Truth or Dare

1372 Words
Alyssa pov "Kumpulkan tugas kalian yang saya berikan satu minggu yang lalu." Ujar Bu Januar dengan aura kejamnya yang menguar sejak ia masuk kedalam kelasku ini. Ya nama ibu ini adalah Januariah yang katanya lahir di bulan Januari dan sangat suka dengan warna kuning, hal itu terlihat dari pakaiannya yang apapun itu pasti ada warna kuningnya. "Mana buku PR punya lo Lyss?" Tanya Via sang bendahara kelas ini yang merupakan teman baikku. "Ini." "Syukur deh lo sudah kerjakan. Sini biar gue susun sekalian." Ujarnya sambil mengambil buku tugas milikku. "Guys gue punya gosip terkini nih." Ujar Shilla agak berbisik, fyi Shilla dan Via ini sebenarnya anak kembar yang tak identik. "Gosip apaan Shill?" Tanya Via yang baru saja duduk dikursinya. "Katanya akan ada donatur baru yang akan datang ke sekolah kita dan kita bakal free class." Ujarnya sumringah. "Bagus deh kalo free class. Bisa molor bentar gue." Ujar Agni lega. Ya begitulah Agni, cewek tomboy dan enggak suka hal hal yang enggak penting menurut dia. Dia ini adalah ketua ekskul basket putri dan anggota dance sekolah. Sayangnya, Agni ini enggak ahli berkelahi hanya gayanya saja yang tomboy. Dan kalau untuk Shilla dan Via sikembar beda rupa ini adalah anggota cheers dan juga dance. Dan untuk kegiatan lainnya mereka isi dengan ikutan pelajaran tambahan atau ikut Bimbingan belajar. Tipe-tipe anak rajin dan pintar. "Tapi bukan itu point pentingnya..." Ujar Shilla sambil sesekali melirik ibu guru yang sibuk mengoreksi tugas. "Memang apa? Donatur itu ingin berbagi uangnya dengan kita?" Tanyaku asal. "Haduh bukan itu, Jadi ya si pak Donatur ini masih muda dan katanya tampan. Kalian bayangkan deh, sudah banyak uang, masih muda dan tampan sempurna sekalikan?!" Ujar Shilla nampak begitu histeris. Aku memutar medua bola mataku malas. Oh maaf bukannya ingin bersikap kurang ajar tetapi Shilla memang selalu seperti itu jika membicarakan pria tampan. "Please Shill, menurut gue itu enggak penting dan sangat tidak penting. Yang penting itu tubuh kita selalu sehat dan bugar karena tidur cukup." Sela Agni. "Hush berisik kalian. Sudah sana duduk yang benar hadap depan jangan kebelakang mulu." Usirku. "Iya iya bawel." Dengus Shilla dan zaa kemudian mereka berdua mengahadap kedepan. "Kalian kerjakan soal dihalaman 143 sementara itu ibu harus kekantor jangan ribut dan wajib dikerjakan. Tolong untuk ketua kelas bagikan buku ini yang sudah ibu koreksi." Ujar ibu Januar yang kemudian pergi meninggalkan kelas. Setelah suara ketukan sepatu milik Ibu Januar tidak terdengar lagi barulah kami berseru bahagia dan haru. Masa bodoh dengan tugas dari ibu guru karena yang penting jam kosong kami datang!! "Eh kita nonton film yuk, ada yang baru lho." Ajak Wenda yang sudah berada dihadapan laptopnya. "Guys ke atap sekolah yuk. Kita menghasilkan asap dulu." Ajak Gary yang tengah memasukkan sekotak rokok disaku belakangnya. "Ngantin yuk friends kita makan isi perut. Sayang perut sayang perut. Ayo kita ke kantin ayo!!" Ajak Lina sambil memegang perutnya. "Maen ToD kuy! Yang berani ikutan mari kemari!!" Ajak Rendra dari belakang kelas. "Yang suaranya enggak sumbang ikutan nyanyi sama kita silahkan..." Ajak Patton sang ketua kelas yang sudah memegang gitar dan duduk di atas meja guru. "Yang matanya udah susah melek ke perpus yuk kita bobo masal. Kita harus mendapatkan tidur yang berkualitas dan tentram. Ayo-ayo kita sama-sama kesana." Ajak Putri didepan pintu kelas yang membawa sebuah buku ditangannya. "Rumpi berkualitas, rumpi berkualitas, ayo ayo pada kumpul semuanya yang pada mau tau gosip terkini, yang berpartisipasi ayok ayok kadie tah.." Seru Shilla tak kalah heboh dengan yang lain. Kali ini aku sudah dilanda dilema tingkat akut. Pasalnya hanya aku yang belum menentukan jalan hidup. Agni sudah pergi bersama Putri dan yang lain menuju ke perpustakaan untuk tidur massal. Via sudah berada bersama Wenda dan yang lain dengan film yang mereka tonton. Dan untuk Shilla dia juga sudah membuka lapak rumpi terkini. Dan kini tinggal aku yang harus memilih diantara semua produk yang ditawarkan. "ToD boleh juga..." Aku pun berjalan ke belakang kelas dimana Rendra dan 6 orang lainnya tengah terduduk dilantai dengan sebuah botol aqua ditengah tengahnya. "Gue ikutan." Ujarku yang langsung duduk diantara mereka. "Oke gue mulai