Nayla berdiri di depan cermin kecil kamar kostnya, mematut diri. Tank top putih diganti dengan blus hijau muda yang Adrian bilang bikin wajahnya "kelihatan lebih segar." Rambut sudah dicatok lembut, bibir dibubuhi lip tint warna mawar. Tidak menor, tapi cukup untuk membuatnya deg-degan sendiri. Tangannya memegang ponsel. Sudah lewat dari jam yang dijanjikan Adrian. Tapi belum ada kabar. Ia duduk, lalu berdiri lagi. Duduk lagi. Berjalan bolak-balik. Ponselnya berbunyi. Satu pesan masuk. [Maaf, Nay. Aku nggak bisa jemput malam ini. Ada urusan mendadak. Lain kali kita makan ya?] Nayla mematung. Lima detik. Sepuluh detik. Lalu duduk di pinggir ranjang. Napasnya pendek, dadanya ngilu. Dia tidak membalas pesan itu. Hanya menatap layar ponsel yang perlahan meredup. Lalu, seperti ada refl