Check-In, Imigrasi, dak Jantung yang Tidak Profesional.

1023 Words

Langit pagi di Bandara Soekarno-Hatta mendung tipis, seolah ikut menggambarkan perasaan Nayla yang campur aduk: senang, gugup, dan sedikit mual karena sarapan tergesa. Adrian berdiri tidak jauh dari pintu keberangkatan internasional, mengenakan coat hitam panjang dan membawa koper cabin berwarna abu-abu. Maskulin dan rapi seperti biasa, tapi pagi itu ia terlihat sedikit lebih santai. Tanpa dasi. Rambut agak berantakan. Dan—yang membuat Nayla gelagapan—senyum tipis yang muncul saat mata mereka bertemu. "Tepat waktu," kata Adrian begitu Nayla sampai di depannya, sedikit terengah dengan koper pink-nya yang terlalu besar. "Saya nyaris salah terminal, Pak. Untung satpamnya baik," jawab Nayla sambil menyeka keringat. Adrian menahan tawa. “Kopermu … gede banget. Kita cuma tiga malam.” “Ini k

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD