"Apa kabar, Ma?" tanya Defnie ramah, membuka percakapan dengan mantan mertuanya. Keluar dari Penthouse Xander, Laura mengajak mantan menantunya ke sebuah Caffe terdekat utuk bicara secara empat mata. "Ch, kau masih saja berpura-pura, Def. Tunjukkan saja sifat aslimu. Dasar, penari bar penyasar kaum konglomerat!" "Astaga, Ma. Aku tidak sejauh yang kau pikirkan. Aku benar-benar mencintai Evan tanpa memandang status yang melekat padanya." "Hentikan memanggilku dengan sebutan Mama! Aku tidak sudi mendengarnya." Sentakan Laira seketika membuat Defnie bergeming pasrah. "Kau rupanya belum puas, huh?!" sinis Laura seusai menyeruput secangkir teh dengan gelagat elegan serupa bangsawan. "Apa maksud, Nyonya?" Defnie sontak kebingungan. "Kau picik, Defnie. Aku tau setelah Evan kau sekarang m

