"Pak saya mohon, jangan lakukan ini," mohon Vio tapi tidak membuat Jarek berhenti melakukan aksinya.
Vio hanya bisa menangis, darah segar keluar dari hidungnya tetapi, Jarek tidak mempedulikannya. Setelah selesai mengikat tangan Vio, dia melepas pakaian dan celana bahannya. Kemudian dia menarik baju Vio ke atas, melepaskan pengait bra dan menarik celananya hingga kini Vio hanya menggunakan cdnya saja. Vio menyilangkan kakinya setidaknya bisa sedikit menutupi bagian pusat tubuhnya.
"Pak Jarek, saya mohon, jangan lakukan," lirihnya dengan derai air mata yang sudah membanjiri wajahnya.
Seperti orang kesetanan, Jarek tidak peduli dengan tangisan dan lirihan Vio. Ia mulai menindih tubuh Vio kemudian mencium paha bagian dalam Vio. Tubuh Vio bergetar karena takut dan rasa aneh menjalar di sekujur tubuhnya.
"Pak, Pak," ucap Vio dengan suara bergetar.
Takut, itulah perasaan Vio sekarang. Sungguh, ia memakai pakaian ketat itu bukan bermaksud untuk bisa tidur dengan bosnya. Ia melakukannya hanya ingin membuat bosnya jatuh cinta padanya. Namun, bukankah sudah hampir sebulan ini ia sudah mengubah penampilannya? Bahkan ia saja sudah tidak memakai rok pendek lagi. Ia selalu menggunakan celana kulot panjang untuk bekerja.
Jarek tersenyum mendengar suara bergetar Vio. Ia kembali mencium paha Vio namun semakin naik ke atas mendekat ke arah titik pusat tubuh membuat tubuh sang empunya bergetar menahan gejolak yang tidak pernah dia rasakan. Jarek membuka kaki Vio yang menyilang agar terbuka.
"Pak, Pak, ja... jangan," ucapnya tersendat-sendat.
Vio merasakan gelenyar aneh yang belum pernah ia rasakan sama sekali. Geli, rasanya geli tapi entah kenapa ada sesuatu hal yang terasa berbeda. Di kepalanya terasa ribut, ribut karena rasa takut jika bosnya akan memperkosanya dan rasa aneh yang belum pernah ia rasakan membuat keributan di dalam otaknya itu.
Jarek menyentuh bagian pusat tubuh Vio dengan jarinya, dia pun mulai mengecup perut kemudian naik ke atas. "Pak, Pak, ah..." desah Vio.
Jarek semakin tersenyum mendengar desahan lawannya. Dia menghisap d**a Vio membuat sang empu membusungkan dadanya dan desahan kecil kembali terdengar. Mereka saling berpandangan, dengan senyumannya Jarek berkata, "Kamu suka?"
"To, tolong Pak, jangan lakukan ini," mohon Vio yang masih mencoba sadar bahwa seharusnya ini tidak terjadi.
Seharusnya ia tidak mengeluarkan desahan yang menjijikkan itu. Tapi bagaimana lagi, mulutnya itu dengan lancang mengeluarkan suara desahan. Perasaan takut itu masih ia rasakan, walau sentuhan Jarek malah membuat ia mendesah.
"Kenapa, hmm?" tanya Jarek sambil merapihkan helaian rambut Vio yang menutupi wajahnya tetapi, satu tangannya yang lain masih mengerjai milik Vio di bawah sana.
"Ka, ka, aahh...." desah Vio karena jari Jarek semakin membuatnya tidak bisa berpikir jernih.
Jarek kembali mencium, menghisapnya dan mencecap bibir Vio. Tangannya yang memainkan pusat tubuh Vio memegang miliknya dan mengarahkan ke titik pusat Vio.
"Kamu sempit sekali Vio," ucap Jarek saat miliknya mulai masuk ke titik pusat Vio.
Vio tidak menjawab, dia hanya mampu mencengkeram kuat dasi yang mengikat tangannya dan mendesis kesakitan. Ini hal pertama dalam hidupnya, kini harta satu-satunya sudah tidak dia miliki. Hancur rasanya karena mahkota wanitanya kini sudah tidak ada lagi. Hartanya yang selalu dia jaga selama duapuluh lima tahun ini harus di renggut secara paksa oleh bos gilanya.
Desahannya tidak membuat dirinya menghentikan air mata yang terus mengalir, bahkan bosnya pun tidak mempedulikan tangisan kepedihannya. Pagi ini adalah pagi yang terburuk, pagi yang mungkin akan membuat dirinya akan terus ketakutan. Vio hanya bisa menangis merutuki semua kebodohan yang ia lakukan sebelumnya. Menyesali segala tindakannya dahulu, walau di sisi lain ia berusaha menyalahkan bosnya, karena dirinya saja sudah mengubah penampilannya tetapi kenapa bosnya itu malah tertarik dengannya.
Jarek Anderson laki-laki kaya berumur 28 tahun. Anak bungsu dari tiga bersaudara. Penerus dari kekayaan keluarga Anderson pemilik dari perusahaan berlian dan emas terbesar di Asia. Keturunan Indonesia dan Kanada. Dia anak laki satu-satunya dari keluarga Anderson. Itu sebabnya semua kekayan keluarga Anderson jatuh ketangannya karena kakak-kakaknya sudah menikah dengan laki-laki kaya pilihan papanya. Sedangkan Vio haya gadis sederhana anak pertama dari tiga bersaudara. Bekerja untuk membantu keuangan orang tuanya dan juga untuk adik-adiknya.
Vio hanya mampu menangis saja, dia hanya bisa pasrah saat ini. Dia benar-benar sudah tidak ada harga dirinya. Jujur dia memang jatuh cinta pada bos gilanya ini. Siapa yang tidak jatuh cinta dengan laki-laki tampan dan kaya. Tapi perlahan Vio mulai mengubur rasa cintanya itu, karena dia pernah melihat bosnya b******u dengan seorang wanita di sebuah club malam dan pernah melihat bos gilanya b******u di dalam mobil saat dia pulang lembur kerja dan semua itu dengan wanita berbeda. Sejak saat itu, Vio mulai mundur.
Vio memang mencoba menggoda Bos gilanya dengan tubuhnya. Vio menggunakan kemeja ketat atau kemeja yang transparan. Sebenarnya dia malu, tapi siapa tahu jodoh, fikirnya. Memakai rok pendek dua senti di atas lutut dan menggunkan make up tebal.
Namun, semua berubah saat dia tahu bosnya berganti-ganti pasangan. Dia tidak mau terkontaminasi dengan penyakit kelam*n dan sepertinya pemikiran dia untuk mengubah agama Jarek pun hilang seketika.
Vio kembali kedirinya, dia mulai tampil menggunakan make up tipis, baju kemeja kebesaran dan jika bajunya transparan dia akan memakai blezer, rok dibawah lutut atau memakai celana panjang. Namun tenyata perubahan penampilan Vio membuatnya harus seperti ini. Pagi yang kelam ini terjadi karena rasa penasaran Jarek dengan tubuh Vio dan perubahan penampilan Vio. Vio benar-benar tidak menyangka dengan yang terjadi saat ini.
Vio sudah tidak tahu, harus melakukan apalagi untuk lepas dari bosnya ini. Ia mencoba mendorong tetapi tidak bisa. Aroma alkohol yang begitu kuat pun rasanya membuat kepalanya menjadi sakit dan mual. Vio benar-benar kehabisan tenaga untuk melepaskan diri. Hanya berdoa semoga ada keajaiban terjadi walau itu sangat-sangatlah mustahil. Bagaimana bisa ada keajaiban jika dirinya sendiri hanya tinggal seorang diri di appartement ini.
Tapi, siapa tahu keajaiban itu terjadi. Bosnya yang mabuk tiba-tiba pingsan sehingga ia terselamatkan walau bagian wajah dan lehernya sudah tidak terselamatkan sama sekali. Tidak apa bagian wajah dan leher terkontaminasi bibir bosnya, tapi jangan sampai ia harus kehilangan kepera***nya. Jika sampai ia harus kehilang kepera***nya, ia tidak tahu apakah ia sanggup menghadapi semuanya?
Memikirkan semua itu ketakutannya muncul, tetapi rasa takutnya itu harus ia abaikan karena reaksi bodoh tubuhnya yang malah mendesah dengan perlakuan bos gilanya ini. Sungguh, kenapa tubuhnya begitu tidak singkron dengan pikirannya saat ini. Belum lagi, rasa ketakutannya ini, kenapa tubuhnya benar-benar tidak bisa di ajak kerjasama untuk menolak?