Alpha

1111 Words
Mario pov Hari yang sangat membosankan seperti biasanya. Sejak aku dilantik menjadi seorang Alpha tak ada yang terlalu istimewa mengurus pack, mengurus pekerjaan dikantor, melawan para rogues dan vampire yang mengganggu ketentraman pack, Terbang kesana kemari setiap ada proyek atau pertemuan penting dengan para relasi bisnis, dan menjaga wibawa sebagai seorang Alpha Blackmoon pack dan Putra Mahkota Kerajaan Werewolf. Tentu semua terasa membosankan karena aku hanya melakukan ini sendirian tanpa ada seseorang yang mendampingi ku. Ya hingga kini aku belum menemukan mate-ku diumur yang menuju kepala tiga aku belum menemukan pasangan hidupku, cintaku, Luna-ku, princess-ku dan calon ratu-ku. Aku sudah mencari-cari setiap aku memiliki kesempatan tapi hasilnya nihil hingga sekarang. Sedangkan Beta-ku Gabriel Damanik sudah menemukan mate-nya yang merupakan adikku yang bernama Sivia Xander. Dan adikku yang satunya Ashilla Xander sudah memiliki mate-nya juga yaitu dengan Alvin Jonathan calon penasehat kerajaan dimasa pemerintahanku nanti. Sedangkan Aunty kecilku adiknya Dad satu satunya setelah Uncle Zyan meninggal, yang seumuran dengan kedua adikku pun sudah menemukan mate-nya. Terdengar sedikit aneh memang, ayahku memilki adik ketika ibuku baru memiliki Shilla dan Via. Aunty kecilku itu bernama Agni Triyan Xander dengan Cakka Nuraga calon Panglima pasukan dimasa pemerintahanku nanti. Walaupun mereka -Via, Shilla dan Agni adalah seorang werewolf, di pack dan kerajaan kami diperbolehkan untuk hidup didunia manusia dan merahasiakan identitas kami sebagai makhluk yang dianggap mitos. Jadi mereka dapat bersekolah layaknya anak manusia disini. Dan sekarang, aku sedang menuju ke sebuah sekolah yang katanya paling diminati dikota ini. Yang kutahu itu adalah sekolah Trio Lady Wolf yang entah itu nama atas ide siapa diantara Via Shilla dan Agni. Aku menjadi donatur baru disekolah itu atas anjuran Dad dan juga Mom tentunya. Aku tidak bisa mengelak atau menolak atau pun sekedar untuk berkata 'tidak' pada mereka. Dengan keikhlasan hati dari tidak adanya keinginanku ini aku ikuti saja apa kata mereka. "Alpha sebentar lagi kita sampai. Apa ada yang anda perlukan sebelum kita tiba disana?" Tanya Gabriel. "Tidak perlu. Kita langsung kesana saja. Jangan buang buang waktu. Kamu sendiri tentu tahu pekerjaan kita begitu menumpuk." Tolakku. "Baik Alpha." Dan sampailah kami di sebuah sekolah yang terbilang mewah dan besar. Aku akui ini sekolah yang indah. Mobil pun terhenti, segera ku pakai kacamata hitamku. Seperti perkiraanku sebelumnya, mereka pasti menyambut kedatanganku. Setelah pintu mobil sudah dibuka oleh supir, aku segera keluar dari dalam mobil. Teriakan menyambutku, dan ini begitu mengusik pendengaranku. 'Kau sudah popular disini ternyata pria dingin.' Sindir Rey -wolf-ku. 'Aku tidak peduli.' Ujarku dan memutuskan mindlink secara sepihak. Terserah dia mau marah atau apa yang pasti aku sedang tak ingin diganggu sekarang. "Mari Tuan Muda." Ajak Gabriel yang mengubah nama panggilan untukku. Kami pun berjalan mendekati para guru guru penting dan Kepala sekolah disini sepertinya. Ku edarkan pandanganku kesegala penjuru halaman utama sekolah ini yang sepertinya digunakan untuk upacara bendera. Disana ditengah tengah kerumunan orang aku melihat Via, Shilla dan Agni yang juga sedang menatapku. 'Buka kacamatanya.' Ujar seseorang dalam pikiranku. 'Siapa?' Tanyaku. 'Astaga ini adikmu yang paling kecil apa kau lupa suaraku? Cepat buka kacamatamu itu.' Ujar Shilla yang sudah kuketahui dari ucapannya barusan. Pasalnya memang mereka bertiga itu berbeda beda sifatnya. Via dengan sifat baik, ramah, pendiam tetapi jika marah sama saja dengan Shilla cerewetnya keluar. Shilla dengan sifat berisik, cerewet dan tentunya tak bisa diam. Dan untuk Agni dengan sifat tenang, acuh dan logistik. 