ya..." Ujar Rendra yang kemudian memutar botol. "Oke Anton Truth or Dare?" "Dare." "Bagus lo pilih itu. Kalo gitu lo tembak Wenda sekarang." Ujar Rendra. "Eh, Lo gila ya? Enggak enggak gue enggak mau." Tolak Anton. "Gue tahu kok lo sama Wenda itu udah lama pendekatan. Cepet sana tembak kasihan anak orang lo kasih harapan terus." Ujar Dion. "Gentle bro." Ujarku. "Huh oke oke.." Anton pun bangkit dari duduknya dan berjalan gugup mendekati Wenda yang sedang asyik menonton dengan teman teman yang lainnya. "Ehem.. Wenda?" Panggil Anton. Wenda pun menoleh dengan tatapan bertanya. Huhh serasa menonton drama live kalo begini. "Iya, kenapa Ton?" "Gue.. mau ngomong hal penting dengan lo dan lo harus dengerkan gue baik-baik didepan semua teman-teman kita." Ujar Anton yang sepertinya sudah merangkai kata katanya. "Emang lo mau ngomong apa?" Tanya Wenda. Anton mengambil tangan Wenda dan membuat Wenda harus berdiri dan sedikit berjalan mengikuti Anton menuju kedepan kelas. "Ini bukan hanya sekedar permainan ToD Nda. Lo tahu kan kalo kita sudah cukup lama menjalin hubungan tanpa status ini? Awalnya gue enggak akan punya keberanian untuk nyatakan sama lo secara langsung. Tapi... karena ini tantangan buat gue. Gue coba untuk bisa nyatakan ini dengan menatap mata lo." Ujarnya yang bisa kulihat membuat Wenda salah tingkah. "Gue suka sama lo sejak kita sama-sama masuk sekolah ini dan gue pikir ini cuma sekedar suka dan kagum tapi lama-kelamaan rasa ini mulai tumbuh jadi sayang sejak kita sudah dekat. Dan setelah cukup lama hubungan tanpa status ini kita jalanin gue ngerasa gue bener bener jatuh cinta sama lo Nda." Lanjutnya. "Apa lo mau jadi pacar gue?" Tanya Anto. Huwaaa bikin Envy nih si Anton. Gimana ya rasanya kalo ditembak ditempat rame kayak gini gak kebayang malu dan senengnya. Wajah Wenda memerah dan tak lama ia pun mengangguk. "Iya gue mau." Ujarnya malu-malu yang berhasil mendapatkan teriakan heboh satu kelas. "Oke-oke kelar nih dramanya. Anton lo masih mau ikutan enggak?" Tanya Rendra yang menghancurkan suasana. "Ya nanti dulu." Teriak Anton yang masih dihadapan Wenda. Entah apa yang mereka bicarakan kami pun kembali ke posisi masing-masing. Tak lama Anton datang dengan senyum bahagianya. "Oke sekarang gue yang puter." Ujarnya. Ia pun memutar botol dan... Oh God kenapa harus gue? "Oke cewek cantik lo pilih Truth or Dare?" Tanya Anton. Gue harus pilih apa ya.... Kalo gue pilih Truth pasti mereka tanya tanya privasi gue dan itu sangat menggangu. Kalo gue pilih Dare.. mereka pasti ngasih gue buat ngelakuin sesuatu diluar nalar. "Gue pilih Dare, kalo Truth enggak menantang." Ujarku sombong. "Oke kalo gitu yang harus lo lakiuin adalah.." "OH MY GOD... PAK DONATUR KECEH UDAH DATENG!! SUMPAH INI COWOK HOT BANGETTT DIA ADA DI LAPANGAN GUYS.. AYOK AYOK!!" Jerit histeris salah satu anggota rumpi Shilla yang memekakkan telinga. Dengan segera semua gadis dikelas ini pergi ke lapangan sekolah dan yang tersisa hanya aku dan siswa laki laki yang memang sedari tadi ada dikelas. "Tantangan lo adalah cium bibir si pak donatur." Putus Andre paling semangat. "Anjirrrr!! enggak enggak jijik gue sumpah. Lo semua gila ya?! Gue gak mau!!" Tolakku. "Ya ampun Lyss, Cuma lo cium aja habis itu lo tinggalkan deh." Ujar Devan enteng. "Enggak gue enggak mau. Mau taruh dimana muka gue kalo sampai melakukan hal itu. Ganti-ganti tantangannya." Tentangku. Enak banget mereka ngomong. Aku enggak mau ya dicap cabe cabe atau jalang karena ini. "Ya elah Lyss. Enggak apa-apa kok kita juga enggak akan ngelapor lo atau ngerekam lo." Ujar Andre memelas. "Anj*ng tapi gue enggak bisa kayak gitu." Umpatku. "Lo tau kan si Bianca, si Andien dan antek-anteknya?" Tanya Anton padaku. "Ya jelaslah gue tau mereka itu kan selalu ngusik hidup gue." Ketusku. "Nah mereka bahkan pernah lebih parah dari lo Lyss. Mereka make out di toilet, di UKS, di atap sekolah dan itu direkam. Lo kan cuma ciuman doang." Tukas Anton menjelaskan. "Tapi gue tetep enggak mau." Tolakku. "Kalo lo nolak artinya lo enggak konsisten." Tukas Rendra tak terbantahkan. Pasalnya aku adalah orang yang tidak bisa dibilang tidak konsisten. "Oke fine gue bakal lakuin apa yang lo semua mau." Putusku yang kemudian berjalan keluar kelas dengan kesal diikuti oleh semua teman teman lelaki dikelasku.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD