Menentukan Pilihan Sendiri

1054 Words
"Ryco, Daddy ingin memastikan apakah kamu mau menikah dengan Bella? Maaf Mommy hanya menyampaikan apa yang Daddy bilang, Mom tidak bermaksud membuatmu merasa tidak nyaman karena mendengar pertanyaan ini." Lauren kemudian mulai bertanya akan hal penting yang keputusannya diserahkan pada Ryco sepenuhnya. Ryco terkesiap mendengar pertanyaan itu, entah ia harus memberikan jawaban apa. Namun, satu yang pasti ia tidak akan pernah siap menikah dengan Bella sekalipun mereka baru saja melakukan hubungan di luar batas. Hubungan yang seharusnya tidak terjadi karena ketidakhadiran cinta di hatinya. "Sepertinya aku tidak akan pernah siap, Mom. Aku tidak mencintai Bella." Ryco menjawabnya dengan bibir yang bergetar. "Tidak apa-apa, Nak. Mommy tidak akan memaksamu untuk mencintai Bella dan Daddy juga tidak akan memaksamu lagi untuk menikahinya asalkan kamu memiliki jodoh pilihanmu sendiri yang sederajat dengan keluarga kita. Sekarang Mom dan Daddy akan menerima apa pun yang kamu putuskan asalkan itu yang terbaik untukmu dan untuk kita berdua." Kedua mata Ryco menatap dalam wajah Lauren, ia seakan tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. "Apa, Mom? Apa Mommy serius dengan perkataanmu barusan?" tanya Ryco sembari menggenggam erat kedua tangan sang ibu dengan kedua mata yang tampak berbinar bahagia. "Ya, Mommy sangat serius, sayang. Tapi yang menjadi pertanyaannya sekarang apakah kamu sudah memiliki calon istri untuk dikenalkan pada Daddy dan Mommy?" Ryco menggelengkan kepala dengan wajah datarnya. "Belum, Mom." "Lalu bagaimana? Apa yang harus Mommy sampaikan pada Daddy mengenai hal ini? Kalau Daddy tahu, dia pasti akan tetap memaksamu untuk menikah dengan Bella, karena hanya Bella satu-satunya wanita yang sudah sejak lama dijodohkan denganmu." "Berikan aku waktu sampai aku benar-benar menemukan seorang wanita yang Tuhan kirimkan untuk berjodoh denganku. Aku butuh waktu untuk hal itu, Mom." Ryco memohon dengan sangat, ia memutuskan akan segera kembali ke tempat yang membuatnya merasa nyaman, yaitu kota Tennessee. "Mommy bisa saja memberimu waktu, tapi bagaimana dengan Daddy? Dia pasti akan mendesakmu." "Aku yakin Mommy pasti bisa membuat Daddy untuk mau bersabar. Beri aku kesempatan untuk menemukan yang benar-benar tulus mencintaiku apa adanya, bukan karena aku ini anak yang lahir di keluarga Bernard. Selama ini kita semua tahu ada banyak para wanita di luar sana yang berebut untuk menjadi istriku, dan itu semua alasannya adalah karena aku anak dari keluarga kaya raya di New York. Siapa yang tidak kenal dengan Jeff Bernard, pengusaha kaya yang memiliki bisnis berlimpah di negara ini. Mommy pasti mengerti akan hal satu itu 'kan?" Ryco coba meminta pengertian dari Lauren dan menjelaskan apa yang selama ini terjadi. Lauren mengangguk tanda ia paham dengan apa yang putranya jelaskan. "Baiklah, Mom mengerti akan maksudmu. Kalau begitu cepatlah mulai cari-cari jodohmu, Nak. Jangan meminta Daddy untuk terlalu lama menunggu, dan sebenarnya Mommy juga sudah tidak sabar ingin segera memiliki menantu." "Sabar ya, Mom. Aku janji, suatu hari nanti aku pasti akan mengenalkan calon istriku pada kalian berdua." Dengan penuh kelembutan Ryco mengusap bahu sang ibu. "Tentu Mommy akan sabar sampai nanti waktunya tiba. Jadi kamu sudah memutuskan untuk kembali tinggal bersama kami 'kan, Ry?" tanya Lauren yang sangat berharap jika putranya akan benar-benar kembali tinggal di rumah ini untuk selamanya. "Mom, untuk hal yang satu itu aku belum memutuskan apa-apa," jawab Ryco walau sedikit ragu. "Ah, ternyata Mommy masih sangat berharap