Hal yang paling menyebalkan adalah menunggu. Tapi jika orang yang ditunggu adalah Aric, hal menyebalkan tersebut mendadak menjadi hal yang menakutkan. Menunggu Aric yang sepertinya sedang murka sama halnya sedang menunggu eksekusi mati. Perasaanku benar-benar tidak enak. Kutolehkan kepalaku ke arah pintu klinik. Kini beberapa orang yang tadi menggendong Pinka berjalan keluar dari klinik. Seketika aku bangkit dari posisi dudukku dan menghampiri mereka. “Pinka gimana?” tanyaku pada cowok jangkung yang tadi menghampiriku ketika Pinka pingsan. “Masih pingsan di dalam,” jawabnya yang membuatku mengangguk. Cowok tersebut kemudian pamit dan berjalan meninggalkanku menuju arah gedung perpustakaan. Sekarang aku sendirian. Menghadapi Aric seorang diri di saat dia sedang mara