7. MoonCake

1155 Words
Pagi ini tidak seperti pagi biasanya bagi Sahnum. Tidak ada hal yang menyenangkan tanpa cup cake di tangan Sahnum. Sahnum berjalan lemas menuju tempat duduknya, aura gadis itu sudah tidak enak, seperti menahan sedih dan kesal di saat bersamaan. kabiru yang telinganya disumpal headset, menatap Sahnum yang tampak lemas. Sahnum membanting tasnya di meja dan duduk di sampingnya tanpa suara.  "Em ... kemarin kamu pulang sama Caesar?" tanya Kabiru dengan pelan. Kabiru juga melirik-lirik Sahnum yang tampak pendiam dari biasanya.  "Em," jawab Sahnum seadanya. Sahnum masih kesal dengan Kabiru yang tidak mau diajak pulang bersama. Dan kekesalan Sahnum makin menjadi saat tadi pagi dia mau membuat cup cake, tapi malah bahannya habis. Sahnum lupa mengecek kemarin sore, alhasil hari ini tidak ada cup cake yang bisa membuat moodnya naik.  "Lain kali jangan ulangi!" ucap Kabiru yang membuat Sahnum terkesiap.  "Ulangi apa?" tanya Sahnum dengan bingung. Sahnum hanya melirik Kanbiru, gadis itu tidak berani menatap lebih jelas.  "Jangan biarkan cowok merangkul bahu kamu. Dilihat sangat tidak pantas!" jelas Kabiru membuka bukunya dengan cepat. Menghindari pertanyaan Sahnum  yang selanjutnya.  Erlan dan Fiya yang sejak tadi menguping pembicaraan Sahnum dan Kabiru pun langsung membulatkan mata mereka lebar-lebar. Erlan menginjak kaki Fiya. Fiya pun menatap Erlan dengan penuh arti,  "Sepertinya bau-bau drama roman picisan akan muncul," bisik Erlan yang langsung diangguki Fiya.  Beda dengan Fiya dan Erlan yang peka dan mengira Kabiru cemburu, Sahnum malah menilai Kabiru sangat tidak masuk akal. Baru duduk satu bangku saja sudah sok mengatur.  "Kamu kenapa daritadi cemberut?" tanya Kabiru menyenggol lengan Sahnum. "Tandanya aku gak semangat," jawab Sahnum.  Kabiru menghela napasnya, dalam hati dia mencoba maklum karena otak Sahnum memang terkenal sangat lemot.  "Maksud aku, kenapa kamu gak semangat?"  ulang Kabiru bertanya lagi.  "Hari ini aku gak buat cup cake, bahannya habis. Satu hari tanpa cup cake membuatku tidak semangat," ujar Sahnum merebahkan kepalanya di meja.  Lagi-lagi Kabiru hanya bisa menggelengkan kepalanya mendapati sikap Sahnum. Hanya karena cup cake saja dia tidak semangat belajar.  "Sebentar lagi guru akan masuk, siap-siap belajar yang bener. Kalau nilai kamu terus jelek, bisa-bisa kamu gak naik kelas," ucap Kabiru. Sahnum menganggukkan kepalanya.  Hari ini pelajaran ilmu pengetahuan sejarah. Sahnum selalu mengantuk saat guru menerangkan panjang lebar apalagi dengan nama-nama yang sangat sulit dihapal. Setelah bel pelajaran berbunyi, Sahnum segera mengambil buku tulis, buku paket dan peralatan tulis menulisnya. Sudah Sahnum duga kalau bu guru masuk kelas hanya untuk mendikte murid-muridnya. Dengan teramat malas, Sahnum membuka buku tulisnya dan mulai mencacat apa yang diucapkan guru. Sesekali Sahnum akan menguap tatkala rasa kantuk sudah menyerangnya. Tidak hanya menguap, bahkan Sahnum hampir saja meletakkan kepalanya saking beratnya.  Kepala Sahnum makin berat, gadis itu lambat laun merebahkan kepalanya di meja. Namun sebelum itu terjadi, Kabiru menyenggol lengan Sahnum dengan kencang membuat Sahnum langsung terkesiap. Sahnum buru-buru mengerjapkan matanya dan mulai mendengar ucapan guru lagi. Entah sampai mana, Sahnum tidak paham. Buku catatan Sahnum pun masih banyak yang kosong karena dia yang mengantuk tidak sanggup untuk mencatat.  Setelah dua jam pelajaran, akhirnya guru pun keluar. Sahnum merebahkan kepalanya dengan kasar di meja hingga menimbulkan suara. Kabiru menatap dengan diam wajah Sahnum yang menghadapnya. Wajah itu sangat manis dengan kulit yang sawo matang. Yang Kabiru lihat, Sahnum bahkan tidak memoleskan bedak berlebihan di wajahnya. Bibirnya pun tampak natural tidak seperti yang lainnya yang terlihat memakai lip tin. Wajah Sahnum terlihat lebih cantik saat sinar matahari masuk di sela-sela ventilasi lalu menyorot langsung wajah Sahnum. Kabiru mengambil bukunya dan meletakkan dengan tegak di depan wajah Sahnum. Kabiru menghalau cahaya mentari yang menyorot wajah Sahnum agar wajah itu tidak merasa panas.  "Dasar Sahnum, ke sekolah hanya untuk pindah tempat tidur," omel Erlan melempar penghapus yang tepat mendarat di pipi Sahnum. Karena kaget, Sahnum pun tergagap bangun. Sahnum mengambil penghapus yang ada di mejanya, saat mengambilnya matanya langsung memicing tatkala melihat di penghapus itu ada nama Erlan.  Dengan spontan Sahnum berdiri, tapi karena dia yang baru tidur dan aliran darahnya belum mengalir sempurna, Sahnum kehilangan keseimbangannya dan limbung ke samping. Tangan Kabiru dengan sigap menahan tubuh Sahnum. Untuk kedua kalinya, Sahnum berada di pangkuan Kabiru. Suara sorakan teman-teman mereka sangat riuh menyoraki Sahnum dan Kabiru.  "Eh ... maaf!" ucap Sahnum segera menegakkan tubuhnya.  "Kamu suka ya sama Kabiru? Udah dua kali  kamu modus deketin Kabiru sampai pangku-pangkuan!" ujar Erlan mengejek.  "Apaan sih. Kamu dasar usil, bisanya ganggu kesenangan saja!" maki Sahnum melempar kembali penghapus tepat mengenai kepala Erlan.  Sahnum mendudukkan dirinya dengan kasar di kursinya. Gadis itu menatap lurus ke depan. Sahnum sangat canggung saat Erlan menyebutkan bahwa dirinya suka Kabiru. Kabiru pun demikian, cowok itu juga sangat canggung dengan Sahnum. "Kabiru, boleh aku meminjam buku catatan kamu?" tanya Sahnum memecah keheningan.  "Apa kamu tidak mencatat?" tanya Kabiru balik.  "Guru berbicara sangat cepat, aku jadi ketinggalan," jawab Sahnum menundukkan kepalanya.  Kabiru menarik napasnya dalam-dalam, cowok itu menyerahkan buku catatannya pada Sahnum. Sahnum berbinar saat melihat itu, tanpa pikir panjang dia  menyambar buku Kabiru. "Aku meminjamkannya padamu dalam keadaan utuh, kamu harus mengembalikan utuh juga!" ujar Kabiru.  "Em ... pasti, aku tidak akan merusaknya," jawab Sahnum. Sahnum memasukkan buku catatan Kabiru ke tasnya agar kalau Kabiru berubah pikiran, Sahnum sudah menyembunyikan dengan aman.  Saat istirahat tiba, Sahnum, Erlan dan Fiya menuju kantin untuk membeli makanan ringan. Hari ini mereka pulang awal karena hari jumat, maka itu mereka tidak membeli makanan berat. Sahnum bergandengan tangan dengan Fiya, mata Sahnum melirik seluruh penjuru kantin untuk melihat adakah yang menjual cup cake, tapi ternyata tidak ada.  Di sisi lain, Kabiru tengah menuju keluar sekolah dengan memanjat pagar belakang. Karena saat murid sudah ada di dalam, maka tidak akan diperbolehkan keluar apapun alasannya. Kabiru berlari dengan secepat kilat menuju cafe kecil yang ada di samping sekolahan. Kabiru merogoh saku celananya, ada uang receh dua puluh ribu rupiah. Cukup untuk membeli satu cup cake dengan topping berbagai rasa. Setelah mendapat cup cakenya, Kabiru segera memasukkannya dalam tas. Kabiru memang membawa tas untuk menyimpan cup cake yang dia beli. Kabiru segera kembali ke sekolahnya dengan memanjat tembok belakang yang tidak ada penjaganya. Soal manjat memanjat Kabiru tidak akan kesusahan. Kabiru mendarat dengan sempurna di halaman belakang sekolah. Dengan secepat kilat cowok itu menuju ke kelasnya kembali. Saat sampai kelas, Fiya, Erlan dan Sahnum sudah ada di sana. Kabiru mendekati Sahnum yang tampak asik berbincang dengan Fiya.  "Eh Kabiru, kenapa kamu bawa tas?" tanya Sahnum yang kaget mendapati Kabiru.  "Baru dari perpus," jawab Kabiru.  "Ouhh ... mau?" Sahnum menyodorkan jajan ringan ke arah Kabiru. Kabiru menggelengkan kepalanya. Cowok itu melepas tasnya dan membuka resleting ingin mengambil cup cakenya dan memberinya pada Sahnum.  "Ehh Sahnum ... nih cup cake buat kamu. Jangan cemberut mulu!" ucap Caesar yang datang tiba-tiba dengan menyerobot. Caesar meletakkan cup cake di meja Sahnum.  "Waaah ... makasih!" pekik Sahnum dengan bahagia.  Kabiru menatap nelangsa ke arah Sahnum, cowok itu memasukkan cup cakenya kembali ke tasnya lebih dalam. Tanpa sepatah kata pun, Kabiru menutup resleting tasnya dan menarik tangan Sahnum agar berdiri untuk memberinya jalan agar dia bisa duduk di dekat tembok. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD