"Apa Mas bilang? Saya hanya iklan?" Suara Khumairah bergetar, matanya menatap Jarek dengan penuh luka. "Ya," jawab Jarek datar, tanpa sedikit pun menoleh ke arahnya. "Kamu hanya iklan. Sesuatu yang numpang lewat, yang hanya merusak segalanya." Khumairah terhenyak. Rasa panas menjalari dadanya, membuat matanya berair. "Mas pikir saya ini apa? Saya bukan iklan yang sekali lewat lalu hilang begitu saja! Salah Mas sendiri jika wajah saya terus muncul di bayangan Mas." Suaranya meninggi, namun sarat dengan kepedihan. Jarek memejamkan mata sejenak, menahan kesal. Lalu ia kembali menatap Khumairah dengan sorot tajam. "Terserah kamu mau berkata apa. Tapi yang jelas, jangan pernah berharap saya akan berpoligami. Jangan pernah bermimpi saya akan menikahi kamu. Bahkan memikirkan hal itu pun tidak

