Bab 1. Awalnya

1013 Words
Suara dentuman musik yang begitu kuat tidak membuat Jarek berhenti minum, Dean hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah temannya. "Sepertinya lo mulai stres, deh. Apa mau gua cariin wanita yang bagus dan lo bisa muasin diri, lo?" tawar Dean seraya menatap Jarek. "Gua bisa cari sendiri!" ketus Jarek. "Oh, come on Jerk, hanya karena sekretaris lo ngerubah penampilannya, lo jadi lemah begini. Di mana si b******k yang selalu menghangatkan ranjang dengan wanita-wanita?" tanya Dean tidak percaya dengan temannya yang saat ini sedang mabuk hanya karena seorang sekertaris yang katanya wanita kampungan itu? "Sialan! Tutup mulut, lo!" kesalnya dan kembali menegak minumannya. Dean pun hanya diam dan memilih bersenang-senang dengan wanita yang ada di sampingnya. Tidak sampai berhubungan badan, hanya saja dia sedang ingin bermain. Malam semakin larut, tapi Jarek masih belum menghentikan minumnya. Dia butuh pelepasan, tapi tidak ada satu pun wanita yang membuatnya ingin ke ranjang. "Kenapa enggak lo pakek aja sekretaris lo itu, dari pada lo uring-uringan gak jelas!" saran Dean seraya menatap Jareka yang terlihat sudah sangat mabuk itu. "Berisik, si cewek kampung itu bukan type gua!" kesalnya dan kembali menegak minumannya. "Enggak usah bilang dia kampung, kalau ternyata dia bisa ngasih lo kepuasan!" ucap Dean seraya memutar malas bola matanya. "Diem, deh mulut, lo! Sebelum sepatu gua masuk ke mulut lo!" peringat Jarek menatap marah Dean. Dean pun akhirnya memilih diam, meladeni orang mabuk itu memusingkan. Apalagi Jarek bukan hanya mabuk, tetapi juga pria bodoh yang menolak kebenaran jika Jarek tertarik dengan sekertarisnya sendiri. Sekertarisnya memiliki kinerja yang bagus, penampilannya memang membuat lelaki akan tertarik untuk menyentuhnya. Namun, Jarek itu sangat anti berhubungan dengan wanita yang memiliki kinerja yang bagus seperti sekertarisnya. Apalagi, sekertarisnya ini adalah sekertaris yang paling lama yang ia miliki. Kebanyakan sekertaris sebelumnya, hanya bisa berpenampilan menggoda tapi pekerjaannya lamban sekali menurut Jarek. Namun, siapa sangka, perubahan sekertaris Jarek yang awalnya selalu berpenampilan sexy malah membuat Jarek uring-uringan. memang aneh temannya ini. Jarek yang sudah merasa bosan dan sudah merasa sangat mabuk memilih pergi dan meninggalkan beberapa lembar uang untuk membayar pesanannya. Jarek berjalan ke parkiran menghampiri mobilnya, dia masuk ke dalam mobil dan mulai melajukan mobilnya. Keadaannya yang setengah sadar membuatnya tidak fokus dengan jalanan. Untung saja jam segini jalanan sudah sepi. Jarek tidak langsung pulang, dia memilih untuk terus melajukan mobilnya tanpa tujuan. Dia tidak ingin memikirkan sekretarisnya saat di rumah. Perubahan penampilan sekretarisnya membuatnya menjadi uring-uringan sendiri. Dia terus bertanya-tanya apa yang membuat sekretarisnya itu berubah. Tanpa dia sadar dia kini memarkiran mobilnya di basement salah satu apartemen. "Siala*!" umpatnya ketika sadar dia berada di apartemen siapa. "Hari ini aku akan menuntaskannya!" tegasnya dan dia pun segera turun dari mobil. Ia berjalan masuk ke dalam lift yang ada di basement dan menekan tombol lantai menuju ke tempat dirinya ingin mendapatkan jawaban. Sesampainya di lantai yang dia tuju, dia segera melangkah ke luar dan berjalan ke arah pintu kamar appartement seseorang. Dia menggedor pintu kamar itu cukup kuat tanpa peduli saat ini jam berapa. Suara gedoran pintu membuat seorang wanita mengumpat kesal karena mengganggu tidurnya. Dia pun