuman oleh para karyawan lain saat menuju ruang kerja, namun karyawan-karyawan lain tersebut adalah karyawan yang tidak begitu mengenal mereka bertiga. Selanjutnya melewati sebuah lift, ruangan tempat mereka bekerja ada di lantai 3. "Siap-siap kuatkan telinga kalian untuk mendengar ocehan tentang jomblo, haha," kata Rion. "Biarin saja mereka, aku gak peduli," jawab Digo. "Dipikir santai saja kawan!" tambah Zein. Beberapa detik kemudian mereka keluar dari lift, di lantai 3 ada beberapa karyawan di luar ruangan yang sedang mempersiapkan diri untuk bekerja hari ini. "Selamat pagi Pak!" ucap para karyawan itu. "Pagi semua!" Selanjutnya Rion dan Zein memisahkan diri menuju ruang kerja masing-masing. Digo pun memasuki ruang kerja yang tidak jauh dari pintu lift. Dia disambut oleh seorang wanita. "Pagi Pak. Gimana, sudah menemukan gadis idaman belum?" tanya seorang wanita yang tampaknya akrab dengan Digo. "Belum," jawab Digo singkat sambil menuju ruang kerja pribadi yang tampak tertutup. Wanita tersebut memberi semangat agar tidak menyerah dalam mencarinya, wanita tersebut bernama Devi, asisten kinerjanya namun sudah menikah 2 tahun silam dan belum diberi keturunan. Digo hanya tersenyum mendengar itu, lalu bergegas memasuki ruang kerja pribadinya. Dia segera menyalakan AC ruangan agar suasana menjadi sejuk, dingin dan bisa fokus bekerja tanpa memikirkan hal lain, apalagi tentang pacar. Di sisi Rion yang baru saja memasuki ruang kerjanya, di sana tampak banyak komputer berjejer rapi di ruangan itu. Rion disambut oleh rekan-rekan kerjanya, "Hallo Rion, masih sendiri aja. Mana nih pasangannya?" tanya salah satu temannya. "Pasanganku sedang ada di apartemen. Aku suruh istirahat." "Hah, serius?" kaget teman-temannya. "Enggak. Aku cuma bohong, hahaha...," jawab Rion tertawa senang. Kemudian duduk di kursi kerjanya, di depan layar komputer. "Sialan Rion!" "Huh, aku kira beneran sudah punya pacar," kesal teman kerja di sampingnya yang bernama Vera sambil mencubit lengan Rion hingga sedikit merintih sakit, Rion masih tersenyum senang. Dia wanita yang cukup akrab dengan Rion dan sering bercanda ria dengannya di ruang kerja. Namun dia sudah punya suami dan satu anak perempuan. Di tempat Zein, sudah duduk santai di kursi kerjanya sambil mengecek berkas-berkas kerja. "Tegang begitu ada apa kawan? Apa karena susah cari gadis, hehe," tanya temannya yang sama-sama Supervisor. "Berisik kau, Dian!" kesal Zein, namun temannya yang bernama Dian itu malah tertawa karena hanya bercanda, Dian baru 3 bulan yang lalu menikah. Beberapa menit berlalu, semua karyawan yang berada di divisi ini berkumpul di suatu ruangan khusus, karena akan diadakan meeting untuk kelancaran tugas-tugas dalam bekerja. Semuanya sudah berkumpul dan meeting akan segera dimulai. Sesaat kemudian seorang CEO yang masih tampak muda datang untuk menyampaikan beberapa hal. Acara meeting pun dimulai dan diawali oleh pembawa acara, hingga saatnya seorang CEO yang bernama Pak Roland tadi menyampaikan sesuatu, "Kinerja Perusahaan kita bulan ini sangat fantastis. Klien kita di seluruh dunia semakin meningkat dan berkembang, ini sangat membanggakan. Mari kita beri tepuk tangan atas semua pencapaian ini!" Semua karyawan di situ bertepuk tangan dan bersorak gembira akan hal itu. "Aku ucapkan terima kasih kepada Digo Nicholas karena telah mengelola keuangan dengan sangat baik, terima kasih juga kepada Rion Syaputra yang telah membuat konten-konten menarik Perusahaan kita, sehingga menarik perhatian para customer dan terima kasih kepada Zein Fahreza yang tak pernah lelah mengerahkan seluruh aggotanya agar Perusahaan kita terus lancar dan berkembang. Beri tepuk tangan kepada mereka bertiga!" Semuanya memberi tepuk tangan, sedangkan mereka bertiga tersenyum bahagia. "Dengan pencapaian ini, bulan depan kita akan liburan untuk merayakan kesuksesan kita," kata Pak Roland membuat semua karyawan bahagia mendengarnya. "Namun ini hanya khusus bagi yang sudah berpasangan atau memiliki pacar." "Apa?" Perkataan Pak Roland membuat Digo, Rion dan Zein terkejut hingga membuatnya frustasi dan kecewa. Akan tetapi Pak Roland malah tertawa senang melihat reaksi mereka bertiga, karena sebenarnya dia hanya bercanda. "Ehemm ... Jangan dianggap serius Digo, Rion, Zein. Saya hanya bercanda, tentunya ini untuk perayaan kita semua tanpa terkecuali." Kelanjutan perkataan Pak Roland membuat mereka bernapas lega. "Pak Roland ini, membuat saya pusing kepala," kata Rion, mendengar itu Pak Roland hanya tersenyum. Acara meeting kali ini berjalan dengan lancar dan sedikit ada canda ria hingga acara memasuki akhir. Banyak karyawan menyarankan untuk liburan ke Singapura, karena di sana banyak wisata yang menakjubkan. Selain itu merupakan Negara maju yang perlu menjadi contoh bagi Negara-negara lain. Semua setuju untuk berlibur ke Singapura bulan depan. Acara meeting akhirnya selesai, semua karyawan kembali ke ruang kerja masing-masing. To be Continued
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD