Melihat Vio seperti itu, Papa Jarek segera menghampiri. Dengan langkah tergesa, ia meraih tubuh Vio yang hampir ambruk, mendekap menantunya erat-erat seakan ingin menyalurkan sedikit kekuatan. "Tenang, Vio, kuatin diri kamu. Kuatin hati kamu," ucapnya lembut, meski suaranya sendiri bergetar menahan tangis. Vio mengguncang kepala, matanya memohon, penuh air yang terus mengalir tanpa henti. "Ini bohong kan, Pa? Katakan ini bohong. Enggak mungkin, Pa. Enggak mungkin Mas Jarek ninggalin aku sama Afsheen. Dia janji, Pa. Dia janji bakal jemput kami. Dia janji enggak akan ninggalin aku," isaknya pecah, kata-kata itu keluar patah-patah, setiap suku katanya menusuk hati siapa pun yang mendengarnya. Papa Jarek memejamkan mata sejenak, menahan getir di dadanya. Tangannya membelai lembut kepala Vio,