duduk ditempat tidurnya sambil meraba-raba nakas di samping tempat tidur untuk mengambil handphonennya. Dia menekan tombol power untuk melihat jam berapa sekarang. "Jam tiga? Gila!" umpat wanita itu yang kesal karena harus terbangun karena suara gedoran di pintu kamar appartementnya. Dia meletakkan handphonenya kembali ke atas nakas dan turun dari atas tempat tidur. Sambil memejamkan matanya dia berjalan karena dia masih benar-benar mengantuk. Dia baru saja memejamkan matanya sekitar jam satu dini hari karena harus menyelesaikan pekerjaan kantor. Pekerjaan kantor yang harus segera di selesaikan, padahal dokument itu masih di gunakan lusa. Tetapi besok pagi harus ia serahkan ke bos gilanya. "Iya, tunggu!" teriaknya kesal. Wanita itu pun membuka pintunya begitu saja tanpa mengecek siapa orang yang membuat kegaduhan di pagi hari ini. Tanpa tahu apa yang terjadi, tiba-tiba saja tubuhnya di dorong masuk tidak lama dari dia membuka pintunya. Seketika dia langsung membuka matanya lebar-lebar untuk melihat siapa orang yang mendorongnya masuk secara kasar. "Pak, Pak Jarek!" ucap wanita itu tergagap sekaligus terkejut. Bagaimana bisa bosnya itu sampai di depan pintu appartementanya. Jarek tersenyum, kemudian menghimpit wanita itu ke dinding. "Pak, ap ... " ucapan wanita itu terhenti karena Jarek segera membungkam bibir wanita itu. Wanita itu mencoba mendorong tubuh Jarek, tapi sayangnya tidak bisa. Jarek semakin menekan tengkuk wanita itu dan mendorong lidahnya agar bibir wanita itu terbuka. Wanita itu terus saja mencoba mendorong tubuh Jarek sambil terus menggerakkan kepalanya. Namun, Jarek yang seorang laki-laki tenaganya lebih kuat dari wanita itu tidak membuatnya kesusahan atas perlakuan wanita di hadapannya ini. Ia melepaskan ciumannya dan menatap wanita itu dengan pandangan yang wanita itu tidak tahu. "Vio, saya menginginkanmu," ucapnya dengan sorot mata yang sudah sayu. Vio, wanita itu adalah sekretarisnya yang sudah membuat dirinya uring-uringan sekitar seminggu ini. Belum sempat menjawab bibirnya sudah terbungkam lagi. Dia berusaha untuk melepaskan tapi, Jarek semakin mendorong lidahnya masuk ke dalam mulutnya. Ia akhirnya menyerah karena lelah memberontak. Jarek tersenyum senang dan dia pun mulai memasukkan lidahnya untuk mengabsen rongga mulut lawannya. Vio menitikkan air matanya, bukan ini yang dia inginkan. "Ya Allah tolong lah aku, sungguh bukan ini yang aku inginkan," ucap Vio dalam hati. Ia membuka matanya, dia langsung menggigit lidah Jarek membuat sang empunya langsung melepaskan pagutannya. "Apa yang kamu lakukan, hah! Kau ingin membuat lidah ku putus!" marahnya. "Dasar, jalan*!" lanjutnya dengan suara meninggi. Plak Satu tamparan mendarat di pipi Vio sampai dia memalingkan wajahnya. "Ikut, saya!" marah Jarek seraya menarik tangan Vio. "Lepaskan, lepaskan saya, Pak," lirihnya memohon sambil tangannya mencoba melepaskan diri dari cekalan Jarek. "Diam!" tegas Jarek dan terus menarik tangan Vio. Sampai di kamar, dia mendorong Vio ke atas tempat tidur. Ia segera melepaskan sepatunya dan Vio memanfaatkan keadaan dengan segera turun dari tempat tidur. Namun, Jarek langsung menariknya dan menjatuhkan tubuh Vio ke atas tempat tidur dengan kasar. Ia mengikat tangan Vio dengan dasinya ke besi sandaran tempat tidur. Vio ,masih terus berusaha melawan, tetapi sungguh kekuatannya tidak bisa mengalahkan cengkaram pria mabuk. Ia benar-benar hanya bisa terus berusaha, walau pada akhirnya ia harus merelakan apa yang ia jaga sampai detik ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD