155. Ungkapan Seorang Ayah

1220 Words

Pukul enam pagi, rombongan akhirnya tiba di rumah Jarek dan Vio. Udara pagi masih dingin, namun suasana hati mereka jauh lebih beku daripada udara yang menyelimuti. Begitu mobil berhenti, Vio langsung turun dengan terburu-buru sambil menggendong Afsheen erat dalam pelukannya. Ia berjalan cepat tanpa menoleh, seakan dunia di sekitarnya telah hampa. Pintu rumah terbuka, langkahnya tergesa menaiki tangga, lalu masuk ke kamar mereka yang masih menyimpan aroma Jarek. Dengan tangan bergetar, Vio menutup pintu rapat-rapat dan menguncinya. Ia menidurkan Afsheen di atas ranjang, membelai lembut wajah mungil putrinya yang pulas tidak menyadari badai duka yang menyapu keluarganya. Setelah itu, Vio masuk ke kamar mandi. Suara gemericik air terdengar samar, seolah berusaha menenggelamkan kesedihan yan

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD