Langit Kyoto menjelang sore itu muram. Awan menggantung rendah, seolah menyimpan rahasia yang terlalu berat untuk diceritakan. Udara lembap perlahan masuk dari celah-celah pintu geser, menyelimuti bangunan ryokan tradisional tempat Nayla dan Adrian menginap. Di luar, daun-daun momiji mulai gugur satu-satu, membentuk karpet merah-oranye di halaman. Waktu berjalan lambat, seolah memberi ruang bagi dua hati yang semalam mencoba saling mendekat lagi. Adrian masih di kamar mandi. Suara air yang mengalir tenang dari balik pintu terdengar menenangkan—atau justru membuat Nayla makin gelisah. Ia duduk di sudut ruangan, merapikan pakaian ke dalam tas. Tapi perhatiannya tertumbuk pada tas hitam yang tergeletak tak jauh dari futon. Tas itu belum dibuka sejak mereka tiba. Tas milik Adrian. Awalnya