kamu akan menetap di sini setelah tahu Daddy mulai menunjukkan sedikit perubahannya." "Aku harus meyakinkan dulu kalau Daddy sungguh-sungguh berubah. Jadi sepertinya aku harus kembali ke tempat tinggalku yang kecil untuk menjalani kehidupan yang bebas sambil menemukan jodoh di sana. Restui aku ya, Mom. Please…" Kini Ryco menggenggam erat kedua tangan ibunya dengan tatapan yang menyiratkan permohonan. "Jadi ternyata kamu masih tetap akan meninggalkan Mommy? Tapi jika bicara soal jodoh, mana mungkin Mom melarangmu. Pergilah, Nak. Mommy merestui setiap langkah kakimu. Mommy hanya ingin berpesan satu hal padamu, jangan pernah lupa jalan pulang karena pintu rumah ini selalu terbuka untuk menantikan kepulanganmu." Walau berat hati Lauren berusaha tabah untuk melepaskan kepergian sang putra demi menjalani hidup yang ia pilih. "Terima kasih banyak, Mom. Makasih karena selalu mendukung apa pun yang aku putuskan sejauh ini. Aku tidak akan mengecewakanmu, Mom. Tidak akan. Aku pasti segera pulang dan akan mengenalkan calon istri pilihanku sendiri pada kalian. Tunggu aku, Mom." Ryco yang sudah bertekad untuk tetap pergi meninggalkan rumah walau matahari telah terbenam, ia pun mulai meraih koper yang belum dibongkar sejak kedatangannya. Pria itu sangat yakin untuk pergi kembali ke Tennesse walau belum sempat menginap di rumah tersebut karena Ryco pun tengah berusaha melupakan kejadian tadi bersama Bella. "Ya, aku harus pergi malam ini juga. Aku harus pergi meninggalkan kamar ini, menghapus ingatan yang pernah terjadi di sini beberapa jam yang lalu. Aku harap ingatan itu segera hilang dari kepalaku!" tekad Ryco dan membatin dalam hati. "Ryco, hati-hati ya. Jaga dirimu baik-baik selama jauh dari Mommy. Walau kamu masih tidak mau berkomunikasi dengan orang yang tinggal di rumah ini karena berusaha menyembunyikan tempat tinggalmu, tidak apa-apa, asalkan kamu sempatkan pulang untuk mengobati rindu wanita tua ini yang setiap saat selalu merindukan anaknya." Pesan yang Lauren sampaikan menyadarkan Ryco dari pergulatan pikirannya sendirian. Ryco yang tak mampu menjawab apa-apa karena hatinya seakan teriris perih mendengar ucapan sang ibu, ia pun langsung mendekap erat tubuh. Ia berusaha menyampaikan ribuan maaf pada wanita yang telah melahirkannya ke dunia 28 tahun silam melalui pelukan hangat yang saat ini tercipta. "Maafin aku, Mom. Maaf aku selalu membuat batinmu terluka. Aku merasa seperti anak yang tidak berguna karena hanya memberimu air mata. Aku tidak mampu menghapus air matamu saat ini dan menggantikannya dengan kebahagiaan. Sekarang aku yang pengecut ini malah akan tetap pergi meninggalkanmu walau aku tahu kamu merasa rapuh dengan apa yang terjadi." Hati Ryco seakan basah saat merasakan pergolakan batin yang tak terhindar sebelum pergi dan harus berpamitan dengan sang ibu. Kali ini kepergiannya terasa berat, tidak sama halnya dengan yang pertama ketika Ryco berhasil pergi diam-diam tanpa sepengetahuan siapapun, kecuali Bill. Kini ia harus menyaksikan air mata Lauren yang jatuh berlinang sebelum melangkah pergi. Walau berat, Ryco berusaha tetap pergi dan tak berani menoleh ke belakang setelah pelukan keduanya saling terurai. Ryco bertekad akan segera memperbaiki suasana hati dan pikirannya kembali sampai benar-benar tenang, bahkan sampai ia tidak ingat siapa Bella. Setelah saat itu tiba, maka ia akan menata masa depannya dan mulai fokus mencari pendamping untuk mewujudkan keinginan sang ibu yang sangat ingin melihat Ryco bersama wanita pilihannya berdiri di atas altar dan saling mengikrarkan janji pernikahan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD