Setelah istirahat, lagi-lagi tidak ada guru yang datang. Semua murid disuruh mengerjakan tugas matematika. Sahnum mengerjakan tugasnya dengan tenang, sedangkan Kabiru sesekali melirik gadis di sampingnya.
Sahnum mengusap sikunya yang sangat sakit gara-gara terjatuh di tangga. Gara gara lepasan tangan Kabiru, membuat siku Sahnum harus nyosor di lantai.
Kabiru melirik buku, melihat apa yang dikerjakan Sahnum, tangan pria itu mengetuk meja wilayah Sahnum dengan pelan. Sahnum tidak menanggapi, gadis itu masih asik menghitung.
"Hitungan kamu salah, kamu lupa memasukkan bilangan N setelah tanda kurung," ujar Kabiru memberitahu.
Sahnum melihat apa yang dia kerjakan, setelah itu ia menghapus pekerjaannya dan menggantinya, juga menghitung ulang. Sahnun masih bungkam, sepatah kata pun tidak keluar dari bibirnya. Kabiru menggelengkan kepalanya melihat tingkah Sahnum.
"Yang nomor dua hitungan kamu juga salah, harusnya-"
"Aku bisa sendiri!" Sela Sahnum dengan cepat menghentikan ucapan Kabiru. Kabiru terdiam sesaat, laki-laki itu melirik Sahnum yang menutupi pekerjaannya dengan buku.
Kabiru bingung dengan tingkah Sahnum, tidak biasa gadis itu diam seperti ini. Mau bertanya, tapi dia juga enggan. Sedangkan dalam hati Sahnum, gadis itu merutuki Kabiru yang sama sekali tidak peka. Kabiru tidak minta maaf pada dirinya dan pria itu juga sama sekali tidak merasa bersalah.
"Sayang, orang cantik pertama kali di dunia, kenapa baju kamu kotor?" tanya Fiya sembari menarik rambut kucir kuda milik Sahnum.
Kabiru melirik seluruh baju Sahnum, pandangannya melihat ke arah siku sahnum yang kotor, seperti ada noda kecoklatan di seragam putih Sahnum, meski sedikit.
"Sayang, sini aku bersihin!" ucap Fiya yang kini berdiri sembari menjulurkan tangannya mengusap siku Sahnum.
"Awww ... Sakit ...." ringis Sahnum saat Fiya menekan-nekan sikunya yang terbalut seragam.
"Kamu pasti baru koprol-koprol, makanya tuh siku sakit," saut Erlan yang duduk di samping Fiya.
"Diam kamu! Awas saja nanti aku dijemput ayah, kamu gak boleh nebeng!" Ketus Sahnum.
Kabiru tetap bungkam, dia tidak mau terlibat dalam pembicaraan antara orang di sampingnya juga di belakangnya. Pria itu memilih kembali mengerjakan tugasnya.
"Dasar laki-laki gak peka, es batu, kulkasnya kelas sebelas C," umpat Sahnum dalam hati mengumpati Kabiru.
"Sayang! Ayo ke UKS, pasti kamu sedang kesakitan," ujar Fiya menarik tangan Sahnum.
"Tidak apa-apa, Fiya. Gak usah lebay deh, orang yang buat aku terluka aja gak merasa bersalah," ujar Sahnum.
Kabiru yang asik menulis, dengan spontan menghentikan tulisannya. Kabiru memelototkan matanya kaget dengan ucapan Sahnum. Kabiru yakin seratus persen kalau Sahnum tengah menyindirnya.
"Siapa orang yang sudah buat kamu terluka?" pekik Fiya bertanya.
"Hussst!" Semua murid kompak menyuruh Fiya diam. Fiya segera membungkam bibirnya dan kembali duduk di tempatnya.
Kabiru menatap lagi siku Sahnum, dia tidak melihat Sahnum yang merasakan kesakitan sedikit pun. Gadis itu tetap biasa saja. Hingga waktu bel berbunyi, semua pekerjaan matematika sudah selesai. Alfa sang ketua kelas menarik satu persatu tugas dari teman-temannya. Setelah tugas selesai, Alfa memimpin doa dan kelas pun dibubarkan.
Sahnum berlari keluar kelasnya bermaksud meninggalkan Erlan agar tidak ikut nebeng bersama mobil ayahnya. Sahnum akan memberikan pelajaran untuk Erlan yang sudah menganiaya dirinya. Kabiru yang melihat Sahnum berlari pun dengan cepat mengejar gadis itu.
Kabiru melewati lorong kelas sepuluh yang langsung mendapati Sahnum yang berdiri sembari ngos-ngosan. Nyatanya Sahnum tidak bisa berlari cepat, saat baru beberapa langkah saja sudah ngos-ngosan. Kabiru mendekati Sahnum, tangan kiri pria itu mencekal tangan kanan Sahnum.
"Ikut aku!" ucap kabiru menarik agak cepat tangan Sahnum. Sahnum yang kaget pun ingin menarik tangannya lagi, tapi cekalan tangan Kabiru sangat kuat.
"Kita mau ke mana?" tanya Sahnum bingung. Kabiru tidak menjawab, pria itu masih terus menarik tangan Sahnum tanpa bersuara sedikit pun.
"Kabiru, aku mau pulang. Nanti ayahku menunggu," ucap Sahnum masih memberontak.
"Diam atau aku gendong kamu?" tanya Kabiru menghentikkan langkahnya seraya menatap Sahnum, Sahnum pun menatap Kabiru.
"Memangnya kamu kuat menggendongku? Kata Erlan aku berat," ucap Sahnum. Kabiru mengepalkan tangan kanannya erat, dia sudah salah bicara dengan Sahnum karena Sahnum tidak ngerti dengan kalimatnya.
Kabiru menarik lagi tangan Sahnum hingga mereka sampai di UKS. Kabiru memaksa Sahnum untuk masuk dan duduk di salah satu kursi.
"Siapa yang sakit, Kak?" tanya salah seorang petugas UKS yang kelihatannya masih kelas sepuluh. UKS akan ditutup, tapi Kabiru malah masuk.
"Minta alkohol sama obat merah!" ucap Kabiru tanpa menjawab pertanyaan gadis petugas UKS. Gadis itu pun segera mengambilkan apa yang diminta Kabiru.
Kabiru melepas kancing seragam Sahnum yang ada di pergelangan tangan. Seragam di SMA Tulungagung baik berhijab atau tidak, tetap memakai seragam panjang. Kabiru menggulung lengan Sahnum ke atas. Sahnum meringis saat kabiru menyenggol sikunya yang sakit. Sahnum mencoba menahan rasa sakinya sejak tadi, tapi saat Kabiru memperhatikannya begini, sikunya malah tambah sakit karena dia ingat penyebab luka itu adalah Kabiru.
"Lukanya lebar begini, kenapa tadi tidak bilang?" tanya Kabiru menuangkan alkohol ke kapas dan membersih luka Sahnum. Sahnum meringis lagi saat lukanya terasa perih. Gadis itu diam tidak menjawab pertanyaan Kabiru.
"Tahan! Ini memang agak perih, tapi nanti lukanya bakal cepat kering," ucap Kabiru meniup-niup siku Sahnum saat dia menuangkan obat merah.
"Biarkan aku diobati sama mbak petugas UKS!" ujar Sahnum yang membuat Kabiru menatap tajam Sahnum.
Sahnum yang ditatap tajam pun akhirnyan bungkam, Kabiru kembali mengobati Sahnum. Setelah selesai dengan alkohol dan obat merah, Kabiru menutup luka Sahnum dengan kain kasa.
"Sudah selesai, ayo pulang!" ajak Kabiru setelah selesai mengobati Sahnum. Kabiru juga membantu Sahnum untuk menurunkan lengan seragamnya lagi.
"Pergelangan tangannya jangan dikancingin, nanti luka kamu ketekan jadi sakit!" kata Kabiru. Sahnum mengiyakan, gadis itu keluar terlebih dahulu dari UKS yang langsung diikuti Kabiru.
"Kabiru, kamu pulang naik apa?" tanya Sahnum menengokkan kepalanya ke belakang.
"Jalan kaki," jawab Kabiru.
"Mau nebeng sama aku? Ayahku pasti sudah jemput," tawar Sahnum.
"Aku bisa pulang sendiri!" jawab Kabiru dengan datar.
"Ini tanda terimakasihku untuk kamu yang udah obatin lukaku."
"Tidak perlu berbuat apapun. Aku terbiasa jalan kaki." Kabiru tetap kekeuh.
Belum sempat Sahnum membuka suara lagi, Caesar sudah berlari mendekatinya dan merangkul pundaknya.
"Sahnum, mau nebeng kamu boleh? Kan jalan kita searah," ujar Caesar menaikkan turunkan alisnya pada Sahnum. Caesar tidak sekali dua kali nebeng dengan Sahnum, dan itu pun selalu Sahnum diberondong banyak pertanyaan dengan fans Caesar. Kalau Caesar nebeng sudah pasti besoknya ada perang dunia antar cewek-cewek. Ganteng gak seberapa, ranking juga ranking tiga, tapi Caesar mempunyai banyak penggemar.
"Gak mau, kamu selalu bawa kesialan," jawab Sahnum berusaha melepas rangkulan tangan Caesar dari pundaknya.
"Ahhh gak mau tau, pokoknya aku nebeng!" Caesar berkata kekeuh sembari menyeret Sahnum untuk kembali berjalan.
Kabiru yang menatap dari belakang hanya bisa mengepalkan tangannya erat. Kabiru menatap Caesar yang merangkul pundak Sahnum dengan tatapan datarnya, tangannya masih mengepal seakan menyiratkan sesuatu.