"Maafkan Papa, Vio," suara Papa Jarek pecah lirih, matanya meredup saat menatap lantai. "Kalau selama ini ucapan dan tindakan Papa membuat hatimu terluka. Percayalah, itu bukan karena Papa membencimu. Papa hanya ingin Jarek bisa menjadi penerus, berdiri di tempat Papa berdiri, menggantikan langkah Papa. Tapi sekarang, semua itu hancur. Papa merasa kehilangan bukan hanya anak, tapi juga harapan yang sudah Papa pupuk sejak lama." Ia berhenti sejenak, lalu mengangkat kepalanya, menatap Vio yang masih diam dengan mata berkaca-kaca."Vio, sebagai bentuk penyesalan Papa, sebagai permintaan maaf yang mungkin tidak pernah cukup, Papa mohon satu hal. Tinggallah bersama Papa. Biarkan Papa yang merawatmu, biarkan Papa yang menjadi kakek sekaligus ayah untuk Afsheen. Papa janji, kalian tidak akan kek

