Queen

1166 Words
Rumah mewah bernuansa putih ini tampak begitu sepi, bukan hanya terasa sepi tetapi juga terapa dingin. Suara deru motor terdengar dari garasi rumah besar ini. Seorang gadis berpakaian urakan tengah memanaskan motor besarnya untuk menuju ke sekolah. Setelah dirasa cukup ia pun naik ke atas motornya tak lupa memakai helm dan segera melaju ke sekolahnya untuk membuat keributan. Alyssa pov Pagi ini begitu indah dengan sinar mentari yang menerangi pagi cerah ini, tetapi lagi lagi aku terbangun dengan keadaan sendiri. Dibangunan seindah dan seluas ini hanya ada aku dan para pelayan, tukang kebun dan penjaga gerbang yang mengabdikan diri dirumah ini. Tak ada kehangatan semenjak mereka pergi. Tak ada kebersamaan sejak nafas mereka terhenti. Tak ada pelukan hangat sejak tubuh mereka tergeletak kaku. Tak ada tatapan penuh kerinduan sejak mata mereka tertutup. Semua sudah hilang dan tidak akan terulang kembali sejak mereka pergi dari dunia ini dan berada di didunia yang lain. Dan semua keluarga pun begitu. Tak ada yang peduli sejak mereka tiada, bahkan ketika kecelakaan itu terjadi pun bukan tangis yang didengar dari bibir mereka tetapi perdebatan atas harta orangtuaku. Sudah banyak dari mereka semua yang ingin mengambil hak asuh ku. Tetapi aku tahu niat busuk mereka. Dan aku akan mempertahankan hak ku atas warisan kedua orangtuaku. Jalanan di ibu kota ini belum begitu padat mungkin ini masih terlalu pagi untuk para pekerja di kota ini. Tak ada yang istimewa selama hidupku sejak orang tuaku mengalami kecelakaan pesawat dua tahun yang lalu. Dan akhirnya sampailah aku disekolah menengah atas yang paling diminati dikota ini. Bukan hanya karena fasilitasnya lengkap tetapi juga anak anak muridnya yang terkenal pintar dan juga kaya. Aku memakirkan motorku ditempat yang biasa aku menaruh si Coddy- motor sport merahku. "Baru datang?" Sapa seseorang yang membuatku menatapnya. "Iya. Teman-teman yang lain sudah datang?" Tanyaku pada Ryan. "Sudah, mereka sudah menunggu di gedung olahraga." Ujarnya. "Oh oke, lo duluan nanti gue nyusul." "Oke oke. Jangan lama-lama ya." Teriaknya yang sudah berjalan cukup jauh. Dan aku tanggapi dengan mengangkat jempol ku saja. Aku pun segera membuka helm dan membenarkan rambutku dengan kaca spion motorku. "Pagi kak. Kakak baru datang ya?" Sapa seorang siswi yang ku tahu namanya.... Queeny. "Pagi, iya kenapa?" Tanyaku to the point. "Gini, aku mau kasih tau kalo besok sehabis pulang sekolah kita latihan dance kak." "Oh oke oke, thanks untuk informasinya ya Queen." "Iya kak. Aku duluan ya." Pamitnya. "Iya." ia pun pergi dari hadapanku. Tak lama setelah rambutku rapih -menurutku. Aku pun segera berjalan menuju ke gedung olahraga yang berada cukup jauh dari tempat parkiran. "Pagi Lyss." "Pagi kakak cantik." "Pagi kak Alyssa." "Pagi Cinta." "Pagi Cantik." "Pagi Sayang." Huhh ini sudah biasa bagiku. Disapa semua orang ketika melewati koridor kelas X hingga XII. Sebenarnya aku termasuk orang yang famous di sekolah ini. Entah famous karena hal positif atau negatif aku tak tahu. Sampailah aku digedung olahraga sekolahku dan ketika aku masuk disana sudah banyak anak-anak murid sekolah ini yang biasa disebut the trouble. "Duh, lama sekali dijalan. Habis apa saja?" Sindir Ryan yang sebelumnya bertemu denganku diparkiran. "Biasalah. Lo kan tau sendiri kalu pagi-pagi dikoridor gue jadi artis dulu." Ujar ku yang kemudian duduk diantara mereka semua. "Berasa bintang film ya lo Lyss." Dengus Ryan. "Whatever. Eh iya ini kita mau bicarakan apa sampai kumpul begini?" Tanyaku yang memang tidak tahu. Biasanya jika ada perkumpulan anak-anak the trouble seperti ini artinya memang ada yang mengganggu ketentraman sekolah dari sekolah lain. "Salah satu siswa disini dikasih tahu sama sekolah sebelah untuk tawuran lusa. Pakai dipukul segala lagi itu anak, hari ini dia enggak sekolah. Semalam gue baru dikasih tahu sama teman sekelasnya yang kebetulan kenal dengan gue." Jelas Gilang. "Tunggu tunggu maksud lo sekolah sebelah mana Lang? Sebelah kanan, kiri atau belakang?" Tanyaku bingung dengan penjelasan ambigunya. Pasalnya sekolahku ini memang diapit oleh sekolah lain. "Nah itu dia masalahnya." Ujar Gilang semakin tidak jelas. "Masalahnya? Lo enggak jelas banget kasih informasinya." Dengus Angga yang udah mulai kesal. "Masalahnya siswa ini enggak tahu sekolah mana yang ngajak kita tawuran." Ujar Gilang yang berhasil mendapat seruan dari teman temannya yang lain. Sedangkan Gilang hanya bisa memberi cengirannya saja. "Enggak jelas lo Lang. Lo jadi informan itu yang bener dulu, kalau begini kita harus bagaimana." Ujar Vico seraya menatap teman-temannya yang lain. "Terus ini bagaimana? Intinya kita mau tawuran dengan sekolah yang mana?" Tanya Irsyad anak yang selalu to the point. "Atau kita lakukan penyelidikan dulu?" Tanya Dennis memberi usul. "Siapa yang setuju sama idenya Dennis?" Tanya Ryan pada yang lainnya. Semuanya serempak mengangkat tangan. "Oke gue putuskan dari 78 siswa dan 1 siswi yang setuju, kita pakai idenya Dennis. Dan rencana awal kita bakal membentuk tim penyelidik yang terdiri dari 9 orang dimana 3 orang untuk satu sekolah." Jelas Ryan yang disetujui oleh semuanya. "Siapa disini yang punya waktu senggang selama 3 hari kedepan?" Tanya Ryan. Dan semua yang mengangkat tangan sudah mendapat tugasnya masing masing. "Lo enggak bisa ikut Lyss?" Tanya Evan padaku tentunya. "Enggak, ada latihan dance dan embel-embelnya. Enggak mungkin gue ngebelah diri buat ikutan penyelidikan kalian itu." Ujarku yang disambut kekehan oleh Evan. "Dikira amoeba kali ya." Celetuk Dhyo. "Ya maka itu gue enggak ikutan." Ujarku. "Gue duluan deh. Nanti gue dihukum lagi sama bu Janurah." Pamitku. "Tumben lo takut dihukum." Ujar Ferry. "Bukan takut, gue cuma lagi enggak mood. Gue duluan ya." "Oke oke." "Hati-hati lo." "Bye-bye Lyss." Oke akan aku jelaskan tentang The Trouble, di perkumpulan The Trouble ini terdiri dari anak pencari masalah, anak famous dan jago berkelahi. Seperti ketua karate, ketua silat, tapak suci dan lainnya tergabung diperkumpulan ini. Jadi disekolah ini kami saling merangkul dan tidak saling menjatuhkan. Dan semuanya tidak menggangguku dan itu cukup menyenangkan dan membuatku sedikit istimewa diantara mereka semua diantara 79 siswa trouble. Begitupun dengan para anggota The Trouble yang memang saling bersahabat sebenarnya perkumpulan ini diadakan setelah aku berada disekolah ini selama 2 bulan. Jadi sudah sekitar 1 tahun lebih kami bersama. Anggotanya terdiri dari anak kelas X sampai kelas XII, tetapi disini kami tak ada acara junior dan senior. Semuanya sama, sama-sama anggota The Trouble. Dan dalam pemilihan anggota, kami melakukan penyeleksian baik kemampuan bertarung dan juga sikap dan sifat. Karena satu saja salah pilih semuanya akan rusak. Aku berjalan menuju ke kelasku yang berada agak jauh dari gedung olahraga. "Lyss." Aku pun menolehkan wajah kesamping, dimana seseorang menyerukan namaku. "Iya ada apa Lin?" "Pulang nanti basket putri latihan enggak?" Tanya Meilin. "Sepertinya iya. Memang kenapa?" "Maksud gue kalau lo enggak latihan. Lo ikut latihan cheers sama grup gue." Ujarnya. "Oh.. gitu yasudah kalau mau latihan gue ikut-ikut aja." "Lo seriusan enggak apa-apa?" Aku menggeleng. "Enggak apa-apa. Yasudah Lin gue kekelas dulu." Pamitku. Yah beginilah acaraku disekolah. Tak pernah ada waktu senggang untuk berada dirumah, dan itu sudah berjalan sejak aku menginjakkan kaki disekolah ini. Aku tak ingin ada waktu sedikitpun untuk berlarut dalam kesedihan akan kedua orangtuaku. Tak ada yang peduli atau perhatian kecuali teman teman dan sahabat sahabatku. Inilah hidupku.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD