Adrian menatapnya dengan sorot nakal. “Kamu tahu … desahan kamu justru bikin aku pengen lagi.” Nayla memukul pelan dadanya, tapi tubuhnya tak benar-benar menjauh. “Kamu gila,” bisiknya, namun matanya berkilat sama seperti tatapan Adrian. Suasana di kamar itu berubah hangat. Meski awalnya Nayla tegang karena takut ketahuan, perlahan ia membiarkan dirinya larut—di antara pelukan, tatapan, dan bisikan yang hanya mereka berdua yang tahu. Nayla memejamkan mata, mencoba menahan napasnya yang mulai tak beraturan. “Adrian … serius, nanti kalau Mama—” “Shhh .…” Adrian menempelkan telunjuknya ke bibir Nayla, lalu mencium ujung hidungnya. “Mama di kamar ujung. Paling juga lagi nonton sinetron sambil video call sama tante-tante.” Nayla ingin tertawa, tapi tawanya berubah menjadi desahan tertahan