Udara musim gugur menyelinap masuk lewat celah jendela kayu bergaya shoji yang terbuka sedikit. Daun-daun momiji jatuh perlahan di luar sana, warnanya merah keemasan, membentuk karpet lembut di taman ryokan yang sepi. Malam itu begitu hening, bahkan suara air yang mengalir di kolam kecil bisa terdengar seperti bisikan. Di dalam kamar, cahaya lampu gantung dari anyaman bambu menyinari ruangan dengan lembut. Bau kayu tua dan tatami kering bercampur dengan aroma teh yang tersisa di cangkir-cangkir kecil mereka. Futon tipis yang digelar berdampingan di lantai kini jadi tempat peristirahatan sekaligus ranjang pengakuan yang hangat. Adrian berbaring menyamping, wajahnya hanya sejengkal dari Nayla. Di antara mereka, hanya selimut musim gugur yang lembut dan napas yang kadang saling menyentuh.