Karyawan Cantik

1154 Words
Kota Tennessee beberapa hari kemudian. Ryco tampak sibuk beraktifitas seperti biasanya, berkutat dengan paket-paket yang harus dikirimkan ke tiap alamat pelanggan. Pria itu sangat menikmati perannya, menjalani pekerjaan dari pagi hingga sore hari tanpa kenal lelah. Walau gaji yang didapatnya tidak besar, dan sangat jauh dari pendapatan yang ia dapat selama tinggal di New York, akan tetapi pria itu tak pernah mengeluh dan selalu bersyukur. Ryco yang masih semangat mengantar paket walau hari sudah sore, kini ia tiba di sebuah toko bunga yang merupakan alamat terakhir yang harus pria tersebut datangi hari ini. "Akhirnya sampai juga," ucap pria itu seraya menyeka keringat yang tak terasa membasahi dahinya. Kemudian Ryco turun dari motor dan membawa sebuah paket masuk ke dalam toko untuk diantarkan pada sang penerima. Toko ini hampir sering ia datangi karena pemiliknya sering memesan paket dan memilih jasa pengiriman tempatnya bekerja, hingga Ryco cukup kenal dengan pemilik toko tersebut. "Permisi. Paket!" Seorang wanita cantik pun langsung menoleh ke belakang saat mendengar suara tersebut yang cukup mengejutkannya. Beberapa saat kemudian wanita itu mengerutkan alis karena wajah pria pengirim paket itu seakan tidak asing untuknya. "Halo, Nona. Apa kamu karyawan baru di sini? Sepertinya aku baru pertama kali melihatmu. Eh maaf, seharusnya bukan itu yang aku tanyakan. Apa Alexa ada di toko?" tanya Ryco yang tadinya hendak berbasa-basi pada karyawan baru itu, namun mengurungkan niatnya saat melihat ekspresi wanita itu ketika menatapnya balik. "Memangnya kenapa kalau aku karyawan baru di sini? Kalau kamu mau kirim paket buat Alexa, titip saja sama aku, nanti aku yang kasih ke dia!" jawab wanita itu yang terdengar ketus dan tidak ramah. "Oh, baiklah, Nona. Aku titip paket ini untuk Alexa ya." Ryco pun memberikan paket tersebut pada karyawan Alexa, namun tanpa di sengaja tangannya tersangkut hingga bersentuhan dengan tangan wanita itu. "Eh maaf, Nona. Aku benar-benar tidak sengaja." Setelah tangan yang sempat bersentuhan saling terutai, Ryco langsung meminta maaf dengan rasa bersalah. "Tidak apa-apa. Aku tahu kamu pasti tidak sengaja." "Ah, ternyata kamu tidak sedingin yang aku kira. Oh ya, boleh tahu siapa namamu?" tanya Ryco yang berusaha memanfaatkan kesempatan yang ada. Dan tanpa disangka wanita itu ternyata mau diajak berkenalan dengan Ryco. Ia pun mulai mengangkat tangan. "Namaku Madeline Zeema. Kamu boleh memanggilku Zee. Oh ya, siapa namamu?" tanya wanita yang memiliki nama panggilan Zeema. "Nama yang cantik sama seperti orangnya." Dan kata yang baru saja terlontar adalah pujian pertama dari mulut Ryco. Sebelumnya ia tak pernah memuji wanita lain, selain ibunya. Entah bagaimana caranya Ryco kini bisa memuji wanita yang baru dikenalnya. Membuat Zeema tersipu malu, karena walau ia sering menerima pujian itu dari banyak lelaki, akan tetapi pujian yang terlontar dari mulut Ryco terasa berbeda. "Kamu sangat berlebihan saat memuji orang lain." "Tapi aku jujur, ini mungkin pertama kali aku memuji seorang wanita, selain ibuku." "Really?" "Ya, karena selama ini yang aku tahu hanya ibuku satu-satunya wanita cantik yang ada di dunia ini." Zeema tersenyum kagum mendengar jawaban Ryco, yang ada dipikirannya pria itu sangat mencintai ibunya, dan tentunya seseorang itu pasti akan sangat menghormati wanita yang merupakan pasangannya. "Ibumu pasti bangga memiliki putra sepertimu yang selalu memujinya. Oh ya, aku belum tahu siapa namamu." "Namaku Ryan." "Ryan?" "Ryan Ellison." Ryco memperkenalkan nama panjangnya sesuai dengan identitas palsu yang Bill buat untuknya. Mulai detik ini ia akan mengenal dirinya sebagai Ryan, dan bukan lagi sebagai Ryco. "Ah, namamu cukup asing, tapi wajahmu tidak asing untukku. Sepertinya dulu kita pernah bertemu." "Benarkah, di mana?" "Justru itu, aku lupa dulu pernah bertemu di mana denganmu. Atau mungkin dulu kita pernah berpapasan." "Mungkin bisa jadi, karena aku dari hari Senin sampai Jumat selalu berkeliaran di jalanan, mampir dari rumah ke rumah, toko ke toko, dan kantor ke kantor. Jadi pastinya aku ada di mana-mana hampir setiap hari, dan mungkin kita pernah tidak sengaja bertemu di salah satu tempat yang aku sebutkan tadi." Zeema menganggukan kepala dan berusaha untuk tidak mementingkan dulu ia pernah bertemu di mana dengan Ryan, hingga wajahnya terasa familiar. "Ya, kamu benar, Ryan. Baiklah, kalau begitu aku harus melanjutkan pekerjaanku sebelum toko tutup. Paket untuk Alexa akan aku simpan di ruang kerjanya. Terima kasih ya, Ryan." Zeema yang harus segera menyelesaikan pekerjaannya pun memilih untuk menyudahi percakapannya dengan Ryan. "Jadi pertemuan kita sudah cukup sampai di sini?" tanya Ryan yang seakan masih betah berada di sana. "Bukan begitu, tapi mungkin kita bisa bertemu lain waktu saat kamu mengantar paket lagi untuk Alexa. Kebetulan bosku yang satu itu sangat suka sekali belanja online." "Baiklah. Aku berharap besok ada paket lagi yang harus kuantar untuk Alexa agar bisa kembali bertemu denganmu di sini. Ini adalah pertama kali aku bertemu dengan seseorang sepertimu di kota Tennessee. Aku merasa nyambung saat berbicara denganmu, Zee. Sepertinya kita bisa menjadi teman baik." Ryan seakan menemukan kenyamanan saat bersama Zeema walau hanya sesaat, namun kini ia merasa terjebak dan ingin mengenal wanita itu lebih dekat lagi. Zeema yang hidupnya merasa sepi karena tidak mudah menemukan seseorang yang nyambung saat diajak bicara pun merasakan hal yang sama dengan Ryan, ia menemukan kenyamanan saat berhadapan dengan pria itu. Tentunya Zeema tidak menolak untuk menjalin pertemanan dengan Ryan di kota ini, kota yang belum lama ini ia tinggali. "Ya, tentu saja kita bisa menjadi teman. Aku merasa sefrekuensi denganmu dan mungkin nantinya obrolan kita akan terus terasa nyambung seperti ini. Tapi sayang sekali, kita harus berpisah sekarang karena toko akan segera tutup. Lain waktu kita bertemu lagi ya, Ryan." Zeema tak memiliki pilihan lain selain harus melanjutkan pekerjaannya, ia tidak ingin membuat Alexa kecewa dan malah akan memecatnya jika sang pemilik toko itu tahu apa yang dilakukannya saat ini. Zeema merasa sulit untuk mencari pekerjaan di kota ini, jadi mau tidak mau ia harus bertahan bekerja di toko bunga yang mau menerimanya sebagai karyawan dan mematuhi segala peraturan kerja. Ya, wanita itu belum lama bekerja di sana, seperti yang Ryan katakan ia adalah karyawan baru di toko bunga yang selalu ramai pengunjung setiap harinya. "Ok, Zee. Aku tidak mau mengganggu waktu kerjamu. Aku akan memberimu waktu untuk bekerja sebaik mungkin di tempat kerjamu yang baru agar kamu nyaman bekerja di sini selama mungkin. Aku pamit ya. Akan aku usahakan bagaimana pun caranya untuk bertemu kamu di sini lagi. Bye!" Ryan yang tidak mau menjadi pengganggu pun bergegas pergi setelah mengatakan sesuatu yang membuat wajah Zeema tampak merona. "Ya ampun, kenapa bisa ada pria seperti dia di kota ini. Masa baru kenal, dia sudah akan mengusahakan untuk bertemu lagi denganku sih?" gumam Zeema di dalam hati sembari menggeleng-geleng melihat kepergian Ryan yang tampak bahagia setelah keluar dari toko bunga menuju motornya yang terparkir. "Tapi Ryan adalah pria yang asik dan baik. Buktinya dia bisa membuatku nyaman saat mengobrol dengannya, ditambah dia bisa buat aku senyum-senyum melihat tingkahnya walau baru kenal. Tidak ada salahnya aku berteman dengan Ryan. Eh, tapi kenapa aku jadi bisa semudah ini ya dekat sama orang dan yakin untuk berteman dengannya?" batin Zeema yang kini mulai bertanya-tanya atas perbedaan yang ia rasakan dalam dirinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD