Emmet menggeser sehingga Elle bisa duduk di sampingnya. Cass memperhatikan dari sudut matanya langkah kaki Elle yang anggun dan seksi.
“Sorry, apa aku mengganggu?” Elle bicara perlahan. Ada rasa gugup yang mendera dirinya sehingga ia tidak menatap Cass langsung ke matanya.
“Tidak,” Emmet menggeleng.
“Aku hanya membawakan ini saja,” Elle menyimpan satu jinjingan berisi makanan di atas meja sambil menoleh ke arah Emmet.
“Tiba tiba aku ingin triple chocolate. Jadi memutuskan untuk ke bakery dekat sini. Favoritku… Sekalian aku beli untukmu.”
Cass memperhatikan tanpa berkedip. Ia menggigit bibirnya menahan debar debar aneh yang terus saja bermunculan di dadanya.
Cara Elle bicara begitu menggemaskan. Entah kenapa, Cass seperti terhipnotis dan ingin terus mendengar dan melihat setiap gerak gerik perempuan di hadapannya itu.
“Ini sudah jam lima sore, apa mau makan malam di sini?” Emmet bertanya pada Cass dan Elle. “Kalian bisa saling berkenalan lebih lanjut agar besok tidak canggung.”
Cass langsung mengangguk, “Aku tidak ada acara.”
Elle melirik ke arah Cass lalu dengan cepat kembali menatap Emmet, “Boleh.”
“Ok,” Emmet lalu memanggil staf rumah tangganya dan memerintahkan untuk memasak makan malam untuk bertiga.
Setelah staf tersebut pergi, Emmet menoleh ke arah Brielle, “Tadi aku sudah menjelaskan banyak hal mengenaimu. Semoga kalian bisa bekerja sama dengan baik.”
“Iya,” Elle lagi lagi melirik ke arah Cass.
Cassius Sachiel, kamu tampan sekali. Aku tak percaya kalau seorang sekretaris bisa sekeren ini. Apa aku bisa fokus bekerja?
Elle diam diam memperhatikan otot tangan Cass yang menarik hatinya. Entah kenapa, tapi tangan seorang lelaki seperti memiliki daya tarik tersendiri baginya. Otot ototnya yang kekar dan kencang dengan jari jemari yang kokoh seperti siap untuk mendekapnya dengan penuh rasa aman.
Kenapa bisa ada lelaki seganteng kamu? Ini seperti keajaiban dunia.
Sudut matanya diam diam memperhatikan gerak gerik Cass yang sedang mengobrol basa basi dengan Emmet. Elle tidak bisa konsentrasi sama sekali. Ia mengagumi ketampanan calon sekretarisnya itu.
Apa kamu sudah memiliki pasangan?
Perasaan aneh yang tidak enak seperti mengalir di perutnya.
Elle melihat jari jari Cass yang polos dan tidak mengenakan cincin pertunangan atau pernikahan. Ia mengatupkan bibirnya menahan senyum.
Di resume mu juga memang menyebutkan kalau kamu tidak menikah. Itu kabar menyenangkan hati.
Ah, aku kenapa sih? Dia menikah atau tidak menikah juga memang kenapa?
Apa aku menyukainya? Bagaimana kalau ternyata Cass sudah memiliki pacar?
Elle mengelus dadanya berulang kali agar menenangkan dentuman di dadanya.
Dari seberang meja, Cass memperhatikan gerak gerik Elle sambil menelan air liurnya berulang kali. Cara Elle mengelus dadanya membuat Cass memperhatikan kedua buahdadanya yang terlihat menyembul dari balik pakaiannya.
Ada satu ketertarikan seksual yang tidak bisa ia gambarkan. Namun, selain itu, perutnya, dadanya dan setiap bagian tubuhnya seperti tergelitik kala pandangan matanya melihat Elle.
Aku tidak bisa memalingkan pandanganku. What happen?
“Berapa lama kamu akan seperti ini?” suara Elle menyadarkannya.
Ia bertanya pada Emmet.
“Dokter bilang sebulan dua bulan. Aku masih bisa bekerja Elle, tenang saja,” Emmet menjawabnya. “Aku akan mengawasi dari rumah.”
“Iya. Jangan lama lama,” Elle menggumam. “Aku tidak bisa sendiri Emm.. Kamu tahu itu.”
“Dua bulan maksimal. Itu tidak lama Brielle,” Emmet tersenyum.
Cass memperhatikan ada kesan manja dan juga ‘helpless’ yang terlihat dari gestur tubuh Brielle.
Perempuan ini… Ah.. Kenapa aku ada rasa ingin menjaganya?
“Kamu lihat Cass,” Emmet tiba tiba melihat ke arahnya. “Dia lelaki yang bisa diandalkan. Aku bisa menilai dengan baik. Tenang saja.”
“Iya,” Elle tersipu malu.
“Kalau dia macam macam, kamu bisa melaporkannya kepadaku, atau pecat saja,” Emmet tergelak.
Cass tertawa, “Aku… Tidak mungkin berani macam macam.”
Ia menatap Elle. Di saat yang sama, Elle juga menatapnya.
Cass menggigit bibirnya karena gugup, sedangkan Elle dengan cepat menunduk agar menghindar dari tatapan mata sekretaris barunya itu.
“Kamu bisa mengandalkanku Elle,” Cass bicara perlahan.
Elle mengangkat kepalanya dan tersenyum, “Thanks.”
Cass langsung berbunga bunga mendapatkan senyuman dari seorang Brielle.
Senyum yang cantik. Kamu memang menawan.
AAHHH.. Ada apa denganku? Sadar Rexton, sadar..
Dia musuhmu. Brielle Cirillo bukan seseorang yang boleh membuatmu terpesona.
“Apa ada yang ingin kamu tanyakan pada Cass?” Emmet kembali menyadarkannya dari lamunan.
Elle merenung sambil menggigit bibirnya.
Cass meremas jari jemarinya menahan dirinya agar tidak meluapkan rasa gemasnya pada sosok Brielle.
Ohh… Tapi kamu cute sekali…
“Aku ingin tahu soal… Mmm… Maafkan aku, tapi… Jam kerjaku tidak normal. Apa kamu tidak masalah?” Elle dengan hati hati bertanya.
Cass menggeleng, “Tidak masalah. Emmet sudah menjelaskan.”
Elle tersenyum senang.
“Apa kamu memiliki pacar atau pasangan yang mungkin terganggu?” tanya Emmet tanpa basa basi.
Seketika, wajah Cass berubah merah padam. Pertanyaan Emmet membuatnya kaget.
Tak hanya Cass yang kaget, tapi juga Elle. Ia langsung menunduk sambil harap harap cemas menanti jawabannya.
“Pa.. Pacar? Aku tidak punya,” Cass menggeleng. Ia menjawab apa adanya karena tidak ada persiapan menjawab pertanyaan tersebut. Emmet bertanya secara mendadak.
Elle mengatupkan bibirnya menahan rasa senang.
“Baguslah. Bekerja dengan Elle, seringkali membuat pasangan kita salah paham,” Emmet tergelak. "Apalagi Elle belum menikah dan tidak memiliki pasangan."
Elle langsung memukul lengan Emmet, “Apa kamu bicara soal Agnes?”
Emmet tertawa terbahak bahak, “Sudah lupakan saja.”
“Siapa Agnes?” mendadak Cass merasa tertarik ingin tahu.
“Dia mantan kekasihku,” Emmet tersenyum.
“Oh sorry. Aku tidak berniat ikut campur urusan pribadi,” Cass tidak enak. "Aku pikir ada kaitan dengan pekerjaan."
“Tidak masalah. Toh aku harus cerita juga, karena mungkin saja dia menghubungiku lewat telepon kantor,” ungkap Emmet.
“Aku pernah dekat dengan perempuan bernama Agnes, tapi dia cemburu buta melihatku dekat dengan Brielle. Akhirnya hubungan itu berakhir.
“Hanya saja, dia masih sering menerorku ke telepon kantor. Jadi waspada saja.”
“Oh…” Cass mengangguk.
“Abaikan soal perempuan itu,” ucap Emmet.
“Kamu harus berhati hati lagi saat memilih pasangan,” gumam Elle.
“I know Elle, I know… I learned my lesson,” Emmet tersenyum. "Tidak terulang lagi."
Cass ikut tersenyum. Ia memahami apa yang terjadi pada Emmet karena ia pun mengalaminya. Teror mantan kekasih memang mengganggu, sangat mengganggu. Itu sebabnya Cass mengganti nomor ponselnya.
“Tuan, makanan sudah siap,” ucapan staf rumah tangga di kediaman Emmet membuatnya melupakan segala yang ada di dalam pikirannya.
“Kita makan malam dulu,” Emmet bangkit dari sofa dengan bantuan kedua tongkatnya.
Mereka melangkah ke ruang makan. Cass memperhatikan kalau meja makan di ruangan tersebut cukup besar dan bisa menampung sekitar delapan orang.
Emmet duduk di kepala meja, sedangkan Cass di samping kiri dan Elle di sisi kanannya.
“Apa menu hari ini?” Elle dengan semangat duduk di kursi sambil mengintip menu makanan.
Diam diam, Cass menahan senyumnya memperhatikan tingkah polah Brielle.
Perasaan aneh tapi nyata. Aku tidak pernah merasakan yang aku rasakan saat ini.
Mereka pun duduk sambil mulai menikmati makanan.
Emmet kembali membuka mulutnya, “Oh ya, aku sudah cerita tentang lelaki itu.”
“Lelaki mana?” Elle mengerutkan keningnya.
“Rexton,” jawab Emmet singkat.
“Oh.. Lelaki pengecut itu,” gumam Elle.
Cass secara reflek langsung melotot, “DI… DIA BUKAN LELAKI PENGECUT.”