'Buka kacamatanya, biar semua teman temanku lihat kalau kamu itu tampan.' Suruh Shilla tentunya lewat mindlink. Segera kuputuskan mindlink dengannya tanpa mendengarkan perkataannya. Aroma apa ini? Kenapa terasa samar-samar? Tapi lama-kelamaan aroma yang memabukkan ini mendekat. Vanila dan aroma Lavender... 'Mate! Mate!' 'Mate! Itu Mate kita Mario' Pekik Rey begitu senang. Setelah mendengar pekikan dari Rey, ku lepas kacamata hitam yang kupakai dan mengedarkan pandanganku kesegala penjuru halaman ini. Dan tatapanku terhenti ditengah tengah siswa dan siswi yang kemudian membuka jalan untuk seseorang. Kuperhatikan lagi dan belum ada seorangpun yang muncul dari sana. Kakiku masih berjalan menuju ke tujuan awal yaitu mendatangi kepala sekolah tetapi mataku tak hentinya menatap ruang kosong disana. Dan setelah itu muncullah seorang gadis yang sangat cantik. Kulitnya putih pucat dan bersih. Matanya bulat dan memiliki bola mata berwarna hitam pekat, hidung mancung dan bibir pink yang tipis tapi penuh, begitu sempurna membingkai wajahnya. Tetapi pakaiannya begitu urakan dengan baju putih yang dikeluarkan serta lengan baju sebelah kanan ia sing-singkan dan rambutnya yang digulung keatas tanpa embel embel jepit atau bandana. Ia berjalan seolah mengetuai semua orang disini dan ia terlihat begitu dipatuhi. Diperlakukan layaknya seorang tuan puteri dan begitu disegani. Aku dapat merasakan aura dominan milik mate-ku ini. Ketika sampai dibarisan terdepan, ia langsung menatapku dengan permen karet yang masih dikunyahnya. Tak selang lama gadis itu mengedipkan sebelah matanya dengan tatapan yang menggoda. 'Mate! Dia memberikan kedipan itu untukku.' Pekik Rey terdengar begitu bahagia. 'Jangan terlalu percaya diri Rey, mungkin itu bukan untuk kita.' Ujarku. 'Hey bodoh kau tak lihat matanya? Dia menatap kita sedari tadi bukan orang lain kenapa kau begitu pesimis sekali sih?!' Dengus Rey. 'Haahh terserah kau sajalah. Jika memang benar dia memberikan kedipan itu pada kita itu bagus. Dan ku tegaskan sekali lagi dia mate kita bukan hanya mate-mu saja.' Tukasku. 'Terserahlah yang pasti aku senang. Auuuuu...' 'Hentikan itu Anjing liar' Gerutuku. 'Biar saja.' Ujarnya dan kemudian ia mematikan mindlink ku secara sepihak. "Selamat datang Tuan muda Mario Xander." Sambut Bapak tua gendut yang rambutnya tinggal beberapa helai tipis. "Terimakasih Pak atas sambutannya." Ujarku dengan senyum sopan. "Mari kita berbincang di ruang tamu." Ajak si Pak tua ini. Aku pun hanya mengangguk saja. Ku lihat lagi Mate-ku yang masih berdiri disana. Sepertinya ia menungguku untuk menatapnya. Ia pun memberi isyarat kepadaku dengan menunjuk ruang UKS yang berada tak jauh dari lapangan ini. Tapi aku tak yakin bila ia berbicara denganku. Aku pun menaikkan alisku sebelah dan menunjuk diriku sendiri dengan telunjukku. Ia mengangguk cepat. Dan mengangkat jarinya berjumlah 8 kepadaku dan kemudian mengetuk ngetuk jam tangannya. Aku pun hanya mengangguk singkat dan tersenyum tipis kemudian melanjutkan perjalanan menuju ke ruang tamu disekolah ini. 'Astaga Mario! Mate kita begitu agresif. Aku suka itu.' Ujar Rey. 'Entahlah Rey. Dia terlihat aneh dan Agresif seperti kau bilang.' Ujarku ragu. 'Aku sungguh tidak sabar untuk bertemu dengannya nanti di UKS sekolah ini jam 8.' Pekiknya girang. 'Berhentilah memekik Rey. Dan jangan terlalu berisik.' Selaku yang kemudian memutuskan mindlink dengannya. Tak lama ada tiga pesan dari handphoneku yang secara berurutan kubuka. From: Via LadyWolf Apakah kau bertemu dengan matemu kak? From: Shilla LadyWolf Oh God! Apakah Alyssa matemu? Alyssa? Apakah itu nama mate-ku ? Begitu lucu dan terdengar feminim? From: Agni LadyWolf Good luck Brother Good luck? For what?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD